Jika Kamu Lebih 'Jadi Diri Sendiri' di Luar Negeri, Kamu Mungkin Miliki 7 Sifat Unik Ini

Mengapa Kita Lebih Merasa Hidup Saat Berada Jauh dari Rumah?
Banyak orang merasakan bahwa saat berada di luar lingkungan biasa, mereka justru merasa lebih bebas dan lebih diri sendiri. Mungkin itu terjadi ketika kamu berada di kota asing, berbicara dalam bahasa yang tidak kamu kuasai, atau mencoba kopi yang rasanya sangat berbeda. Perasaan ini bukanlah khayalan semata, melainkan tanda bahwa kamu sedang menemui versi diri yang lebih bebas dan penuh kehidupan.
Menurut penelitian psikologis, ada pola tertentu yang sering dialami oleh orang-orang yang merasa paling hidup saat menjauh dari rumah. Berikut adalah tujuh sifat unik yang umumnya dimiliki oleh mereka:
1. Terbuka pada Hal Baru
Bagi sebagian orang, hal-hal baru bisa membuat stres. Namun, bagi kamu, hal tersebut justru membangkitkan semangat. Bau, suara, dan kebiasaan yang asing bisa menjadi pengalaman yang menginspirasi dan membuka perspektif baru.
Seperti kata Mark Twain, "Perjalanan berakibat fatal bagi prasangka, kefanatikan, dan pikiran sempit." Bukan hanya tentang pergi ke tempat baru, tetapi juga tentang memperluas cara berpikir dengan menantang batasan dunia yang lama.
Coba untuk melakukan hal-hal kecil yang baru setiap hari, seperti mengambil rute berbeda ke kantor, mencoba makanan yang tidak kamu kenal, atau mengubah bahasa ponsel selama seminggu. Dengan begitu, otot mentalmu akan semakin kuat.
2. Identitas yang Fleksibel
Pernahkah kamu menyadari bahwa cara bicara atau postur tubuhmu berubah saat berada di negara lain? Di satu tempat, kamu mungkin lebih tegas, sedangkan di tempat lain, kamu lebih tenang.
Ini bukan berarti kamu sedang berpura-pura, melainkan menunjukkan bahwa kamu memiliki identitas yang fleksibel. Di rumah, ekspektasi orang lain bisa membatasi peranmu, tetapi di tempat baru, kamu bebas untuk menjadi diri sendiri.
Coba untuk mengubah cara bersikap sebanyak 5% dalam situasi aman. Misalnya, ceritakan kisahmu dengan cara yang berbeda. Ini bisa membuka ruang baru dalam dirimu.
3. Percaya pada Kemampuan Diri
Beberapa orang tahu bahwa mereka bisa menghadapi tantangan sendiri. Kepercayaan ini sering muncul lebih jelas saat berada di luar negeri.
Membuat rencana tanpa Wi-Fi, bertanya kepada orang asing, atau mengubah rute di tengah jalan bisa membangun rasa percaya diri. Bahkan jika kamu tidak menemukan tujuan awal, rasa percaya diri bisa tumbuh karena berhasil mengatasi kebingungan.
Coba aktifkan "mode manual" sekali seminggu. Coba pergi ke suatu tempat hanya dengan peta cetak atau tangkapan layar. Biarkan rasa ingin tahu menjadi pemandu.
4. Peka pada Bahasa dalam Segala Bentuk
Tidak harus mahir dalam banyak bahasa untuk peka terhadap bahasa. Bisa saja kamu peka terhadap nada suara, gestur, atau irama tawa yang berbeda-beda di setiap budaya.
Bahasa bukan hanya soal kata, tapi juga cara memahami dunia. Semakin banyak kosakata—baik verbal maupun nonverbal—semakin luas wilayah makna yang bisa kamu jelajahi.
Coba belajar 10 frasa dalam bahasa komunitas imigran di sekitarmu. Gunakan meskipun belum fasih. Lihat bagaimana senyum orang lain muncul hanya karena kamu mencoba.
5. Nyaman dengan Ketidaknyamanan
Toko kelontong yang seperti labirin atau sistem antre yang tidak kamu mengerti bisa membuatmu canggung. Namun, kemauan untuk merasa canggung sebentar sering kali berbuah kenyamanan yang bertahan lebih lama.
Di rumah, gesekan sosial bisa terasa personal. Di luar negeri, itu terasa seperti eksperimen. Dan di situlah letak kekuatannya: kamu tidak menganggap kesalahan sebagai kegagalan, tapi sebagai data untuk tumbuh.
Coba narasikan pengalamanmu seperti seorang antropolog. “Menarik—di sini orang duduk dulu, baru pesan.” Mengamati bisa menenangkan.
6. Rasa Memiliki Versi Sendiri
Kamu mungkin tidak mencari satu tempat yang disebut Rumah dengan huruf kapital. Tapi kamu mengenali rumah dalam bentuk-bentuk kecil: kedai teh langganan, bangku sunyi di taman, atau rute lari pagi yang terasa akrab.
Rasa memiliki bagi kamu bukan soal alamat tetap, tapi soal kebiasaan kecil yang membuatmu merasa diterima tanpa harus jadi versi tertentu dari dirimu yang diingat orang lain.
Coba bangun “perlengkapan rasa memiliki” yang bisa dibawa ke mana-mana: ucapan terima kasih yang tulus, ritual ringan seperti merapikan nampan atau menahan pintu, dan sikap ramah yang konsisten.
7. Mengubah Pengalaman Menjadi Makna
Banyak orang pulang dari liburan dengan ratusan foto. Tapi kamu pulang dengan cerita dan pelajaran hidup. Kamu bisa melihat bagaimana kereta yang terlewat mengajarkan tentang fleksibilitas, atau bagaimana jam kerja tukang roti mengingatkan pentingnya ritme dan kesabaran.
Kamu bukan cuma menikmati pengalaman baru, tapi juga mengolahnya jadi bagian dari siapa dirimu. Versi “kamu yang bepergian” tidak tinggal di luar negeri; dia ikut pulang dan membentuk hari-hari biasa.
Coba tutup harimu dengan jurnal dua baris: “Hari ini aku belajar…” dan “Jadi besok aku akan…” Seiring waktu, kamu akan membangun jembatan antara dirimu yang menjelajah dan dirimu yang menetap tanpa harus naik pesawat.
Jika kamu merasa lebih hidup, lebih bebas, dan lebih "kamu" saat jauh dari rumah, itu bukan karena kamu lari. Tapi karena kamu sedang kembali ke versi dirimu yang paling terbuka, paling lentur, dan paling sadar.