Ibu Pilu Bawa Anak Sakit Tumor Kerja Kurir: Pakai Infus, Kepanasan Siang Hari

Perjuangan Seorang Ibu di Tengah Kehidupan yang Penuh Tantangan
Sebagai seorang ibu, setiap orang pasti ingin memberikan yang terbaik bagi anaknya. Hal ini juga dialami oleh seorang ibu di China yang berusaha keras untuk memenuhi kebutuhan pengobatan anaknya yang sedang sakit tumor. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, ia bekerja sebagai kurir makanan, meski harus membawa balitanya saat bekerja.
Anak perempuan bernama Nuoxi, yang berusia 4 tahun, seringkali ditemani ibunya dalam perjalanan kerjanya. Dengan infus yang terpasang di tangannya, Nuoxi dibonceng di sebuah kotak yang terpasang di sepeda listrik sang ibu. Keduanya harus melewati terik matahari saat siang hari, mengundang empati dari banyak orang.
Peristiwa ini pertama kali diungkap oleh seorang pemengaruh di provinsi Anhui, China bagian timur. Menurut informasi yang diberikan, ibu bernama Zhu (25) harus membawa anaknya bekerja karena tidak ada yang bisa mengurusnya di rumah. Suaminya, Guan, juga bekerja sebagai pengantar barang sehingga tidak bisa membantu menjaga Nuoxi.
Selain mencari nafkah, mereka juga berjuang untuk biaya pengobatan putri mereka yang sudah terkena tumor sejak dua tahun lalu. Zhu menghadapi tantangan besar dalam menjalani pekerjaannya. Terkadang, dia harus meninggalkan Nuoxi di dalam kotak pengiriman saat mengantar pesanan. Dia juga harus menaiki tangga gedung dengan satu tangan yang membawa makanan serta tangan lainnya menggendong putrinya.
Kondisi ini terpaksa dilakukannya agar tidak mendapat keluhan pelanggan jika terlambat. Nuoxi telah menjalani tiga operasi, sembilan kemoterapi, dan 12 radioterapi. Meskipun begitu, ia tetap kuat dan optimis.
Ketika video tentang perjuangan Zhu viral, banyak warganet di China menyumbangkan uang ke akun media sosial sang ibu. Pemerintah setempat juga segera merespons dengan membantu keluarga tersebut mengajukan tunjangan. Zhu mengatakan bahwa mereka juga menerima bantuan keuangan dari perusahaan pengiriman makanan tempatnya bekerja, Meituan.
Meskipun demikian, sang ayah mengaku akan bekerja lebih keras dan membiarkan Zhu tinggal di rumah untuk mengurus anak mereka penuh waktu. Beberapa pihak juga meminta pemerintah untuk membantu mereka yang membutuhkan tanpa harus menunggu hingga video tersebut viral secara daring.
Kecelakaan Maut yang Menimpa Seorang Mahasiswa
Di sisi lain, kisah tragis juga datang dari seorang mahasiswa bernama Kelvan. Pemuda berusia 23 tahun asal Kabupaten Muarojambi, Jambi, meninggal dunia saat menambal ban mobil. Korban bernama Kelvan Sihaloho merupakan seorang mahasiswa yang membantu menambal ban di Kelurahan Tempino, Kecamatan Mestong.
Peristiwa nahas itu terjadi pada Rabu (2/7/2025) sekitar pukul 18.30 WIB. Menurut keterangan Kanit Reskrim Polsek Mestong, Ipda Ganda M Tampubolon, Kelvan bekerja paruh waktu. Saat itu, ia membantu menambal ban mobil milik sopir PT Siba Surya bernama Oskalian Setiana.
Oskalian datang dengan mobil yang bannya bocor. Kelvan lantas menghampiri untuk menangani ban bocor dibantu oleh Oskalian. Setelah itu, korban menambal ban bocor seorang diri. Beberapa waktu kemudian, suara ledakan terdengar kencang dari ban yang ditambal.
Kelvan yang berada sangat dekat dengan ban lantas tergeletak di tanah dalam kondisi berlumuran darah. Sopir dan rekan korban kemudian datang menghampiri. Korban dibawa ke Puskesmas Tempino oleh pemilik bengkel, Antoni Siregar. Setibanya di sana, petugas menyatakan nyawanya tak tertolong.
Ledakan itu disebabkan oleh tekanan angin dalam ban yang terlalu tinggi, hingga mengakibatkan luka serius di bagian kepala dan wajah. Pihak keluarga tidak mau tindakan visum dan otopsi terhadap jenazah korban, dengan menandatangani surat pernyataan.
Jenazah Kelvan telah dibawa ke rumah duka di Desa Hutabagasan, Kecamatan Dolok Sanggul, Kabupaten Humbang Hasundutan, Sumatera Utara. Terkuak pula bahwa Kelvan bekerja paruh waktu untuk biaya kuliah.