Dihargai dengan Kata: Afirmasi Positif Membangun Kepercayaan Diri Anak

Featured Image

Membentuk Kepribadian Anak Melalui Pemahaman Self-Esteem

Apakah Anda pernah mendengar anak mengatakan “Aku sepertinya tidak bisa” atau “Aku takut dimarahi”?
Kalimat-kalimat tersebut mungkin terdengar biasa bagi orang dewasa, namun bagi anak-anak, kalimat tersebut adalah ungkapan spontan ketika mereka merasa tidak nyaman atau rendah diri.

Anak-anak cenderung mudah menyerap apa yang mereka dengar, lihat, dan rasakan di sekitar lingkungan mereka. Jika orang dewasa tidak memberikan respons yang tepat, anak akan merasa bahwa keluhannya tidak didengar dan akhirnya mengalami kesedihan. Hal ini dapat memengaruhi tingkat self-esteem atau kepercayaan diri anak.

Apa Itu Self-Esteem?

Self-esteem, atau yang lebih dikenal sebagai harga diri, adalah pandangan seseorang terhadap diri sendiri, baik itu positif maupun negatif. Pandangan ini menjadi salah satu aspek penting dalam kehidupan karena memengaruhi bagaimana individu berperilaku terhadap lingkungan sekitarnya.

Penting untuk membentuk kebiasaan berpikir positif sedari kecil. Hal ini didukung oleh penelitian Guindon (2010), yang menyatakan bahwa masa kanak-kanak dan remaja adalah masa yang sangat rentan dalam membentuk self-esteem.

Berikut beberapa faktor yang memengaruhi tinggi rendahnya self-esteem pada anak:

  • Stereotip masyarakat terhadap gender: Di era saat ini, banyak anak laki-laki dituntut untuk menjadi kuat, sedangkan anak perempuan sering dianggap lebih inferior. Hal ini dapat memengaruhi self-esteem anak sejak dini.
  • Akademik dan evaluasi: Self-esteem dan prestasi akademik memiliki hubungan dua arah. Anak dengan self-esteem yang tinggi cenderung lebih berani mencoba dan tidak takut gagal.
  • Kehidupan keluarga dan hubungan dengan orangtua: Keluarga merupakan pilar utama dalam pembentukan karakter anak. Anak membutuhkan lingkungan yang penuh kasih sayang dan dukungan.
  • Penerimaan atau penolakan teman sebaya: Pertemanan memiliki pengaruh besar terhadap kualitas self-esteem anak. Anak yang diterima dengan baik akan memiliki self-esteem yang lebih baik.

Langkah-Langkah Meningkatkan Self-Esteem Anak

Salah satu cara sederhana tetapi efektif untuk meningkatkan self-esteem anak adalah dengan menerapkan self-affirmation. Afirmasi adalah kalimat positif yang digunakan untuk memperkuat keyakinan diri. Contoh afirmasi seperti:
- “Aku berharga”
- “Aku percaya pada diriku”
- “Aku pantas dihargai”

Kalimat-kalimat ini mungkin terdengar sederhana, tetapi memiliki kekuatan besar dalam meningkatkan self-esteem anak. Dengan pengulangan dan latihan yang konsisten, afirmasi positif dapat tertanam dalam alam bawah sadar dan secara bertahap membentuk pola pikir yang positif.

Secara biologis, proses ini terjadi karena peran hippocampus di otak, yang berperan dalam belajar dan mengingat. Bagian otak ini mengolah informasi dari ingatan jangka pendek dan mengubahnya menjadi ingatan jangka panjang melalui plastisitas sinaptik.

Cara Membuat Star Affirmation

Cara kreatif untuk menerapkan self-affirmation adalah dengan membuat star affirmation. Berikut langkah-langkahnya:

  1. Siapkan alat dan bahan, seperti pulpen, kertas origami DIY, dan wadah toples.
  2. Ambil satu kertas lalu tuliskan afirmasi positif yang diinginkan.
  3. Buat simpul dengan menyebrangi ujung potongan dan tarik salah satu ujungnya melalui gulungan yang terbentuk.
  4. Ujung kertas ditarik ke atas dan dikencangkan sehingga membentuk segi lima.
  5. Sisi yang pendek ditekuk mengikuti bentuk dan disisipkan.
  6. Sisi yang panjang dilipat mengikuti tepi segi lima hingga habis.
  7. Jika ada sisa kertas, dapat diselipkan.
  8. Tekan setiap sudut agar berbentuk seperti bintang.

Star affirmation sudah jadi dan siap untuk dimasukkan ke dalam toples!

Pentingnya Respons yang Mendukung

Selain membiasakan anak melakukan self affirmation, orang tua dan lingkungan sekitar juga perlu memberikan respons yang mendukung. Afirmasi positif bukan hanya sekadar kata, tetapi menjadi pondasi penting agar anak lebih percaya diri dan merasa dihargai.

Jika orang tua tidak membentuk kepribadian anak, maka anak akan dibentuk oleh kekuatan luar yang tidak peduli dengan kondisi mereka.