70 Warga Harjatani Mual dan Pusing Diduga Akibat Limbah Hotel Forbis, 4 Masuk IGD

70 Warga Harjatani Mual dan Pusing Diduga Akibat Limbah Hotel Forbis, 4 Masuk IGD

Warga Desa Harjatani Mengeluhkan Kesehatan Akibat Limbah dari Hotel Forbis

Pada Jumat malam, 8 Agustus 2025, sebanyak 70 warga Desa Harjatani, Kecamatan Kramatwatu, Kabupaten Serang mengalami gejala mual, pusing, hingga sesak napas. Masalah ini diduga terkait dengan adanya limbah yang mengalir di aliran sungai Kampung Larangan, Desa Harjatani. Awalnya, warga mengira sumber limbah tersebut berasal dari sebuah industri yang berada dekat pemukiman. Namun, setelah dilakukan penyisiran oleh sejumlah warga, ditemukan bahwa sumber limbah itu diduga berasal dari Hotel Forbis.

Dudi Mulyadi, salah satu warga setempat, menjelaskan bahwa kejadian ini memicu kemarahan warga. “Beberapa warga langsung pergi ke Hotel Forbis dan ternyata benar, saat itu sedang ada maintenance dan terjadi kebocoran dari tangki,” ujarnya.

Limbah yang ditemukan adalah jenis Rubber Chemical Oil (RCO), yang diduga digunakan sebagai alternatif bahan bakar pengganti solar oleh pihak hotel. Dudi menyebutkan bahwa RCO lebih murah dibandingkan solar. “Saya tidak tahu apakah digunakan untuk genset atau bukan, tapi yang jelas mereka mencari alternatif yang lebih hemat,” tambahnya.

Menurut Dudi, limbah tersebut awalnya dimasukkan ke dalam toren, namun karena tidak muat, akhirnya meluap ke aliran sungai. “Tidak tahu apakah sengaja dibuang atau tidak sengaja, tapi kondisi situasi seperti itu membuat limbah mengalir ke lingkungan sekitar.”

Warga yang terkena dampak langsung mengalami gejala kesehatan yang cukup parah. Dudi mengatakan bahwa sebanyak 70 warga telah diperiksa oleh tim medis dari Hotel Forbis. Empat di antaranya bahkan harus dirawat di IGD Rumah Sakit Bethsaida. “Termasuk mertua saya sendiri,” katanya.

Gejala yang dialami warga meliputi sesak napas, mual, dan pusing. Dudi berharap agar kejadian ini tidak mengganggu kehidupan warga secara keseluruhan. “Kami hanya ingin hidup tenang, meskipun Hotel Forbis sudah lama ada di lingkungan Waringin, tetapi tidak semua warga terdampak. Kami hanya ingin bisa hidup tanpa gangguan.”

Penjelasan dari Pihak Hotel Forbis

General Manager Hotel Forbis, Luciana Santi, memberikan penjelasan terkait kejadian ini. Menurutnya, RCO digunakan sebagai bahan bakar pengganti solar selama 10 tahun terakhir. Namun, pada saat proses pemindahan ke dalam tangki, pihak hotel tidak mengetahui adanya tekanan tinggi yang menyebabkan kebocoran.

“Kami tidak menyadari hal ini dan baru mengetahui pada jam 8 malam ketika warga datang ke kami,” ujarnya.

Luciana mengaku telah berusaha mengantisipasi masalah ini dengan memindahkan limbah secara bertahap ke tangki. Saat ini, pihak hotel telah mengirimkan beberapa perlengkapan penting, seperti masker, susu beruang, serta tim medis untuk membantu warga yang terdampak.

“Kami juga sudah mengirimkan dokter ke lokasi evakuasi yang diatur oleh RT dan RW setempat,” imbuhnya.

Dalam pernyataannya, Luciana berharap masyarakat dapat memahami situasi yang terjadi dan bekerja sama untuk menyelesaikan masalah ini secara baik. “Kami berkomitmen untuk memberikan dukungan penuh kepada warga yang terkena dampak dan segera memperbaiki segala hal yang kurang tepat.”