Son Heung-min Berpamitan: Sepuluh Tahun, Satu Gelar, Banyak Kenangan

Featured Image

Perjalanan Son Heung-min di Tottenham Hotspur

Son Heung-min, seorang pemain sepak bola asal Korea Selatan, telah mengakhiri masa kecilnya di klub Tottenham Hotspur. Di bawah sinar matahari sore yang memancar di atas Stadion Piala Dunia Seoul, ia berdiri di depan mikrofon, bukan lagi sebagai anak muda dari Chuncheon yang datang ke London tanpa bisa berbicara bahasa Inggris, tetapi sebagai pria dewasa yang akan mengucapkan salam perpisahan kepada seluruh penggemar Spurs.

“Itu adalah salah satu keputusan tersulit yang pernah saya buat,” ujar Son dengan suara bergetar. “Tapi saya pikir ini saat yang tepat… Saya harap semua orang memahami keputusan saya dan menghormatinya.”

Prestasi yang Membanggakan

Son tidak pergi dengan tangan kosong. Ia membawa satu trofi Liga Europa, 173 gol, dan 101 assist dalam 454 pertandingan untuk Tottenham. Tapi lebih dari itu, ia membawa pulang penghormatan yang dibangun dari kerja keras, dedikasi, dan senyum yang tak pernah absen dalam kemenangan maupun kekalahan.

Dari London Utara menuju halaman baru, Son datang ke Spurs pada Agustus 2015 dari Bayer Leverkusen. Awalnya, ia tidak langsung menjadi bintang. Namun, ia tumbuh—di lapangan, di ruang ganti, dan dalam hati para suporter. Ia membangun rumah dari stadion yang awalnya terasa asing.

“Saya datang ke London Utara saat masih kecil, 23 tahun, usia yang sangat muda,” kata Son. “Seorang anak muda datang ke London yang bahkan tidak bisa berbahasa Inggris, dan meninggalkan klub ini sebagai pria dewasa adalah momen yang sangat, sangat membanggakan.”

Musim Terakhir yang Bersejarah

Musim lalu menjadi sakral: trofi pertamanya untuk Spurs, yang sekaligus menjadi penutup. “Memenangkan Liga Europa membuat saya merasa telah mencapai semua yang saya bisa di sini,” ungkapnya. “Saya butuh lingkungan baru untuk tantangan baru.”

Salam Perpisahan di Rumah Sendiri

Pelatih anyar Tottenham, Thomas Frank, menyebut pertandingan melawan Newcastle akan menjadi “akhir yang indah.” Momen perpisahan yang tidak di tanah asing, tapi di tengah cinta yang membesarkannya.

“Sangat jelas bahwa Sonny akan menjadi starter dan memimpin tim sebagai kapten,” ujar Frank. “Jika ini pertandingan terakhir Sonny, betapa hebatnya ia melakukannya di sini, di hadapan para penggemar tuan rumah.”

Setelah laga di Seoul, Spurs akan melanjutkan pramusim ke Jerman menghadapi Bayern Muenchen pada 7 Agustus. Kemudian final Piala Super Eropa menanti melawan PSG, sepekan berikutnya.

Langkah Selanjutnya: Amerika atau Arab Saudi?

Meski belum diumumkan secara resmi, arah masa depan Son tampaknya mengarah ke Amerika Serikat. Jurnalis sepak bola ternama Fabrizio Romano mengonfirmasi bahwa Major League Soccer (MLS) menjadi tujuan favorit Son.

“Sang pemain telah memberi tahu manajemen Spurs dan juga manajer baru Thomas Frank,” tulis Romano di akun X-nya. “Negosiasi sedang berlangsung dengan klub MLS LAFC (Los Angeles FC) setelah ia juga didekati oleh klub-klub Arab Saudi pada bulan Mei. MLS, kemungkinan besar tujuannya.”

Perpisahan Bukan Akhir

Son Heung-min bukan hanya meninggalkan Tottenham, tapi juga menutup satu bab dalam kisah hidupnya dengan tinta emas. Di Seoul, di antara gemuruh sorak para penggemarnya sendiri, ia menuliskan paragraf terakhir itu. Bukan dengan air mata, melainkan dengan kebanggaan dan harapan.

Ia pergi, bukan untuk melupakan, tapi untuk menantang diri dalam cerita baru. Karena seperti setiap pemain hebat tahu: bola tidak berhenti bergulir—ia hanya mencari lapangan baru untuk dimainkan.