6 Isu Kritis Cekungan Bandung: BRT hingga Sampah Sarimukti Butuh Tindakan Segera

Enam Isu Strategis yang Harus Diselesaikan di Kawasan Perkotaan Cekungan Bandung
Kawasan perkotaan cekungan Bandung menghadapi berbagai tantangan yang memerlukan penanganan serius. Enam isu strategis menjadi fokus utama dalam upaya meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan keberlanjutan lingkungan. Seluruh wilayah di cekungan Bandung diminta untuk menyusun rencana aksi yang terukur dan berkelanjutan.
Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Barat, Herman Suryatman, menekankan pentingnya penanganan keenam isu tersebut. Ia menyoroti beberapa aspek seperti penataan Bus Rapid Transit (BRT), kualitas Sungai Citarum, serta masalah sampah Sarimukti yang membutuhkan perhatian khusus. Dalam rapat koordinasi yang dilaksanakan pada 1 Agustus 2025, ia meminta pemerintah daerah segera menyusun rencana aksi untuk menghadapi tantangan ini.
Rapat tersebut dihadiri oleh para Sekretaris Daerah dari wilayah Bandung Raya, termasuk Kota Bandung, Kota Cimahi, Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, dan Kabupaten Sumedang. Hal ini menunjukkan komitmen bersama dalam menyelesaikan masalah yang ada di kawasan tersebut.
Enam Isu Super Prioritas yang Harus Ditangani
Keenam isu super prioritas yang harus ditangani meliputi:
- Penataan ruang perumahan dan permukiman
- Pengembangan transportasi
- Pengelolaan sumber daya air
- Pengelolaan persampahan
- Peningkatan tata kelola pemerintahan
- Peningkatan kualitas dan kesejahteraan masyarakat
Herman menekankan pentingnya integrasi transportasi di wilayah cekungan Bandung, termasuk pengembangan jalur kereta api dan BRT. Ia menilai bahwa efektivitas BRT perlu ditingkatkan, terutama dalam penataan shelter dan lokasi pemberhentian yang dinilai belum tertib. "Sebelum gubernur turun ke lapangan, tolong ditata bersama Pemerintah Kota Bandung. Transportasi di cekungan Bandung harus terhubung secara ideal," ujarnya.
Kualitas Air Sungai Citarum yang Masih Rendah
Terkait sumber daya air, kualitas Sungai Citarum masih rendah dengan indeks berkisar antara 50 dari skala 100. Hal ini menunjukkan bahwa Citarum masih dalam kategori cemar ringan. "Ini persoalan sumber daya air. Kualitas air bersih kita di Cekungan Bandung masih rendah. Indeks kualitas Citarum baru 50-an dari skala 100. Ini pekerjaan rumah kita bersama," ujar Herman.
Persampahan yang Menjadi Tantangan Besar
Masalah persampahan juga mendapat perhatian khusus. Beban Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sarimukti semakin berat dan berdampak pada pencemaran sungai. Herman mendorong pemanfaatan teknologi pengolahan sampah menjadi Refuse Derived Fuel (RDF) seperti yang telah diterapkan di Sukabumi. "Kuncinya pilah-pilih sejak dari rumah tangga. Sampah organik dan anorganik jangan dicampur," katanya.
Ia juga menegaskan perlunya ketegasan pemerintah daerah dalam menertibkan pengelolaan sampah. Camat dan lurah diminta menjalankan target pengurangan sampah dengan indikator jelas dan terukur. "Berikan waktu enam bulan. Jika tidak ada progres, lakukan evaluasi jabatan," tuturnya.
Solusi Teknologi dalam Pengelolaan Sampah
Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan, juga menyoroti pentingnya penggunaan teknologi sebagai solusi pengelolaan sampah. Dengan produksi sampah mencapai 1.800 ton per hari, ia berharap adanya perbaikan sistem pengelolaan yang lebih baik. Kota Bandung tidak akan mengandalkan model waste to energy seperti di kota lain, tetapi ingin membangun ekosistem terbuka yang inklusif. "Tidak hanya mengandalkan satu teknologi besar, tapi berbagai inovasi skala menengah dan kecil yang bisa cepat diterapkan," katanya.
Sekretaris Daerah Kota Bandung, Iskandar Zulkarnain, juga memastikan akan terus mengoptimalkan teknologi untuk mengolah sampah. Langkah-langkah ini diharapkan dapat memberikan solusi berkelanjutan bagi masalah sampah di kawasan perkotaan cekungan Bandung.