80 Tahun Nagasaki: Kekacauan Akibat Bom Atom

Featured Image

Sejarah Pengeboman Atom di Nagasaki

Pada tanggal 9 Agustus, tepat 80 tahun yang lalu, pesawat pengebom B-29 Amerika Serikat Bockscar melakukan aksi yang akan menjadi bagian penting dari sejarah dunia. Pesawat tersebut melemparkan bom atom plutonium yang diberi nama Fat Man ke atas kota Nagasaki, Jepang. Ledakan terjadi pada pukul 11.02 waktu setempat, mengakibatkan kematian puluhan ribu orang dalam sekejap dan meninggalkan luka sejarah yang sangat dalam.

Peristiwa ini adalah pengeboman atom kedua yang dilakukan oleh Amerika Serikat, setelah serangan di Hiroshima. Dalam perjalanan sejarah, pengeboman ini menjadi momen penting yang membentuk akhir Perang Dunia II.

Latar Belakang Pengeboman Nagasaki

Pengeboman Nagasaki terjadi tiga hari setelah serangan bom atom Little Boy di Hiroshima pada 6 Agustus 1945. Misi ini merupakan bagian dari strategi Amerika Serikat untuk memaksa Jepang menyerah dengan cepat, sekaligus menunjukkan kekuatan senjata nuklir yang baru dikembangkan.

Awalnya, target utama misi adalah kota Kokura, yang memiliki fasilitas militer penting. Namun, cuaca buruk dan asap dari serangan udara sebelumnya membuat visibilitas rendah. Akibatnya, pesawat B-29 Bockscar yang membawa bom atom plutonium Fat Man akhirnya mengubah tujuan ke Nagasaki.

Nagasaki, sebuah kota pelabuhan yang menjadi pusat industri dan pembuatan kapal, menjadi sasaran akhir. Bom dijatuhkan pada pukul 11.02 waktu setempat dan meledak di ketinggian sekitar 550 meter di atas tanah, menghasilkan daya ledak setara 21 kiloton TNT. Ledakan ini memicu gelombang panas hingga ribuan derajat Celsius dan gelombang kejut yang meratakan bangunan dalam radius dua kilometer, sementara awan jamur raksasa membumbung hingga belasan kilometer ke udara.

Dampak Kemanusiaan dan Politik

Ledakan bom atom di Nagasaki menewaskan sekitar 27.000 orang seketika, dengan korban jiwa meningkat menjadi kurang lebih 70.000 pada akhir 1945 akibat luka bakar, cedera parah, dan penyakit radiasi. Banyak korban selamat atau dikenal sebagai hibakusha yang mengalami efek kesehatan jangka panjang, seperti kanker, leukemia, dan kerusakan sistem kekebalan tubuh.

Selain penderitaan fisik, para penyintas juga menghadapi diskriminasi sosial dan kesulitan ekonomi selama bertahun-tahun. Secara politik, serangan di Hiroshima dan Nagasaki mempercepat keputusan Jepang untuk menyerah tanpa syarat kepada Sekutu pada 15 Agustus 1945. Kapitulasi ini mengakhiri Perang Dunia II di Pasifik, tetapi juga menandai dimulainya penggunaan senjata nuklir dalam konflik dunia.

Peristiwa ini memicu perlombaan senjata antara negara-negara besar selama Perang Dingin, yang memengaruhi hubungan politik internasional pada paruh kedua abad ke-20.

Nagasaki Saat Ini

Pasca-pengeboman, Nagasaki berkembang menjadi kota yang dikenal sebagai simbol perdamaian dan pelucutan senjata nuklir. Pemerintah kota mendirikan Nagasaki Peace Park dan Atomic Bomb Museum untuk mengedukasi masyarakat tentang dampak bom atom sekaligus mengenang para korban. Setiap tahun pada 9 Agustus, upacara peringatan digelar dengan mengheningkan cipta dan membunyikan sirene pada pukul 11.02, waktu tepat bom meledak.

Dalam peringatan tahun ini, Wali Kota Nagasaki kembali menyerukan agar dunia menghindari penggunaan senjata nuklir. Pesannya mendorong generasi muda untuk melanjutkan komitmen menjaga perdamaian di masa depan. Upacara ini dihadiri penyintas, pejabat, dan perwakilan negara-negara pendukung pelucutan senjata nuklir secara global.

Delapan dekade berlalu, pengeboman Nagasaki tetap menjadi pengingat akan dampak menghancurkan dari senjata nuklir. Kisah para korban dan upaya kota ini menjaga perdamaian menjadi warisan yang terus dibagikan lintas generasi. Melalui peringatan tahunan, pesan untuk menghindari tragedi serupa disuarakan ke seluruh dunia.

Peringatan pengeboman Nagasaki tidak hanya menjadi momen mengenang korban, tetapi juga pengingat akan dampak destruktif perang dan senjata nuklir. Kota ini berupaya menjadikan tragedi masa lalu sebagai landasan untuk membangun masa depan yang damai. Pesan yang disampaikan setiap tahun menegaskan pentingnya upaya global untuk mencegah terulangnya peristiwa serupa di masa depan.