Ilmu, Keakraban, dan Keteladanan: Sepekan Bersama Prof Irwan Abdullah

Ilmu, Keakraban, dan Keteladanan: Sepekan Bersama Prof Irwan Abdullah

Pengalaman Berharga dalam Pelatihan Penulisan Artikel Internasional

Pengalaman yang sangat berharga dirasakan oleh sembilan dosen Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Aceh saat mengikuti pelatihan penulisan artikel bereputasi internasional di IA Scholar Studio Foundation, Yogyakarta. Pelatihan ini bukan sekadar transfer ilmu, tetapi sebuah perjalanan batin dan intelektual yang membangkitkan kembali semangat para peserta.

Selama sepekan, kami belajar dari Prof Dr Irwan Abdullah MSi, Guru Besar Antropologi Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta. Nama beliau sudah sangat dikenal melintasi berbagai disiplin ilmu dan batas geokultural. Dengan pengalaman dan wawasan yang luas, beliau membuka banyak perspektif baru bagi kami.

Menulis untuk jurnal Scopus adalah tantangan sekaligus impian banyak akademisi di Indonesia. Di IA Scholar Studio Foundation, kami mendapatkan pelajaran penting tentang bagaimana menulis dengan strategi naratif dan meningkatkan rasa percaya diri untuk berdiri sejajar di forum ilmiah global. Materi yang diberikan tidak hanya sekadar teori, tetapi juga praktik langsung yang mendorong kami keluar dari zona nyaman akademik.

Yang paling berkesan bukan hanya metode pembelajaran, tetapi juga sentuhan insani dari sang guru besar. Prof Irwan mengajarkan bahwa menulis tidak cukup hanya dengan ketekunan, tetapi juga dengan kepekaan dan keberanian menyuarakan kebenaran dari sudut-sudut kehidupan yang sering terabaikan. Beliau hadir sebagai mentor, sahabat diskusi, bahkan mitra canda tawa. Setiap sesi berlangsung dalam suasana cair, tetapi penuh makna.

Diskusi tidak hanya berfokus pada metodologi dan pilihan kata, tetapi juga pada cara membaca 'reviewer' dengan gaya khas beliau, merangkul, bukan menggurui. Malam-malam panjang menjadi kesempatan untuk berdiskusi dan saling bertukar wawasan. Ada saja hal baru yang muncul setiap kali kami bertemu.

Di antara obrolan santai dan secangkir teh tarik, lahir semangat baru untuk tidak hanya menulis, tetapi juga menyuarakan Aceh di panggung akademik dunia. Kami merasa terinspirasi oleh kehadiran Prof Irwan, yang telah memberi contoh bahwa putra Aceh tidak hanya piawai dalam merawat akar tradisi, tetapi juga unggul dalam percaturan akademik dunia.

Kami juga mengingat Prof Ibrahim Alfian, sejarawan besar yang juga berasal dari Aceh dan merupakan Guru Besar UGM. Keduanya menjadi manifestasi bahwa putra Aceh mampu bersinar di dunia akademik. Harum nama Prof Irwan kini tidak hanya dikenal lewat karya-karyanya, tetapi juga melalui pengalaman langsung bersama beliau.

Kerendahan hati Prof Irwan bersanding erat dengan kejernihan berpikir. Di tengah reputasi akademiknya yang gemilang, beliau tidak enggan duduk bersila bersama kami, mendengarkan syair 'seumapa' yang kami persembahkan, dan bahkan mentraktir kami makan malam di Kana Kopi, warung mi Aceh yang terkenal di Yogyakarta. Di sanalah kami menyadari bahwa pengaruh seorang guru tidak lahir dari gelar, melainkan dari keteladanan sikap.

Pelatihan di IA Scholar Foundation bukan hanya ruang belajar akademik, melainkan juga ruang rekreasi intelektual. Aroma kuliner Aceh yang sesekali hadir di meja makan menambah rasa kekeluargaan. Kami sempat berjalan-jalan ke Malioboro, menikmati suasana kota pelajar, dan di pengujung pelatihan, suasana keakraban mencapai puncaknya.

Malam terakhir menjadi simbol penutup yang indah, dengan gelak tawa, teh tarik, dan syair yang dibawakan oleh Aris Munandar yang akrab kami sapa Syekh Muda menjadi persembahan kecil kami untuk guru besar yang telah menyalakan obor semangat di hati kami. 'Seumapa' itu bukan sekadar seni tutur, melainkan juga penanda rindu dan penghormatan yang dalam dari anak-anak Aceh untuk putra terbaiknya.

Menulis Bukan Tugas Tambahan

Pelatihan ini membuka mata kami bahwa menulis bukan tugas tambahan seorang dosen, melainkan bagian dari tanggung jawab intelektual. Kami sadar bahwa keberhasilan akademik tidak cukup hanya dengan sertifikat dan jabatan, tetapi juga dengan kontribusi nyata dalam membangun peradaban ilmu.

Kami pulang ke Aceh dengan hati yang penuh syukur. Kami membawa pulang tidak hanya catatan pelatihan, tetapi juga inspirasi hidup dan keyakinan baru. Kami ingin terus menulis, terus belajar, dan suatu saat, berdiri satu barisan dengan Prof Irwan, menyuarakan Aceh di panggung ilmu pengetahuan global.

Terima kasih, Prof Irwan Abdullah. Engkau telah menunjukkan pada kami bahwa kecemerlangan akademik tak pernah kehilangan maknanya bila dibarengi dengan kasih dan kerendahan hati. Engkau adalah guru dalam arti sebenar-benarnya, tidak hanya menyampaikan, tetapi juga membangkitkan.

Terima kasih juga kami sampaikan kepada IA Scholar Foundation yang telah menjadi jembatan ilmu dan peradaban. Semoga kerja-kerja akademik semacam ini terus hidup dan meluas, membawa angin segar bagi dunia pendidikan tinggi Indonesia.

Akhir kata, dari sudut ruang belajar kami di ISBI Aceh, tepatnya di Kota Jantho, Aceh Besar, kami panjatkan harapan agar perjumpaan ini bukanlah akhir, melainkan awal dari jalan panjang kolaborasi, semangat keilmuan, dan silaturahmi batin yang tak lekang oleh waktu.