Kesimpulan Polisi Soal Kematian Diplomat Arya Daru Dianggap Terburu-buru, Pakar Membuat Pertanyaan

Kesimpulan Polisi Soal Kematian Diplomat Arya Daru Dianggap Terburu-buru, Pakar Membuat Pertanyaan

Kematian Arya Daru, Diplomat Muda Kemenlu yang Masih Menyisakan Pertanyaan

Kasus kematian Arya Daru, seorang diplomat muda dari Kementerian Luar Negeri (Kemenlu), masih menjadi perdebatan di tengah masyarakat. Meski pihak kepolisian telah memberikan pernyataan resmi mengenai penyebab kematian korban, banyak pihak tetap meragukan kesimpulan tersebut. Keluarga dan beberapa ahli menilai ada hal-hal yang tidak jelas dalam kasus ini.

Ketidakpercayaan dari Pihak Keluarga

Pihak keluarga Arya Daru menyampaikan ketidakpercayaan terhadap hasil penyelidikan polisi. Melalui kakak iparnya, Meta Bagus, mereka menyatakan bahwa Arya meninggal tanpa adanya campur tangan pihak lain. Hal ini memicu pertanyaan tentang apakah ada alasan lain di balik kematian Arya Daru yang diketahui terjadi karena kehabisan oksigen akibat seluruh kepalanya terlilit lakban.

Penjelasan Ahli Forensik dan Kejanggalan yang Muncul

Beberapa pakar juga menyampaikan skeptisisme terhadap kesimpulan yang diberikan oleh pihak berwajib. Salah satu yang vokal adalah Nicholay Aprilindo. Ia menilai bahwa kematian Arya Daru tidak wajar dan pernyataan yang dikeluarkan oleh Direktur Reskrimum Polda Metro Jaya terlalu prematur. Dari penjelasan dokter forensik RSUPN Cipto Mangunkusumo, Yoga Tohijiwa, disebutkan bahwa penyebab kematian korban adalah gangguan pertukaran oksigen pada saluran nafas atas yang menyebabkan mati lemas.

Nicholay melihat adanya kejanggalan dalam keterangan tersebut. Ia menilai bahwa kematian Arya Daru bukanlah bunuh diri atau kematian wajar. Dalam hasil forensik, ditemukan luka dan memar pada tubuh korban, serta adanya kekerasan benda tumpul. Tidak ditemukan penyakit pada organ tubuhnya. Berdasarkan hal ini, ia menilai bahwa kasus ini bisa jadi termasuk pembunuhan.

Perilaku Arya Daru Sebelum Kematian

Nicholay juga menyoroti perilaku Arya Daru sebelum kematian. Ia menganggap bahwa tujuan Arya Daru naik ke rooftop bukan untuk melakukan bunuh diri, melainkan ingin menyelamatkan diri. Dugaannya adalah Arya merasa dibayangi atau diikuti oleh seseorang atau beberapa orang. Dari rekaman CCTV, tampak bahwa Arya naik ke atap untuk melihat ke bawah, mungkin untuk memastikan apakah ada orang yang mengikutinya.

Kritik Terhadap Kesimpulan Polisi

Selain Nicholay, Abimanyu juga menyampaikan kritik terhadap kesimpulan polisi yang dinilai terlalu cepat dan prematur. Ia menilai bahwa data digital yang digunakan oleh polisi untuk menyimpulkan bahwa Arya Daru meninggal tanpa campur tangan orang lain terlalu sederhana dan tidak lengkap. Rekaman CCTV yang seharusnya bisa membantu penyelidikan justru tidak tersedia.

Abimanyu menjelaskan bahwa dalam penyelidikan digital forensic, diperlukan data yang lengkap dan valid. Ada empat prinsip utama yang harus dipenuhi: reka, rangkai, runut, dan direkonstruksi. Namun, dalam kasus ini, polisi dinilai kurang transparan dan tidak mampu menyediakan data yang cukup.

Kepedulian Masyarakat Terhadap Kasus Ini

Kasus kematian Arya Daru menunjukkan betapa pentingnya proses penyelidikan yang mendalam dan transparan. Banyak pihak menantikan jawaban yang jelas dan dapat dipertanggungjawabkan. Selain itu, kasus ini juga menjadi peringatan bahwa kesimpulan yang terburu-buru dapat menyebabkan ketidakpuasan publik dan keraguan terhadap sistem hukum.