5 Alasan Green Logistic Jadi Solusi Logistik Masa Depan Indonesia

Featured Image

Solusi Masa Depan untuk Logistik Indonesia: Green Logistic

Dalam menghadapi tantangan logistik yang semakin kompleks, Indonesia membutuhkan solusi inovatif dan berkelanjutan. Salah satu solusi yang menjanjikan adalah green logistic atau sistem logistik ramah lingkungan. Dengan menggabungkan efisiensi, keberlanjutan, dan keamanan, green logistic bukan hanya tren global, tetapi juga kebutuhan mendesak bagi negara kepulauan seperti Indonesia.

Berikut lima alasan utama mengapa green logistic dapat menjadi solusi ideal jasa logistik di Indonesia ke depan:

1. Menekan Emisi Karbon secara Signifikan

Emisi karbon dari sektor transportasi menjadi salah satu masalah utama di Indonesia. Pada tahun 2022, Indonesia tercatat sebagai negara penghasil emisi Gas Rumah Kaca (GRK) terbesar ketujuh di dunia. Sektor transportasi menyumbang hingga 94,69% dari total emisi GRK, dengan dominasi dari transportasi darat berbahan bakar fosil.

Di sisi lain, kereta api dinilai lebih ramah lingkungan dibandingkan truk. Menurut data dari International Energy Agency (IEA), kereta api menghasilkan emisi karbon tujuh kali lebih rendah dibandingkan moda transportasi truk. Pengiriman barang melalui jalur kereta api yang sudah terbangun dapat mengurangi polusi udara, kebisingan, serta risiko kecelakaan lalu lintas.

Contohnya, satu rangkaian kereta angkutan kontainer KAI Logistik mampu menggantikan hingga 60 unit truk bermuatan 20 ton. Efisiensi ini menjadi kunci dalam mendorong transformasi logistik ramah lingkungan. Dengan memindahkan sebagian besar angkutan barang dari jalan raya ke jalur kereta api, PT KAI mampu menekan emisi karbon hingga 60% per ton-kilometer.

2. Mengurangi Biaya APBN untuk Perawatan Jalan

Kerusakan jalan akibat truk ODOL menyebabkan negara harus mengalokasikan biaya perbaikan hingga Rp41–43 triliun setiap tahun. Selain itu, jalan yang rusak meningkatkan risiko kecelakaan dan memperlambat arus distribusi barang.

Green logistic tidak hanya soal lingkungan, tapi juga soal efisiensi fiskal. Dana triliunan untuk perbaikan jalan bisa dialihkan untuk pembangunan lain jika distribusi logistik beralih ke jalur kereta api. Pengiriman jasa logistik dengan kereta api dapat menjadi solusi win-win solution bagi industri logistik Tanah Air. Bukan hanya soal biaya perawatan jalan yang harus lebih besar, green logistic mengurangi kerusakan pada truk akibat muatan berlebih.

3. Menurunkan Risiko Kecelakaan Lalu Lintas akibat Truk ODOL

Truk ODOL telah menjadi penyebab utama kecelakaan lalu lintas setelah sepeda motor. Data dari INSTRAN menunjukkan bahwa pada tahun 2024, truk ODOL menyumbang 10,5% kecelakaan di jalan raya dan hingga 40% di jalan tol.

Muatan berlebih juga meningkatkan potensi kerusakan pada kendaraan lebih cepat. Dengan menggunakan kereta api sebagai moda utama logistik berat seperti semen, pupuk, baja, dan air minum dalam kemasan, maka risiko kecelakaan dan biaya perbaikan terhadap kerusakan truk bisa ditekan drastis.

4. Lebih Efisien dan Murah dalam Skala Besar

Satu rangkaian kereta logistik KAI mampu mengangkut barang setara 60 truk bermuatan 20 ton. Ini bukan hanya efisien dari sisi kapasitas, tapi juga menekan double handling cost jika ada integrasi antarmoda yang baik.

Di negara maju seperti Kanada, Amerika Serikat, dan negara-negara Eropa, 80% distribusi logistik menggunakan kereta api. Sementara itu, Indonesia baru mencapai 0,7%. Ini menunjukkan potensi besar untuk dikembangkan di Indonesia sebagai negara kontinental.

Masalah biaya logistik di Indonesia memang cukup pelik. Selain faktor ODOL, kebocoran-kebocoran biaya logistik lainnya seperti pungutan liar (pungli) di jalan menjadi beban tambahan yang akhirnya dibebankan ke pemilik barang dan konsumen akhir.

5. Mengurangi Potensi Pungli dan Biaya Lain

Supir truk maupun perusahaan jasa logistik harus mengalokasikan biaya lain sebagai biaya tak terduga yang berpotensi muncul selama pengiriman barang. Pungutan-pungutan liar masih marak terjadi baik pengiriman logistik melalui jalan raya maupun jalan tol. Hal ini turut menjadi kekhawatiran dari para sopir truk yang mengeluhkan tentang pemberantasan pungli di jalan yang masih tebang pilih.

Kebocoran biaya logistik ini menjadi beban tambahan bagi pemilik barang maupun konsumen akhir yang menyebabkan harga produk kita belum bisa bersaing dengan pasar luar. Biaya tak terduga ini dapat dikurangi dengan sistem terintegrasi antara truk dalam kota dengan layanan kereta api. Konsep green logistic yang terencana dapat mengurangi itu.

Pemerintah selaku regulator dapat memberikan insentif kepada pengusaha logistik untuk menanggung biaya double handling dari gudang ke stasiun. Dengan political will yang kuat, langkah ini diyakini dapat mempercepat transformasi logistik nasional.

Membangun Ekosistem Green Logistics Butuh Political Will dan Insentif

Para pakar sepakat bahwa keberhasilan green logistic di Indonesia tak hanya ditentukan oleh teknologi atau infrastruktur. Kuncinya adalah regulasi tegas dan insentif bagi pelaku industri.

Perlu adanya aturan seragam di semua daerah dan kolaborasi antarperusahaan dengan sistem logistic sharing agar muatan kendaraan selalu penuh dan efisien. Selain itu, diperlukan pembentukan satuan tugas nasional dan pengaktifan teknologi digital seperti Weigh-in-Motion (WIM) agar pengawasan truk ODOL bisa terintegrasi dan transparan.

Sudah saatnya Indonesia mencontoh negara maju dalam menjadikan kereta api sebagai tulang punggung logistik nasional. Masa depan distribusi barang yang efisien, murah, dan berkelanjutan bukan lagi mimpi—melainkan kebutuhan.