Bukan di Korea, Acara Kontroversial UNDER FIFTEEN Ganti Nama dan Rilis di Jepang

Program “UNDER FIFTEEN” Kembali Tayang dengan Nama Baru di Jepang
Setelah sempat menghadapi kritik tajam dan pembatalan penayangan, program survival K-pop “UNDER FIFTEEN” akhirnya menemukan jalan keluar. Kini, acara ini akan kembali tayang, namun bukan di Korea Selatan, melainkan di Jepang. Hal ini menjadi langkah baru dalam upaya untuk menjalankan proyek yang sebelumnya dikhawatirkan memiliki konsep yang kontroversial.
Program ini telah menemukan rumah siarannya yang baru setelah sebelumnya tidak dapat tayang di saluran MBN. Kini, acara tersebut akan ditayangkan melalui KBS Jepang, sebuah anak perusahaan dari stasiun penyiaran publik Korea, KBS, yang beroperasi secara lokal di Jepang. Dengan perpindahan ini, program ini juga mengganti namanya menjadi “Star Is Born,” yang rencananya akan tayang perdana pada 11 Agustus.
KBS Jepang telah mulai mempromosikan acara ini dengan merilis trailer dan iklan di platform seperti YouTube. Ini menunjukkan bahwa produksi acara ini kembali dilanjutkan setelah sempat tertunda akibat berbagai kontroversi. Meskipun begitu, isu-isu tentang etika dan perlindungan anak tetap menjadi fokus utama.
Sejak awal, program “UNDER FIFTEEN” sudah menuai kontroversi karena fokus pada peserta pelatihan berusia di bawah 15 tahun. Meskipun debut di usia remaja bukan hal baru dalam industri K-pop, batas usia yang sangat muda dalam program ini memicu kekhawatiran serius terkait eksploitasi anak di bawah umur. Beberapa trainee yang tampil dalam materi promosi diketahui berusia antara 5 hingga 9 tahun, bahkan ada yang lahir pada tahun 2016.
Produser acara, Lee Kook Yon, sempat membela konsep acara ini dengan menyatakan bahwa proses audisi dilakukan secara ketat untuk menemukan talenta sejati. Namun, komentarnya justru menambah kecemasan publik. Selain itu, gaya visual dalam promosi acara ini juga dikecam karena dinilai terlalu dewasa dan tidak pantas untuk anak-anak.
Di forum-forum daring Korea, banyak netizen mengungkapkan kemarahan dan rasa tidak nyaman terhadap estetika acara yang dianggap mengarah ke seksualisasi anak. Banyak pihak mengkritik cara promosi acara yang dinilai tidak sesuai dengan usia peserta. Akibatnya, tekanan publik dan kritik tajam menyasar produser serta stasiun penyiaran MBN, sehingga proyek ini harus ditarik dari siaran lokal.
Kembalinya program ini terjadi dalam konteks yang sensitif. Belum lama ini, publik Korea dikejutkan oleh skandal yang melibatkan aktor Kim Soo Hyun, yang dituding menjalin hubungan dengan mendiang aktris Kim Sae Ron saat masih berusia 15 tahun. Skandal ini memperkuat sorotan terhadap praktik-praktik tidak etis dalam industri hiburan, khususnya terkait perlindungan anak di bawah umur.
Kasus “UNDER FIFTEEN” pun memperpanjang daftar kontroversi yang memicu diskusi serius mengenai perlunya regulasi dan pengawasan lebih ketat dalam merekrut, melatih, dan mengekspos anak-anak di dunia hiburan. Dengan rebranding menjadi “Star Is Born,” acara ini mencoba memulai babak baru di Jepang.
Namun, perpindahan ke luar negeri ini tidak berarti kontroversi mereda. Banyak pihak masih mempertanyakan etika dan keamanan peserta, meskipun acara kini tidak tayang di Korea. Apakah publik Jepang akan menerima program ini atau justru mengulang gelombang kritik yang sama, masih menjadi pertanyaan besar.
Yang pasti, kehadiran acara ini tetap menyalakan alarm bagi industri hiburan internasional terkait pentingnya batasan usia dan perlindungan terhadap peserta muda. Dengan semua isu yang muncul, acara ini menjadi contoh penting tentang bagaimana industri hiburan harus lebih bijak dalam menangani masalah etika dan perlindungan anak.