Tren Fashion Olahraga Jadi Gaya Hidup Populer

Featured Image

Tren Gaya Hidup Athleisure Mendorong Pertumbuhan Bisnis Fashion Sport

Di tengah pergeseran perilaku konsumen, industri fashion sport semakin mendapat perhatian dari pelaku usaha. Banyak orang kini tidak hanya memandang pakaian olahraga sebagai alat untuk berolahraga, tetapi juga sebagai bagian dari identitas sosial dan gaya hidup sehari-hari. Fenomena ini dikenal dengan istilah athleisure, di mana kebutuhan akan fungsionalitas dan penampilan yang stylish saling bersinergi.

Banyak perusahaan lifestyle mulai memperkuat lini bisnis mereka dalam bidang fashion sport. Salah satu contohnya adalah MAP Group, yang menghadirkan ritel olahraga asal Inggris bernama Sports Direct pada awal 2024. Penambahan ini menambah jajaran ritel fashion sport yang telah dimiliki oleh MAP Group, seperti Sport Station dan Foot Locker. Hal ini menunjukkan strategi perusahaan dalam menjawab permintaan pasar yang terus berkembang.

Selain itu, Erajaya (ERAA) juga turut merambah segmen fashion sport melalui akuisisi JDSports Fashion Indonesia (JDFI) pada akhir 2024. Corporate Secretary ERAA, Amelia Allen, menjelaskan bahwa kehadiran segmen ini menjadi bagian dari strategi diversifikasi bisnis yang sesuai dengan minat pasar. Ia menyatakan bahwa tren konsumen yang menginginkan penampilan yang fungsional sekaligus fashionable menjadi peluang strategis jangka panjang.

Amelia menekankan bahwa kehadiran JDFI sejak awal tahun telah menunjukkan perkembangan yang konsisten. Ini didorong oleh meningkatnya tren lifestyle yang aktif. ERAA sendiri optimis terhadap prospektif industri fashion Indonesia, mengingat karakter demografis masyarakat yang muda dan tren gaya hidup yang terus berkembang.

Namun, meski ada peluang, bisnis fashion sport juga memiliki risiko. Amelia menyebut dua tantangan utama yang perlu diperhatikan, yaitu daya beli masyarakat dan perubahan perilaku belanja konsumen. Meski begitu, pengamat pemasaran dan konsultan bisnis Yuswohady mengatakan bahwa perubahan perilaku konsumen memang menjadi pendorong utama berkembangnya bisnis ini. Misalnya, konsumen kini lebih sering menggunakan produk fashion sport untuk aktivitas di luar olahraga, seperti bekerja, berbelanja, atau sekadar nongkrong.

Yuswo menilai bahwa meskipun perilaku konsumen dinamis, olahraga tetap menjadi kebutuhan esensial. Oleh karena itu, permintaan terhadap industri ini akan tetap ada. Selain itu, budaya komunitas yang kuat di kalangan konsumen Indonesia juga menjadi faktor pendukung. Kehadiran komunitas olahraga baru dapat meningkatkan permintaan pasar secara keseluruhan.

Tantangan dalam Persaingan Bisnis Fashion Sport

Menurut Yuswo, salah satu tantangan utama dalam bisnis ini adalah lemahnya diferensiasi produk. Banyak toko memiliki produk yang hampir sama, sehingga sulit untuk menonjolkan ciri khas. Namun, hal ini juga bisa menjadi peluang. Alih-alih membuka toko ritel baru, perusahaan bisa menciptakan produk unik yang hanya tersedia di toko tertentu.

Yuswo menyarankan agar para pemain bisnis mencoba membedakan diri dengan menghadirkan produk khusus. Meski persaingan di level ritel atas semakin ketat, inovasi produk bisa menjadi daya tarik tambahan. Ia menegaskan bahwa meski konsumen sudah sangat terpapar merek besar, langkah inovatif tetap diperlukan untuk bertahan di pasar.

Amelia pun mengakui bahwa persaingan di bisnis fashion sport semakin dinamis. Untuk menghadapinya, ERAA berupaya memetakan segmen pasar yang lebih spesifik dan memberikan penawaran yang relevan dan menarik. Contohnya, ERAA menghadirkan koleksi sepatu khusus yang hanya tersedia di gerai JD Sports di Indonesia.

Secara keseluruhan, menjaga relevansi pasar menjadi kunci penting dalam memperkuat posisi di tengah persaingan yang ketat. Yuswo menekankan bahwa meskipun tren selalu berubah, peluang dari sifat sustain bisnis fashion sport perlu dimanfaatkan dengan pendekatan yang tepat. Dengan memahami kebutuhan konsumen dan menghadirkan inovasi yang sesuai, bisnis ini bisa tetap berkembang di masa depan.