Burnout Akibat Perubahan Kebijakan? Ini Saran Psikolog

Perubahan Kebijakan dan Dampaknya terhadap Kesehatan Mental
Perubahan kebijakan yang terjadi secara cepat dan terus-menerus bisa menjadi salah satu faktor yang memicu kelelahan mental atau burnout pada sebagian masyarakat. Hal ini tidak hanya terjadi di sektor pendidikan, kesehatan, maupun ketenagakerjaan, tetapi juga berdampak pada berbagai lapisan masyarakat. Kebijakan yang tidak konsisten atau terasa membebani dapat menimbulkan tekanan tersendiri bagi individu yang terdampak.
Dalam situasi seperti ini, masyarakat mungkin merasa kesulitan untuk beradaptasi, mengalami stres berkepanjangan, atau kehilangan motivasi karena harus terus menyesuaikan diri dengan tuntutan dan perubahan yang tidak selalu mereka pahami atau sepakati. Jika dibiarkan, kondisi ini berpotensi memengaruhi kesejahteraan mental secara lebih luas.
Tips Mengatasi Burnout dari Psikolog
Menurut psikolog dari Ibunda.id, Danti Wulan Manunggal, kemampuan mengelola stres, mengontrol ekspektasi, dan fokus pada apa yang bisa dilakukan saat ini merupakan keterampilan penting untuk membantu menghadapi tekanan semacam itu. Ia menjelaskan bahwa burnout bisa dialami siapa saja, baik pelajar, pekerja, maupun orang tua, terutama ketika merasa tidak memiliki kendali atas perubahan yang terjadi di sekitar mereka.
Untuk itu, ia membagikan tiga langkah yang dapat dilakukan untuk membantu mengatasi burnout dan menjaga kesehatan mental dalam situasi yang dinamis:
-
Menurunkan Ekspektasi
Langkah pertama adalah menurunkan ekspektasi, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap orang lain. Menurut Danti, sering kali burnout muncul karena harapan yang terlalu tinggi dan tidak realistis. Ia menyarankan untuk belajar melepaskan tekanan untuk selalu sempurna, dan tidak terlalu khawatir dengan hasil akhir dari setiap usaha. -
Mencari Tahu Pemicu Stres
Langkah kedua adalah mengidentifikasi penyebab stres. Danti menganjurkan agar setiap orang meluangkan waktu untuk memahami apa yang sebenarnya membuat mereka merasa tertekan, apakah itu beban kerja, ketidakpastian, atau perubahan kebijakan yang tak terduga. Selain itu, ia mengingatkan pentingnya menjaga keseimbangan antara waktu kerja dan waktu istirahat. Terlalu memaksakan diri tanpa jeda justru bisa memperparah kondisi burnout. -
Fokus pada Momem Saat Ini
Langkah terakhir adalah melatih kesadaran penuh atau mindfulness. Danti merekomendasikan untuk lebih hadir dalam aktivitas yang sedang dijalani dan tidak terlalu terbebani oleh kekhawatiran akan masa depan. Ia juga mengajak masyarakat untuk mulai menyadari pola pikir negatif yang mungkin muncul saat mengalami burnout, lalu menggantinya dengan pola pikir yang lebih realistis dan positif.
Menerima Perubahan sebagai Bagian dari Kehidupan
Tak kalah penting, menurut Danti, adalah sikap menerima. Menerima bahwa perubahan adalah bagian alami dari hidup, dan berupaya untuk beradaptasi secara bertahap bisa menjadi langkah besar dalam menjaga kesehatan mental. Belajar untuk menerima perubahan sebagai bagian dari kehidupan dan carilah cara untuk beradaptasi adalah kunci utama dalam menghadapi situasi yang dinamis.
Dengan tiga langkah ini, diharapkan masyarakat dapat lebih siap secara mental dalam menghadapi tekanan, termasuk tekanan yang mungkin muncul akibat dinamika kebijakan atau situasi sosial yang tidak selalu stabil. Kesehatan mental harus menjadi prioritas utama, terutama dalam situasi yang penuh ketidakpastian.