Gubernur Aceh Muzakir Manaf Angkat Abu Paya Pasi Jadi Imam Besar Masjid Raya Baiturrahman

Gubernur Aceh Muzakir Manaf Angkat Abu Paya Pasi Jadi Imam Besar Masjid Raya Baiturrahman

Penunjukan Imam Besar Masjid Raya Baiturrahman Aceh

Gubernur Aceh, Muzakir Manaf atau yang lebih dikenal dengan nama Mualem, telah menetapkan Tgk H Muhammad Ali bin Tgk H Abdul Muthalleb sebagai Imam Besar Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh. Ia menggantikan posisi sebelumnya yang dijabat oleh Prof Dr H Azman Ismail Lc MA. Keputusan ini tertuang dalam surat keputusan Gubernur Aceh Nomor 400.8/918/2025 tentang Penunjukan Imam Besar Masjid Raya Baiturrahman Aceh Tahun 2025, yang ditetapkan pada 28 Juli 2025 lalu.

Ketua Ikatan Alumni Dayah Pasi, Zainuddin, membenarkan bahwa Abu Paya Pasi, ulama kharismatik Aceh, ditunjuk menjadi Imam Besar Masjid Raya Baiturrahman. "Benar itu sesuai putusan Pak Gubernur," ujarnya. Ia juga menyampaikan bahwa pihaknya sudah menerima jadwal pelantikan dan undangan tersebut. Pelantikan rencananya akan dilaksanakan pada Rabu (13/8/2025) mendatang, sekitar pukul 16.00 WIB di Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh. Serah terima nantinya dilakukan langsung oleh imam besar lama, Prof Dr H Azman Ismail Lc MA kepada Abu Paya Pasi.

Tugas-tugas Imam Besar Masjid Raya Baiturrahman mencakup berbagai aspek. Di antaranya adalah memimpin penyelenggaraan peribadatan, merencanakan penyelenggaraan peribadatan, memberikan pengarahan, serta memberikan layanan konsultasi tentang pelaksanaan peribadatan dan hukum Islam bagi umat Islam yang memerlukan. Selain itu, tugas juga meliputi pengendalian dan pengawasan ibadah di Masjid Raya Baiturrahman Aceh, serta melaporkan pelaksanaan tugas kepada Gubernur Aceh melalui Dinas Syariat Islam Aceh.

Profil Abu Paya Pasi

Abu Paya Pasi, yang lahir di Gampong Alue Dama, Kecamatan Baktiya, Kabupaten Aceh Utara, pada 4 Agustus 1954, merupakan sosok yang sangat dihormati di kalangan masyarakat Aceh. Nama panggilannya, Abu Paya Pasi, berasal dari pesantren yang ia dirikan, Dayah Bustanul Huda, yang berada di Gampong Alue Cek Doi, Kecamatan Julok, Aceh Timur. Lokasi pesantren ini berada di jalan menuju Gampong Paya Pasi, sehingga nama Paya Pasi melekat pada sosoknya.

Sebelum menjadi tokoh agama yang dihormati, Abu Paya Pasi sempat belajar di beberapa dayah ternama. Pada tahun 1970 sampai 1974, ia menjadi santri di Darul Munawwarah Krut Lintang, Kecamatan Peureulak, Aceh Timur, yang dipimpin oleh Abu Haji Muhammad Yusuf bin Tengku Mahmud. Setelah enam tahun di sana, ia melanjutkan studi di Cabang Darussa'dah selama dua tahun (1975-1976). Selanjutnya, ia belajar dan mengajar di Dayah tersebut.

Setelah delapan bulan belajar di Dayah Malikussaleh Pantonlabu, ia kemudian melanjutkan pendidikan di Dayah Darul Huda Leung Angen, tempat ia belajar mulai tahun 1978 hingga 1990. Selama masa pembelajaran ini, ia memperdalam berbagai ilmu seperti thariqat khalutiayyah, syattariyah, dan haddad.

Mendirikan Pesantren dan Kontribusi Sosial

Setelah 12 tahun belajar di Dayah Darul Huda Leung Angen, Abu Paya Pasi memutuskan untuk pulang ke Aceh Timur dan mendirikan pesantren bernama Dayah Bustanul Huda pada 26 Juni 1991. Pesantren ini diresmikan oleh gurunya, Abu Lueng Angen, pada 21 Juli 1991. Sejak saat itu, Dayah Bustanul Huda berkembang pesat dan menjadi patron dayah salafi lain di Aceh. Jumlah santrinya mencapai ribuan dan tersebar di seluruh Aceh.

Dayah ini juga menjadi tempat lahirnya qari dan qariah penghafal Alquran. Selain itu, Dayah Bustanul Huda menjadi tempat pemersatu dan pemutus pendapat para ulama se-Aceh. Selama periode 1991 hingga 2025, Dayah ini rutin menyelenggarakan Muzakarah ulama se-Aceh dalam memutuskan hukum-hukum dan fatwa-fatwa untuk generasi Islami di Aceh.

Peran dalam Majelis Ulama dan Politik

Abu Paya Pasi pernah menjabat sebagai Ketua Majelis Ulama Nanggroe Aceh (MUNA). Ia juga sering mengisi kajian dan pengajian di seluruh Aceh hingga ke Malaysia. Selain itu, ia pernah menjabat sebagai Dewan Penasihat Partai Aceh (DPA PA) dan Tuha Peut Wali Nanggroe. Namun, beberapa waktu lalu, ia mundur dari jabatan tersebut karena dinamika politik Aceh.

Tanggapan dari MPU Aceh

Ketua Majelis Permusyawaratan (MPU) Aceh, Tgk H Faisal Ali, menyambut baik penunjukan Tgk H Muhammad Ali sebagai Imam Besar Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh. Menurutnya, penunjukkan ini tepat karena keilmuan dan kesalehannya. Saat ini, Abu Paya Pasi juga menjabat sebagai Ketua Majelis Syuyukh MPU Aceh.

Ia menyampaikan rasa terima kasih kepada Prof Dr Azman Ismail MA. Ia berharap pergantian ini menjadi penyegaran bagi keberlangsungan Masjid Raya. Menurut Tgk Faisal, Abu Paya Pasi merupakan salah satu ulama yang sederhana namun sangat bersahaja. Dalam kehidupan, ia tidak hanya berdakwah, tapi juga membimbing pemimpin daerah dan ikut membangun Aceh.

Tgk Faisal juga mengajak umat Muslim di Aceh untuk memakmurkan masjid-masjid. Ia menekankan bahwa masjid harus menjadi tempat membuang sifat-sifat syaitan dan tempat mengisi sifat Rasul. Umat Muslim yang sempurna imannya pasti merasa cinta, nyaman, dan bahagia di masjid karena masjid adalah tempat menghambakan diri.