Demam Padel: Antara FOMO dan Kebiasaan Sehat Populer

Featured Image

Tren Olahraga di Masa Pandemi dan Perubahan Sosial

Di tengah pandemi, berbagai aktivitas olahraga mengalami pergeseran. Dulu, bersepeda dan lari menjadi pilihan utama untuk menjaga kesehatan dan kebugaran. Kini, tren ini bergeser ke olahraga yang lebih menarik secara visual dan sosial, seperti padel. Padel, olahraga yang menggabungkan unsur tenis dan squash, kini menjadi sorotan di media sosial.

Perubahan tren olahraga tidak terjadi begitu saja. Menurut sosiolog Nia Elvina, hal ini merupakan bagian dari siklus perubahan sosial yang alami. Ia menjelaskan bahwa setiap periode memiliki olahraga yang populer, dan dalam beberapa tahun atau dekade, tren tersebut bisa muncul kembali. Perubahan ini juga mencerminkan sifat masyarakat yang mudah terbawa arus tren, terutama kalangan menengah bawah.

Faktor yang Mendorong Ikut Tren Padel

Padel memang bukan olahraga yang murah. Harga raket bisa mencapai jutaan rupiah, ditambah biaya sewa lapangan yang juga cukup tinggi. Namun, banyak orang tetap rela mengeluarkan uang demi ikut tren ini. Hal ini dipicu oleh rasa FOMO (fear of missing out), terutama di kalangan masyarakat yang mudah terpengaruh oleh lingkungan sekitar.

Menurut Nia, fenomena ini sejalan dengan temuan ekonomi yang menunjukkan bahwa masyarakat kelas menengah ke bawah sering kali mengambil pinjaman, baik online maupun offline, untuk memenuhi gaya hidup mereka. Dari sudut pandang sosiologis, tindakan ini dilakukan untuk meningkatkan prestise di mata orang lain.

Bagi sebagian orang, mengikuti tren olahraga seperti padel bukan hanya tentang kesehatan, tetapi juga sebagai penanda status sosial. Ini mirip dengan masa pandemi ketika memiliki sepeda premium menjadi simbol eksistensi.

FOMO: Bisa Jadi Motivasi atau Beban

Pengamat sosial Devie Rahmawati menilai bahwa FOMO bukan selalu buruk. Ia menyebutnya seperti api yang bisa menghangatkan atau membakar. Jika dikelola dengan benar, FOMO bisa menjadi motivasi untuk mencari informasi penting atau peluang belajar.

Dalam penelitian terhadap mahasiswa, rasa takut tertinggal justru mendorong mereka lebih aktif mencari informasi dan terlibat dalam kegiatan produktif. Namun, masalah muncul ketika FOMO hanya digunakan untuk membandingkan diri atau konsumsi konten tanpa tujuan. Di situlah FOMO berubah menjadi beban psikologis.

Devie menekankan bahwa kuncinya adalah mengelola FOMO agar menjadi pemicu pertumbuhan, bukan sumber stres. Dalam konteks olahraga, peningkatan minat pada padel juga memberikan dampak positif, karena mendorong lebih banyak orang untuk aktif bergerak dan membangun kebiasaan sehat.

Apakah Tren Padel Akan Bertahan?

Meski saat ini padel sedang naik daun, Nia memperkirakan tren ini tidak akan bertahan lama. Seperti tren lainnya, padel akan meredup dan digantikan oleh yang baru. Yang terpenting, masyarakat harus memiliki sikap kritis. Jika memang butuh olahraga padel untuk kesehatan dan biayanya sesuai kemampuan, itu berarti bertindak sesuai esensi. Namun, jika hanya ikut-ikutan demi terlihat keren, maka masyarakat mudah terjebak dalam pola konsumsi yang merugikan.

Mengelola Hasrat Ikut Tren

Pergeseran tren olahraga, dari sepeda ke padel, mencerminkan dua aspek sekaligus: budaya ikut-ikutan yang kuat dan peran FOMO dalam memengaruhi pilihan gaya hidup. FOMO yang dikelola dengan baik bisa menjadi motivasi untuk mencoba hal baru yang bermanfaat. Namun, tanpa kontrol, FOMO bisa mendorong perilaku konsumtif yang menguras kantong dan meninggalkan penyesalan.

Saat ini, padel mungkin menjadi simbol gaya hidup baru. Namun, pada akhirnya, olahraga apa pun akan lebih berarti jika dijalani karena kebutuhan dan kesenangan pribadi, bukan semata-mata demi mengikuti arus tren.