Jika Ingin Berhenti Membuang Uang, Ikuti 10 Aturan Emas Ini

Featured Image

Mengelola Lemari dengan Bijak

Banyak orang pernah berdiri di depan tumpukan baju dan bertanya-tanya, “Kenapa rasanya aku tetap tidak punya apa-apa untuk dipakai?” Padahal, hanger-hanger itu penuh. Sebagian masih berlabel. Sebagian besar sudah tidak disukai. Dan sebagian lagi? Dibelikan saat impuls sedang tinggi tapi logika sedang cuti.

Ada banyak cara untuk mengubah kebiasaan belanja yang tidak efisien ini. Berikut 10 kebiasaan sederhana yang bisa menjadi aturan emas dalam mengelola lemari pakaian:

Tarik Semua Keluar dan Hadapi Fakta

Pernah melihat empat celana jins hitam yang tampak identik berserakan di lantai? Itulah momen "wake-up call" yang kadang dibutuhkan. Ambil semua isi lemari dan letakkan di satu tempat. Hitung berapa banyak barang kembar, mana yang masih berlabel, dan warna apa yang terus-menerus dihindari. Audit semacam ini memaksa kamu melihat realitas—apa yang benar-benar dipakai vs. apa yang hanya dibeli karena “kayaknya bakal keren.”

Tentukan “Getaran Khas” Kamu

Ingat blazer penuh payet yang terlihat keren di manekin tapi bikin kamu merasa seperti bola disko saat dipakai makan siang? Tentukan tiga kata yang menggambarkan gaya yang ingin kamu tampilkan—misalnya: “santai, modern, ramah lingkungan.” Setiap calon pembelian harus melewati filter ini. Kalau tidak sesuai, biarkan tetap tinggal di toko.

Hitung Biaya Per Pemakaian

Harga bukan hanya soal label tapi soal berapa kali kamu benar-benar akan memakainya. Jaket Rp1,200.000 yang dipakai 60 kali? Hanya Rp20.000 per pakai. Kaos Rp300.000 yang cuma dipakai dua kali? Rp150.000 per pakai—mahal untuk sesuatu yang akhirnya jadi piyama.

Jalankan Uji Tiga Pakaian

Sebelum membeli sesuatu, tanyakan: “Bisakah aku memadukan ini dengan setidaknya tiga barang lain yang sudah kumiliki?” Kalau jawabannya tidak, kemungkinan besar barang itu hanya akan duduk manis di pojok lemari, menunggu pesta kostum yang tidak pernah datang.

Tidur Dulu, Baru Checkout

Buat aturan: setiap item di keranjang harus menunggu setidaknya 24 jam sebelum dibeli. Kalau setelah tidur keesokan harinya kamu masih memikirkannya, mungkin itu layak dimiliki. Kalau tidak, kamu baru saja menghindari penyesalan plus mungkin menemukan harga yang lebih baik sambil menunggu.

Pilih Kualitas, Bukan Kuantitas

Seperti kata Vivienne Westwood: “Beli lebih sedikit. Pilih dengan bijak. Jadikan awet.” Kain murahan mudah rusak. Jahitan longgar, warna pudar, lalu akhirnya harus beli lagi. Pilih potongan yang tahan lama, bahan yang bernapas, dan warna yang tidak terjebak tren musiman.

Pelajari Kain dan Perawatannya

Punya kemeja linen bagus yang langsung menyusut karena dimasukkan ke pengering? Pelajaran mahal. Setiap bahan punya kepribadian: linen suka dijemur, wol benci air panas, dan polyester? Suka bikin kamu berkeringat. Baca label perawatan sebelum mencuci. Merawat pakaian dengan benar adalah investasi kecil yang memperpanjang umur barang.

Belanja Bekas Duluan

Sebelum buka marketplace atau toko ritel, coba cek toko barang bekas, aplikasi preloved, atau komunitas tukar-menukar lokal. Kadang, harta karun tersembunyi ada di sana—dengan harga secangkir kopi. Dan bonusnya? Pakaian itu sudah lulus uji waktu dan punya cerita.

Waspadai Efek "Endowment"

Begitu kamu memiliki sesuatu, otak akan mulai melebih-lebihkan nilainya—itulah kenapa banyak orang sulit mengembalikan barang belanjaan. Coba bayangkan: seandainya kamu sudah memiliki barang itu, apakah kamu mau membayar harga penuh untuk menyimpannya? Kalau ragu, berarti kamu sedang tergoda, bukan membutuhkan.

Jadwalkan Tinjauan Lemari Musiman

Dua kali setahun, keluarkan semua isi lemari dan tanya pada diri sendiri: “Masih layak digantung, atau waktunya pamit?” Bersih-bersih rutin membantu mengenali pola belanja yang perlu diperbaiki. Barang yang tidak dipakai bisa dijual, disumbangkan, atau dijadikan pelajaran. Dan yang paling penting, kamu memberi ruang untuk pakaian yang benar-benar kamu pakai, cintai, dan butuhkan.

Pada akhirnya berbelanja sah-sah saja. Bergaya juga penting. Tapi lemari seharusnya mencerminkan siapa kamu, bukan siapa yang sedang tren.