Syarat Kredit Lebih Fleksibel, Kredit Konsumsi Siap Melonjak

Pertumbuhan Kredit Konsumsi yang Stabil di Tengah Perlambatan Industri
Di tengah perlambatan umum dalam industri kredit, penyaluran kredit untuk konsumsi tercatat masih stabil. Hal ini menunjukkan bahwa sektor kredit konsumsi mampu bertahan dan bahkan tumbuh meskipun kondisi ekonomi sedang tidak begitu baik. Selain itu, ada indikasi bahwa bank-bank mulai melonggarkan syarat-syarat pemberian kredit konsumsi, yang berpotensi mendorong peningkatan lebih besar lagi.
Menurut data per Juni 2025, pertumbuhan kredit konsumsi mencapai sekitar 8,6% secara tahunan (YoY). Angka ini relatif stabil dibandingkan bulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 8,7% YoY. Lebih lanjut, pertumbuhan kredit konsumsi ini lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan kredit secara keseluruhan yang hanya mencapai 7,6% YoY pada periode yang sama.
Sejalan dengan hal tersebut, survei perbankan terbaru yang dilakukan oleh Bank Indonesia menunjukkan bahwa standar pemberian kredit konsumsi cenderung lebih longgar di kuartal II/2025 dan diperkirakan akan tetap demikian di kuartal berikutnya. Indeks Lending Standard (ILS) untuk kredit konsumsi mengalami penurunan dari 0,01% di kuartal sebelumnya menjadi -0,06% pada kuartal II/2025.
Dalam survei tersebut, disebutkan bahwa kebijakan penyaluran kredit yang lebih ketat terjadi pada aspek premi kredit berisiko, suku bunga, dan jangka waktu kredit. Namun, sebaliknya, kebijakan yang lebih longgar terdapat pada aspek plafon kredit.
Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede, menyampaikan bahwa stabilitas kredit konsumsi ini kemungkinan besar mencerminkan tingkat risiko yang lebih rendah dibandingkan jenis kredit lain seperti kredit investasi atau modal kerja. Ia menjelaskan bahwa kredit konsumsi, khususnya KPR dan KKB, biasanya didukung oleh karakteristik pembayaran yang lebih stabil karena adanya agunan.
“Cash flow konsumen cenderung lebih prediktabel dibandingkan kredit korporasi atau modal kerja,” ujar Josua. Dengan risiko yang rendah, ia mengakui bahwa standar pemberian kredit konsumsi bisa lebih longgar. Hal ini membuat debitur lebih mudah mendapatkan akses pembiayaan, sehingga dapat menjaga tren pertumbuhan kredit konsumsi.
Meski demikian, Josua menegaskan bahwa pelonggaran standar pemberian kredit harus dikelola secara hati-hati agar tidak meningkatkan risiko kredit bermasalah (NPL). Data OJK hingga Mei 2025 menunjukkan bahwa rasio NPL Gross secara keseluruhan masih rendah, yaitu sebesar 2,29%, sementara NPL Net sebesar 0,85%. Ini mengindikasikan bahwa pelonggaran standar kredit belum menimbulkan masalah signifikan pada kualitas kredit.
“Meski begitu, pengawasan dan mitigasi risiko harus terus ditingkatkan, terutama dalam situasi perekonomian global dan domestik yang dinamis,” katanya.
Executive Vice President Corporate Communication and Social Responsibility BCA, Hera F. Haryn, menjelaskan bahwa kredit konsumer dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk pendapatan rumah tangga. Ia memastikan bahwa BCA akan terus memantau perkembangan perekonomian guna memastikan pertumbuhan kredit yang berkelanjutan dan berkualitas.
Selain itu, BCA terus menawarkan berbagai promo bagi nasabah untuk mendorong permintaan kredit. Tujuannya adalah untuk menstimulus permintaan kredit dengan bunga yang terjangkau, sehingga keberlanjutan pembiayaan terjaga. “BCA juga terus memperkuat proses credit scoring dan monitoring secara berkala guna menjaga kualitas portofolio kredit yang disalurkan,” tambahnya.
Per Maret 2025, kredit konsumsi BCA naik sebesar 11,3% YoY menjadi Rp 225,7 triliun. Pertumbuhan ini didukung oleh KPR yang tumbuh 10,5% YoY hingga Rp 135,3 triliun, serta KKB yang tumbuh 12,3% YoY menjadi Rp 67,1 triliun. Sementara itu, outstanding pinjaman konsumer lainnya, terutama kartu kredit, meningkat sebesar 13,9% YoY hingga Rp 23,3 triliun.
Presiden Direktur CIMB Niaga, Lani Darmawan, menyatakan bahwa kredit konsumsi di bank yang ia pimpin tetap tumbuh tinggi. Per Juni 2025, pertumbuhan tertinggi berasal dari KKB yang disalurkan lewat anak usaha CIMB Niaga Auto Finance, yang tumbuh sekitar 25% YoY. Selain itu, KTA juga tumbuh sebesar 16% YoY. Sementara itu, kartu kredit cenderung stabil, sedangkan kredit rumah masih mengalami penurunan. “Secara keseluruhan jika dibandingkan kuartalan masih stabil,” ujar Lani singkat.