Kisah Penghulu Ahad dan Bidan Dona Menyeberangi Sungai untuk Pengantin dan Pasien Akibat Jembatan Putus

Featured Image

Pengabdian yang Tak Terkira: Penghulu dan Bidan di Kabupaten Pasaman

Di tengah tantangan alam yang menghadang, dua abdi negara di Kabupaten Pasaman, Sumatra Barat, menunjukkan dedikasi luar biasa dalam melayani masyarakat. Mereka adalah Penghulu Ahad Nasution dan Bidan Dona, yang rela berenang menyeberangi sungai deras demi memenuhi tugasnya.

Penghulu Ahad Nasution: Berjuang Melewati Sungai untuk Menikahkan Calon Pengantin

Ahad Nasution, warga Jorong Batang, Kecamatan Dua Koto, diberi tugas oleh Kepala Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Dua Koto untuk menikahkan pasangan Agep Purwandi dan Intan Purnama Sari. Jarak dari pusat kecamatan ke lokasi acara sekitar 27 kilometer, sehingga Ahad harus menggunakan ojek melewati jalur licin dan curam.

Sesampainya di tepi sungai, ternyata jembatan penghubung telah putus akibat banjir. Tanpa pilihan lain, Ahad nekat berenang menyeberangi sungai meski arusnya cukup deras. Ia dibantu oleh warga setempat dan membawa baju ganti karena sudah mendapatkan informasi bahwa jembatan tidak bisa dilewati.

Setelah menyeberangi sungai, ia ditemani oleh ojek lain menuju lokasi pernikahan. Di tempat tujuan, ia disambut oleh pucuk adat desa dan prosesi akad nikah berjalan lancar. Meskipun hujan masih mengguyur dan arus sungai semakin deras, warga meminta Ahad untuk tidak kembali pulang demi keselamatan. Ia pun bermalam di desa tersebut atas saran warga setempat.

Ahad menyebutkan bahwa pengalaman ini sangat berkesan baginya. Ia menjalankan tugasnya dengan tulus dan amanah sebagai abdi negara. "Berakit-rakit ke hulu, berenang ke tepian, bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian," ujarnya.

Bidan Dona: Tidak Takut Menghadapi Arus Sungai

Bidan Dona, warga Desa Andilan, juga melakukan hal serupa. Ia menyeberangi sungai yang berarus deras untuk mengobati pasien. Saat itu, ia sedang dalam perjalanan dari pelatihan di Pekanbaru. Pasien sudah lama menghubungi minta diobati, sehingga ia langsung berangkat ke lokasi.

Namun, di tengah perjalanan, ia mendapat kabar bahwa jembatan penghubung antara dua nagari telah roboh akibat arus sungai. Tanpa pilihan lain, Dona memutuskan untuk menyeberangi sungai tanpa persiapan khusus. Ia membawa tas berisi obat-obatan dan alat medis serta berenang menyeberangi sungai.

Dona mengungkapkan bahwa ia tidak sadar saat aksinya direkam oleh seseorang dari seberang sungai. Ia hanya mendengar suara orang memanggil dari seberang. Ia memiliki kemampuan berenang yang baik sejak SMA, sehingga tidak takut saat berenang. Bahkan, setelah pulang dari rumah pasien, ia kembali berenang.

Dedikasi yang Menginspirasi

Pengabdian Ahad Nasution dan Bidan Dona menjadi contoh nyata dari keteladanan dalam pelayanan masyarakat. Mereka tidak hanya menjalankan tugas, tetapi juga melakukannya dengan tanggung jawab dan kepedulian tinggi. Kepala Subdirektorat Bina Kepenghuluan pada Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama, Afief Mundzir, mengapresiasi dedikasi Ahad Nasution.

Menurut Afief, penghulu adalah representasi negara yang hadir dalam momen paling sakral bagi warga. Keteladanan seperti yang ditunjukkan Ahad menjadi inspirasi dan bukti nyata bahwa pelayanan keagamaan bukan sekadar formalitas, melainkan panggilan jiwa.

Harapan untuk Perbaikan Infrastruktur

Dona berharap pemerintah segera memperbaiki infrastruktur di wilayah tersebut, terutama jalan dan jembatan penghubung antar nagari. Ia menyebutkan bahwa jarak dari tempat tinggalnya ke lokasi pasien sekitar 27 kilometer, melewati hutan dan jalanan yang rusak parah. Meskipun ada bidan lain di desa tersebut, masyarakat tetap mempercayakan pengobatan kepada Dona karena kedekatannya dengan warga.

Dengan dedikasi dan keberanian mereka, Ahad Nasution dan Bidan Dona membuktikan bahwa layanan publik tidak hanya tentang tugas, tetapi juga tentang komitmen untuk memberikan yang terbaik bagi masyarakat.