Gerindra dan PDIP Ganti Sekjen, Pengamat Sebut Ada Strategi Politik di Baliknya

Gerindra dan PDIP Ganti Sekjen, Pengamat Sebut Ada Strategi Politik di Baliknya

Perubahan Pemimpin di Gerindra dan PDIP

Gerindra dan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) secara bersamaan mengumumkan pergantian Sekretaris Jenderal (Sekjen) pada waktu yang berdekatan. Pergantian ini menunjukkan adanya strategi dalam pengelolaan partai politik di tengah dinamika politik yang terus berkembang.

Penggantian Sekjen Gerindra

Ketua Umum Gerindra, Prabowo Subianto, mengumumkan pergantian Sekjen partainya dari Ahmad Muzani ke Sugiono. Keputusan ini diumumkan pada Jumat (1/8/2025), setelah Muzani mengumumkan mundurnya dari jabatan tersebut. Muzani telah menjabat sebagai Sekjen selama lebih dari 17 tahun sejak partai ini didirikan pada 6 Februari 2008. Kini, posisi tersebut digantikan oleh Sugiono, yang juga menjabat sebagai Menteri Luar Negeri dalam kabinet pemerintahan Prabowo.

Muzani menyampaikan rasa terima kasih kepada Ketua Umum dan kader Gerindra atas dukungan selama ini. Ia juga memohon maaf jika ada kesalahan atau kekeliruan yang mungkin terjadi selama masa jabatannya. Setelahnya, Prabowo memberikan tanggung jawab baru kepada Muzani sebagai Sekretaris Dewan Pembina sekaligus Ketua Dewan Kehormatan.

Menurut pengamat komunikasi politik dari Universitas Esa Unggul, Jamiluddin Ritonga, perubahan ini dilakukan untuk penyegaran struktural. Dengan adanya Sekjen yang lebih muda, Gerindra diharapkan dapat lebih lincah dan terarah. Selain itu, Sugiono, sebagai anak ideologis Prabowo, dianggap memiliki kepercayaan penuh untuk mengelola partai secara lebih dalam. Hal ini penting karena Prabowo saat ini lebih fokus pada tugas presiden.

Penggantian Sekjen PDIP

Di sisi lain, PDIP juga mengalami perubahan. Hasto Kristiyanto, yang sebelumnya menjabat sebagai Sekjen PDIP, tidak lagi menduduki posisi tersebut setelah Kongres PDIP di Bali pada Sabtu (2/8/2025). Saat ini, posisi Sekjen PDIP sementara dijabat langsung oleh Megawati Soekarnoputri, yang juga menjabat sebagai Ketua Umum PDIP.

Megawati melantik jajaran pengurus Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PDIP periode 2025–2030. Dalam pelantikan ini, 37 nama pengurus pusat diumumkan, termasuk posisi Sekjen yang masih dipegang oleh Megawati sendiri. Prosesi pelantikan dilanjutkan dengan pengambilan sumpah jabatan oleh para pengurus yang hadir secara fisik di lokasi.

Strategi Politik di PDIP

Pengamat politik Pangi Syarwi Chaniago menilai bahwa belum adanya pengganti Hasto sebagai Sekjen PDIP merupakan bagian dari strategi internal partai. Menurutnya, Megawati ingin menghindari adanya penumpang gelap di struktur partai. Dengan menjaga posisi Ketua Umum, ia memastikan bahwa partai tidak dirongrong oleh pihak luar.

Menurut Pangi, posisi Ketua Umum PDIP hampir sulit digantikan karena menjadi hak veto bagi Megawati. Selain itu, absennya pengganti Hasto juga bertujuan untuk menghindari gangguan eksternal yang bisa merusak stabilitas internal partai. Dengan demikian, PDIP tetap menjaga konsolidasi dan persatuan para kader.

Kesimpulan

Perubahan pemimpin di Gerindra dan PDIP mencerminkan strategi yang diambil oleh masing-masing partai untuk menjaga stabilitas dan pengelolaan yang efektif. Di Gerindra, pergantian Sekjen ditujukan untuk penyegaran dan pengembangan organisasi. Sementara itu, PDIP menjaga posisi kepemimpinan dengan hati-hati untuk menghindari intervensi dari pihak luar. Kedua partai ini terus berupaya memperkuat fondasi internal guna menghadapi dinamika politik yang semakin kompleks.