Ibunda Prada Lucky: Anak Saya Telah Meninggal Sia-sia

Ibunda Prada Lucky: Anak Saya Telah Meninggal Sia-sia

Kasus Kematian Prada Lucky Chepril Saputra Namo, Seorang Anggota TNI yang Diduga Dianiaya oleh Senior

Seorang anggota TNI di Batalyon Infanteri Teritorial Pembangunan 834/ Wakanga Mere Nagekeo, Nusa Tenggara Timur (NTT), bernama Prada Lucky Chepril Saputra Namo, meninggal dunia dengan dugaan kuat akibat penganiayaan oleh senior-seniornya. Kejadian ini menimbulkan kecaman dan rasa tidak terima dari keluarga korban, khususnya ibunya, Sepriana Paulina Mirpey.

Menurut informasi yang beredar, Prada Lucky tewas setelah dianiaya oleh sebanyak 20 orang seniornya menggunakan selang dan tangan kosong. Ibu korban menyatakan bahwa anaknya tidak mati di medan perang, melainkan karena ulah para senior. Ini membuatnya merasa tidak puas dan meminta keadilan.

"Saya seorang ibu, saya minta keadilan. Saya punya anak sudah mati sia-sia," ujarnya. "Mati di medan perang saya terima. Itu tugas dia. Bela negara, bela bangsa. Ini mati sia-sia di tangan seniornya."

Sepriana juga meminta agar pelaku penganiayaan segera diproses secara hukum. Bahkan, ia menuntut agar pelaku mendapatkan hukuman terberat, termasuk hukuman mati jika diperlukan. Menurutnya, semua pelaku harus dihukum sesuai dengan perbuatannya, tanpa pilih kasih.

"Proses mereka pecat bila perlu hukuman mati. Ada 20 orang semua. Bukan empat orang saja, yang hukuman pukul cambuk itu juga semuanya proses. Tidak ada bilang pilih kasih semuanya proses. Saya mama kandung saya melahirkan dia. Kalau kalian tidak proses kalian bunuh saya ikut anak saya langsung."

Daftar Pelaku Penganiayaan

Berdasarkan laporan intelijen yang diterima, TNI mengakui adanya pemukulan terhadap Prada Lucky oleh beberapa orang seniornya. Laporan tersebut merujuk pada hasil pemeriksaan Staf-1/Intel Yonif 834/WM terhadap personel yang terlibat dalam pemukulan.

Dalam kasus ini, pelaku dibagi menjadi dua kelompok: yang melakukan pemukulan menggunakan selang dan yang menggunakan tangan kosong. Berikut adalah daftar lengkap pelaku:

Pemukulan menggunakan selang - Letda Inf Thariq Singajuru
- Sertu Rivaldo Kase
- Sertu Andre Manoklory
- Sertu Defintri Arjuna Putra Bessie
- Serda Mario Gomang
- Pratu Vian Ili
- Pratu Rivaldi
- Pratu Rofinus Sale
- Pratu Piter
- Pratu Jamal
- Pratu Ariyanto
- Pratu Emanuel
- Pratu Abner Yetersen
- Pratu Petrus Nong Brian Semi
- Pratu Emanuel Nibrot Laubura
- Pratu Firdaus

Pemukulan dengan tangan - Pratu Petris Nong Brian Semi
- Pratu Ahmad Adha
- Pratu Emiliano De Araojo
- Pratu Aprianto Rede Raja

Kronologi Penganiayaan

Kasus ini dimulai dari dugaan penyimpangan seksual yang dilakukan oleh Prada Lucky dan Prada Ricard Junimton Bulan. Pemeriksaan terhadap kedua prajurit tersebut dilakukan oleh Staf-1/Intel Yonif 834/WM pada Minggu (27/7/2025).

Pada Senin (28/7/2025), Prada Lucky kabur saat izin ke kamar mandi. Setelah ditemukan, ia dibawa kembali ke tempat tinggalnya. Namun, malam harinya, empat orang senior kembali menyerang Prada Lucky dan Prada Ricard menggunakan tangan kosong.

Kondisi Prada Lucky mulai memburuk, sehingga ia dirawat di RSUD Aeramo. Meski sempat membaik, kondisinya kembali menurun pada hari Selasa (5/8/2025) dan akhirnya meninggal dunia pada Rabu (6/8/2025) sekitar pukul 11.23 WITA.

Kejadian ini memicu reaksi keras dari keluarga dan masyarakat, yang menuntut proses hukum yang transparan dan adil terhadap para pelaku.