Ahli IPB: Gigitan Kucing Bisa Sebarkan Rabies, Ini Tindakan Daruratnya

Featured Image

Pentingnya Mengetahui Risiko dan Penanganan Cakaran Kucing

Cakaran kucing mungkin terdengar sepele, tetapi jangan pernah meremehkannya. Meski jarang, cakaran kucing berpotensi menularkan rabies, terutama jika tidak segera ditangani. Penyakit rabies sendiri merupakan infeksi sistem saraf yang fatal dan hingga kini masih menjadi ancaman serius apabila tidak ditangani sejak awal.

Rabies umumnya ditularkan melalui gigitan hewan yang terinfeksi, namun goresan atau cakaran juga bisa menjadi pintu masuk virus mematikan ini. Virus rabies menyebar melalui air liur hewan yang terinfeksi dan dapat masuk ke tubuh manusia melalui luka terbuka atau mukosa. Meskipun anjing merupakan penyebab utama rabies pada manusia di Indonesia, kucing juga bisa menjadi sumber penularan.

“Virus rabies akan masuk ke dalam tubuh melalui kulit yang terbuka atau mukosa tetapi tidak dapat masuk melalui kulit yang utuh,” jelas ahli medis. Dalam beberapa kasus, cakaran kucing bisa menjadi jalur penularan rabies, meski angka kejadian sangat rendah. Di Amerika Serikat, kasus rabies akibat cakaran kucing sangat jarang terjadi. Bahkan, hanya ada satu kasus yang tercatat secara resmi dan itu terjadi pada tahun 1975.

Namun demikian, risiko sekecil apa pun harus tetap diwaspadai. Penting untuk mengetahui pertolongan pertama yang harus dilakukan jika terjadi cakaran kucing.

Langkah Pertolongan Pertama Saat Terkena Cakaran Kucing

Jika Anda tercakar kucing, berikut langkah-langkah yang perlu segera dilakukan:

  • Cuci luka dengan sabun dan air bersih selama minimal 15 menit secara menyeluruh
  • Gunakan antiseptik, seperti alkohol atau povidone iodine, untuk mencegah infeksi lanjutan
  • Pantau tanda-tanda infeksi, seperti kemerahan, bengkak, rasa panas, atau nyeri di sekitar luka
  • Jika luka memburuk atau Anda tidak yakin dengan status vaksinasi hewan yang mencakar, segera konsultasikan ke fasilitas kesehatan terdekat

Langkah-langkah tersebut sangat penting untuk menghindari komplikasi yang lebih serius. Jika tidak ditangani dengan benar, cakaran kucing bisa menjadi pengantar berbagai jenis infeksi.

Risiko Lain dari Cakaran Kucing

Selain rabies, cakaran kucing juga bisa menularkan infeksi lain seperti:

  • Cat-scratch disease (penyakit cakaran kucing), yang disebabkan oleh bakteri Bartonella henselae. Gejalanya antara lain demam, pembengkakan kelenjar getah bening, dan nyeri otot.
  • MRSA, infeksi bakteri resisten yang bisa menyebabkan infeksi kulit serius hingga komplikasi sistemik.
  • Infeksi lain seperti Pasteurella multocida dan Staphylococcus aureus, yang dapat memicu cellulitis atau infeksi jaringan kulit dalam.

Dengan berbagai risiko yang mungkin muncul, penting bagi setiap pemilik kucing untuk menjaga kebersihan dan melakukan pencegahan yang tepat.

Pencegahan: Vaksinasi dan Kebersihan

Untuk menurunkan risiko rabies dan infeksi lainnya, berikut beberapa langkah pencegahan yang disarankan:

  • Pastikan kucing Anda mendapatkan vaksinasi rabies secara rutin
  • Hindari kontak langsung dengan hewan liar atau kucing yang tidak dikenal
  • Jangan biarkan kucing menjilat luka terbuka atau makanan Anda
  • Jaga kebersihan tangan, terutama setelah bermain dengan hewan peliharaan

Dengan menjaga kebersihan dan melakukan vaksinasi, risiko penularan rabies dan infeksi lain bisa diminimalkan.

Kapan Harus Ke Dokter?

Segera cari pertolongan medis jika:

  • Anda tidak yakin apakah kucing tersebut sudah divaksin
  • Luka terasa sakit, bengkak, atau bernanah
  • Anda mengalami demam, menggigil, atau gejala lain, seperti flu, setelah tercakar
  • Anda belum mendapatkan vaksin tetanus dalam lima tahun terakhir

Meski kasus rabies akibat cakaran kucing tergolong langka, bukan berarti risikonya bisa diabaikan. Dengan mengenali gejala, memahami mekanisme penularan, dan melakukan pertolongan pertama yang tepat, Anda bisa mengurangi risiko infeksi serius. Jaga hewan peliharaan Anda tetap sehat, dan selalu tanggapi setiap luka dari hewan dengan langkah medis yang sesuai.