Teater Koma Hadirkan "Mencari Semar"! Drama Fantasi Futuristik yang Mengkritik Teknologi

Featured Image

Teater Koma Hadirkan "Mencari Semar" dalam Pertunjukan Fantasi yang Menggabungkan Mitologi dan Futurisme

Teater Koma kembali hadir dengan sebuah pertunjukan istimewa yang berjudul "Mencari Semar". Dalam lakon ini, Teater Koma menggabungkan cerita mitologi Jawa dengan narasi futuristik yang relevan dengan perkembangan zaman. Pertunjukan ini akan diadakan di Ciputra Artpreneur Theater, Jakarta, mulai tanggal 13 hingga 17 Agustus 2025.

Lakon "Mencari Semar" disutradarai oleh Rangga Riantiarno sekaligus sebagai penulis naskah. Ia menjelaskan bahwa lakon ini menyoroti pergeseran nilai akibat dominasi teknologi dalam kehidupan manusia. Menurutnya, saat ini manusia semakin akrab dengan kecerdasan buatan (AI) dan robot, yang berpotensi mengubah esensi kemanusiaan itu sendiri.

"Melihat di berita banyak orang ngobrol tentang AI dan robot. Dan ketika kita lama-lama manusia berubah menjadi robot, tidak ada tokoh bijak seperti Semar yang memberi nasihat atau di dalam hati kita tidak ada suara hati itu sendiri hilang," ujar Rangga dalam konferensi pers di Jakarta.

Melalui "Mencari Semar", Teater Koma mengajak penonton untuk merenungkan kembali pentingnya kebijaksanaan dan suara hati yang diwakili oleh sosok Semar. Lakon ini menjadi pengingat bahwa di tengah pesatnya kemajuan teknologi, manusia tidak boleh kehilangan nilai-nilai luhur dan kearifan lokal yang menjadi pegangan hidup.

Dalam pertunjukan ini, Teater Koma memadukan kekuatan cerita, visual, musik, tarian, dan teknologi panggung dalam satu pengalaman teatrikal yang imersif. Mereka menggambarkan perpaduan dunia wayang dan masa depan yang kehilangan arah, mencari kembali kebijaksanaan.

"Semar bukan sekedar tokoh pewayangan, dia sebagai simbol suara rakyat, penjaga keseimbangan, dan cerminan nilai-nilai luhur yang makin dibutuhkan," tambah Rangga.

Pementasan lakon "Mencari Semar" yang merupakan produksi Teater Koma yang ke 235 juga berkolaborasi dengan Bakti Budaya Djarum Foundation dan menggandeng Deden Bulqini sebagai skenografer dengan mendekatkan konsep ke arah pengalaman visual yang responsif.

"Seni memiliki kekuatan untuk menyentuh, menginspirasi, dan menjembatani generasi dalam mengenal kekayaan budaya bangsa," kata Billy Gamaliel selaku Manajer Program Bakti Budaya Djarum Foundation.

Elemen khas Teater Koma tetap hadir dengan kostum penuh warna, nyanyian jenaka, hingga tarian teatrikal dan humor cerdas yang relevan dengan keadaan saat ini. Produser pementasan "Mencari Semar", Ratno Riantiarno, mengatakan bahwa melalui lakon tersebut pihaknya ingin terus merayakan panggung sebagai ruang kebebasan berekspresi.

"Ini adalah kolaborasi antara imajinasi, kecintaan pada budaya, dan keberanian untuk menghadapi masa depan yang berpegang dengan nilai-nilai budaya lokal," ujar Ratno.

Lakon ini menceritakan tentang Semar sang punakawan bijak yang menyimpan pusaka sakti bernama jimat Kalimasada dalam tubuhnya di masa pensiunnya. Seiring berjalannya waktu, Kekaisaran Nimacha, sebuah peradaban futuristik yang hidup berdasarkan Perintah Utama menghadapi ancaman kepunahan akibat Perintah yang telah berkali-kali ditulis ulang, lima agen diutus untuk mencari jalan keluar.

Mereka menemukan catatan sejarah tentang Kalimasada dan menyakini bahwa jimat itu mampu menulis ulang Perintah Utama. Demi menguasainya, para agen ditugaskan untuk mencari Semar dan membawanya ke dalam ruangan Putih atau ruang ilusi yang dirancang untuk menarik keluar Kalimasada.

Untuk tiket pertunjukan seni teater "Mencari Semar" yang akan berlangsung setiap hari mulai 13-17 Agustus 2025, harga bervariasi mulai dari Rp100-850 ribu yang bisa dibeli melalui situs resmi Teater Koma teaterkoma.org dan platform pembelian tiket.