Cerita Pembulian di Meja Makan

Featured Image

Kehangatan Meja Makan dalam Menghadapi Masalah

Di kelas satu SMA, adik saya sering merasa ditinggalkan oleh teman-temannya. Ia tidak pernah bisa bergabung dengan kelompok mereka, bahkan ketika ingin ikut bermain, mereka selalu bubar. Sebagai orang tua, mungkin kita tidak akan pernah tahu bahwa adik saya pernah mengalami bullying hingga menangis karena dijauhi teman-temannya.

Situasi ini terungkap saat kami sedang makan bersama di sebuah kedai mie dekat rumah. Biasanya, kami jarang makan di luar, tetapi kali ini saya memutuskan untuk mentraktir adik-adik karena sedang ada rezeki lebih. Saat itu, saya melihat adik cukup murung dan tidak seperti biasanya yang ceria. Saya pun bertanya-tanya apa yang sedang ia alami.

Awalnya, dia hanya diam sambil menikmati makanannya. Namun, setelah saya meyakinkan bahwa berbagi cerita dengan keluarga bisa membantu meringankan beban pikiran, akhirnya dia mau bercerita. Adik mengatakan bahwa belakangan ini teman-temannya semakin menyebalkan. Mereka hanya ingin berkelompok dengan anak-anak yang dianggap pintar.

Adik saya memang bukan siswa yang masuk rangking 10 besar, tapi bukan berarti dia bodoh. Di kelasnya, setiap anak memiliki kelompok masing-masing. Ada yang suka berkelompok dengan sesama anak pintar, ada yang berkelompok dengan anak dari keluarga kaya, dan ada juga yang berkelompok dengan sesama penduduk desa. Akibatnya, adik saya sering dijauhi karena nilainya rendah. Ia juga bukan jenis orang yang suka berbicara banyak, lebih suka mengamati.

Ketika mendengar cerita itu, saya merasa sedih. Di rumah, adik selalu ceria, tetapi di sekolah, ternyata ia menghadapi masalah dengan teman-temannya. Sebagai kakak, saya hanya bisa menasehatinya untuk tidak takut menghadapi ejekan dan terus belajar agar nilai-nilainya meningkat. Ia pun mengangguk.

Sekarang, setelah masuk kelas tiga SMA, adik saya sudah lebih bisa bergaul. Pembulian yang dialaminya mulai berkurang. Saya juga pernah berkomunikasi dengan guru BK agar adik bisa digabungkan ke kelas yang lebih cocok.

Sebenarnya, saya tidak ingin terlalu panjang bercerita tentang pengalaman adik. Hanya saja, saya ingin menyampaikan bahwa meja makan bisa menjadi tempat hangat untuk berbagi cerita antar anggota keluarga. Tidak semua orang memiliki hubungan keluarga yang dekat. Ada yang memiliki meja makan lengkap dengan hidangan, tetapi tidak memiliki ikatan emosional karena tiap orang sibuk dengan urusan masing-masing.

Saya bersyukur bahwa di meja makan yang berukuran 2 x 3 meter di kedai mie itu, kami bisa saling berbagi cerita. Tentu saja, kami ditemani berbagai makanan yang menggugah selera. Saya hanya berharap, adik atau anggota keluarga lainnya bisa selalu berbagi cerita.

Pentingnya Meja Makan dalam Menjaga Kesehatan Mental

Dalam kehidupan, ada momen-momen yang sulit untuk diceritakan karena takut membebani orang lain. Seperti halnya adik saya yang awalnya enggan bercerita tentang pengalaman bullying yang ia alami. Namun, canda tawa dan kehangatan yang tercipta saat makan bersama membuat uneg-uneg keluar sendiri.

Saya percaya bahwa selagi meja makan terisi penuh dengan kebersamaan, kewarasan hati akan terjaga. Dalam sebuah artikel singkat, saya pernah membaca bahwa keluarga yang sering makan bersama cenderung memiliki rasa keterbukaan dan kebahagiaan yang tinggi. Mereka saling berbagi cerita, ide, maupun hal-hal yang terjadi sehari-hari.

Berbeda dengan keluarga yang kerap memilih makan sendiri di kamar masing-masing. Kesempatan untuk bertemu semua anggota keluarga menjadi sangat minim. Meja makan bukan hanya sekadar benda, tetapi juga sarana untuk menghubungkan satu sama lain.

Alasan kesehatan mental bisa lebih terjaga di meja makan karena uneg-uneg bisa dilepas dalam diskusi kecil. Tidak disimpan di pikiran hingga akhirnya meledak. Setelah adik saya bercerita tentang masalahnya, saya bisa merasakan ada kelegaan dalam hatinya. Setidaknya, ia bisa berbagi beban. Selain itu, keluarga bisa segera meminta bantuan ke pihak sekolah (guru BK) untuk pendampingan.

Pada intinya, jangan pernah menyepelekan peranan diskusi kecil di atas meja makan. Sebab, cerita yang terucap di meja makan bisa menjadi obat bagi orang-orang yang memiliki banyak pikiran. Entah itu saya, kamu, atau siapa pun.