5,6 Miliar Orang Terancam Chikungunya: WHO Ajak Dunia Belajar dari Wabah 2004

Featured Image

Ancaman Serius dari Virus Chikungunya yang Mengingatkan Pada Wabah 2004

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memberi peringatan bahwa dunia kembali menghadapi ancaman serius dari virus Chikungunya. Penyebarannya saat ini menunjukkan pola yang mirip dengan wabah besar pada tahun 2004, yang menimbulkan kekhawatiran di berbagai wilayah. Saat ini, sekitar 5,6 miliar orang di 119 negara berada dalam risiko terpapar virus yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes.

Dalam konferensi pers di Jenewa, perwakilan WHO, Diana Rojas Alvarez, menyampaikan bahwa sejak awal tahun, pola penyebaran virus tersebut kembali muncul. Beberapa wilayah seperti Réunion, Mayotte, dan Mauritius telah melaporkan wabah besar. Diperkirakan sepertiga penduduk Réunion telah terinfeksi virus tersebut.

Lonjakan Kasus Global: 240.000 Terinfeksi, 90 Meninggal

Data yang dirilis oleh Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Eropa menunjukkan bahwa Chikungunya telah menyebabkan 240.000 kasus dan 90 kematian secara global sepanjang 2025. WHO menyerukan tindakan segera untuk mencegah terulangnya sejarah kelam dari wabah 2004.

"Virus ini menyebar diam-diam dan cepat. Kami membunyikan alarm sejak dini agar negara-negara dapat memperkuat kapasitas deteksi dan respons," ujar Rojas.

Negara-Negara Terdampak dan Peringatan Perjalanan

Beberapa negara telah mengeluarkan peringatan perjalanan terkait Chikungunya. Amerika Serikat misalnya, memberi peringatan bagi pelancong yang berkunjung ke sejumlah wilayah Asia, Amerika Selatan, Afrika, dan Samudra Hindia. Negara-negara seperti Guangdong (Tiongkok), Bolivia, Kenya, Madagaskar, Mauritius, Mayotte, Réunion, Somalia, dan Sri Lanka menjadi daftar peringatan.

Menurut laporan The Straits Times, CDC AS sedang mempertimbangkan pengeluaran travel notice resmi untuk Tiongkok setelah terjadi lonjakan kasus Chikungunya di Provinsi Guangdong. Hingga awal Juli, provinsi ini mencatat hampir 5.000 kasus.

Di Asia Tenggara, Singapura juga melaporkan peningkatan kasus Chikungunya. Berdasarkan data mingguan pemerintah per 2 Agustus 2025, tercatat 17 kasus sejak awal tahun. Dari jumlah tersebut, 13 di antaranya berasal dari pelancong yang baru kembali dari daerah wabah, sementara sisanya merupakan kasus sporadis.

Apa Itu Chikungunya dan Penyebabnya?

Chikungunya adalah penyakit tropis yang disebabkan oleh virus chikungunya dan ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes albopictus. Virus ini pertama kali diidentifikasi di Tanzania pada 1952 dan sejak itu menyebar ke berbagai wilayah tropis dan subtropis.

Penularan terutama terjadi di siang hari, dengan aktivitas puncak nyamuk pada pagi dan sore. Nyamuk Aedes berkembang biak di genangan air dan lingkungan lembap, menjadikannya vektor utama penyebaran virus. Lingkungan urban dengan sanitasi buruk dan wadah air terbuka memperbesar risiko infeksi.

Gejala, Durasi Infeksi, dan Risiko Komplikasi

Gejala Chikungunya meliputi demam tinggi, nyeri dan pembengkakan sendi, sakit kepala, nyeri otot, serta ruam kulit. Lebih dari separuh pasien mengalami gejala yang menyerupai demam biasa, namun sebagian kasus dapat berkembang menjadi ekstrem dan berakibat fatal.

Infeksi biasanya berlangsung antara dua hingga 12 hari. WHO mencatat bahwa lansia, bayi baru lahir, dan individu dengan penyakit bawaan memiliki risiko lebih tinggi mengalami komplikasi serius, termasuk gangguan kardiovaskular, neurologis, dan multiorgan. Kasus berat dapat memerlukan perawatan medis intensif dan pemantauan berkelanjutan.

Belum Ada Obat Antivirus, Pencegahan Jadi Kunci

Hingga kini belum tersedia pengobatan antivirus untuk Chikungunya. Obat-obatan hanya digunakan untuk meredakan nyeri dan demam.

WHO mengimbau masyarakat untuk menggunakan obat nyamuk, menutup wadah air, dan menjaga kebersihan lingkungan sebagai langkah pencegahan utama. Dengan meningkatkan kesadaran dan tindakan pencegahan, diharapkan risiko penyebaran virus dapat diminimalisir.