Bayi 3 Bulan Meninggal Usai Disuntik Obat, Wajah Menghitam dan Isu Karma

Featured Image

Kecurigaan Overdosis dan Kematian Bayi di Gianyar

Seorang bayi perempuan berusia 3 bulan meninggal dunia di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sanjiwani, Gianyar, Bali. Kejadian ini menimbulkan kecurigaan terkait overdosis obat yang diberikan oleh petugas medis. Wajah bayi tersebut menghitam setelah menerima suntikan obat di rumah sakit, sehingga menimbulkan kekhawatiran besar dari keluarga.

Perjalanan Pengobatan yang Mencemaskan

Kasus ini bermula ketika bayi tersebut mengalami demam tinggi pada malam hari. Keluarga membawanya ke IGD RS Gianyar. Dari hasil pemeriksaan, bayi diberikan obat melalui anus dan diminta untuk pulang sambil menunggu reaksi obat. Pada saat itu, dokter juga memberikan paracetamol dan meminta keluarga datang kembali jika demam tidak kunjung reda dalam tiga hari.

Pada tanggal 5 Agustus 2025, bayi kembali dibawa ke rumah sakit karena demam tinggi. Setelah pemeriksaan, bayi diberi infus dan obat paracetamol serta ranitidine. Kondisi bayi sempat membaik dan bisa tertawa saat diajak berkomunikasi. Namun, setelah mendapatkan antibiotik, bayi mulai menangis histeris dan keluarga merasa khawatir dengan jenis obat yang diberikan.

Petugas hanya memeriksa kondisi pampers dan menyarankan penggunaan minyak angin di bagian bokong. Tidak ada pemeriksaan lebih lanjut seperti suhu tubuh atau detak jantung sebelum pemberian obat.

Kekhawatiran dan Kehilangan

Pada tanggal 6 Agustus 2025, bayi kembali demam dan diberi obat lagi. Setelah obat diberikan, bayi kembali menangis histeris. Sekitar pukul 12.00, bayi tenang dan tertidur. Namun, situasi berubah drastis ketika seorang perawat membawa obat "decease" (kemungkinan obat kuat). Setelah obat tersebut dimasukkan, wajah bayi langsung menghitam. Keluarga sangat histeris dan memeluknya dengan rasa sedih yang luar biasa.

Menurut keluarga, tidak ada dokter spesialis yang standby di rumah sakit, hanya dokter penjaga. Meskipun telah dilakukan berbagai upaya penanganan selama dua jam, bayi tidak dapat diselamatkan dan akhirnya meninggal dunia.

Permintaan Keadilan dan Penjelasan dari Pihak Rumah Sakit

Keluarga meminta agar kasus ini ditindaklanjuti secara serius. Mereka menyayangkan bahwa sebelum pemberian obat, tidak ada pemeriksaan suhu, detak jantung, atau kondisi fisik bayi. Suhu terakhir yang dicek menggunakan termometer pribadi menunjukkan 36,7°C.

Selain itu, keluarga menyebut bahwa orang yang memberikan obat terakhir kali adalah seorang pelatihan yang ditugaskan tanpa pendamping. Hal ini memperkuat kecurigaan mereka terhadap kesalahan prosedur medis.

Wadir Umum RSUD Sanjiwani, Putu Awan Saputra, saat dikonfirmasi mengakui bahwa bayi tersebut meninggal di rumah sakit. Namun, pihaknya belum bisa memberikan penjelasan lebih lanjut karena masih dalam proses laporan ke pimpinan.

Tanggapan dari Pemerintah Daerah

Sekretaris Daerah Kabupaten Gianyar, Dewa Gde Alit Mudiarta, menyampaikan belasungkawa atas kematian bayi tersebut. Ia menegaskan bahwa pelayanan telah dilakukan sesuai SOP, namun sayangnya bayi tidak bisa diselamatkan. Pihaknya berkomitmen untuk terus meningkatkan kualitas layanan di rumah sakit.

Perasaan Orang Tua Korban

Orang tua korban, Wayan Eka Saputra, mengungkapkan rasa bahagia saat anaknya lahir. Ia mengatakan bahwa anaknya lahir normal dan ia sangat senang. Meski begitu, ia tidak ingin membuat situasi menjadi semakin keruh. Tujuannya hanya ingin mengingatkan rumah sakit agar meningkatkan pelayanan agar tidak ada orangtua lain yang mengalami hal serupa.

Eka juga menyatakan bahwa ia sudah mengikhlaskan kejadian ini dan percaya pada karma. Jika ini benar-benar kecelakaan medis, maka biarkan karma yang membalas.