Kondisi Terkini Sepriana, Ibu Prada Lucky Pasca Putranya Tewas Dianiaya Senior: Hancur dan Sedih

Duka Mendalam atas Kematian Prada Lucky Namo
Kepergian Prada Lucky Namo meninggalkan duka yang mendalam bagi keluarga, khususnya ibunya, Sepriana Paulina Mirpey. Saat jenazah putranya disemayamkan di rumah duka, di Rumah Dinas Asten Kuanino, Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), Sepriana tidak bisa menahan air mata. Ia terus memeluk peti jenazah putranya sambil berteriak, "Lucky, mama hancur nak. Lucky, tolong mama, kasihan mama, nak." Suasana duka semakin terasa ketika ayah, saudara, dan kerabat mengalami kehisterisan saat petugas menutup peti jenazah.
Sebelum dimakamkan, Komandan Brigade Infanteri 21/Komodo memimpin upacara kedinasan militer. Selanjutnya, sejumlah anggota TNI menyelimuti peti jenazah dengan Bendera Merah Putih sebelum akhirnya dimasukkan ke ambulans. Banyak pelayat menggunakan kendaraan bermotor maupun mobil untuk mengikuti upacara pemakaman lanjutan di TPU Kapadala.
Keyakinan Ibu tentang Penganiayaan
Sepriana yakin bahwa putranya tewas karena dianiaya oleh seniornya. Ia menyampaikan beberapa fakta yang memperkuat keyakinannya tersebut. Menurutnya, Prada Lucky selama ini sangat baik seperti anak rumahan. "Dia anak yang sipan, tidak pernah hal-hal yang buat saya marah," ujar Sepri dalam wawancara telepon.
Sebelum dirawat di rumah sakit, Sepri sempat melakukan video call dengan Lucky saat ia berada di rumah ibu angkatnya. Saat itu, Lucky menunjukkan tubuhnya yang penuh luka. "Dia bilang, saya dicambuk sama senior," katanya. Luka-luka tersebut terdapat di paha, punggung, hingga tangan. Diakui oleh ibu angkatnya, luka-luka itu diobati dan dikompres.
Lucky tidak menjelaskan kesalahan apa yang dilakukannya hingga dianiaya seniornya. "Dia hanya bilang, Ma, saya dicambuk senior. Dia tidak kasih tahu apa-apa," ujarnya. Menurut Sepri, penganiayaan yang dialami Lucky sudah terjadi lama. Bahkan saat baru masuk, dia sudah diancam akan dipukul jika tidak hafal nama-nama seniornya.
Kesulitan Berkomunikasi dengan Anak
Akhir-akhir ini, Sepri kesulitan berkomunikasi dengan sang anak karena ponselnya disita komandannya. "Saya komunikasi itu kalau Dansi Intel kasih HP nya, saya berbicara. Itu pun sebentar. Saya dengar suaranya sudah beda," katanya. Meski kesulitan menghubungi, Sepri terus berusaha mengirimkan pesan WhatsApp ke Lucky, namun hanya dibaca tanpa balasan. "Mungkin karena saya WA terus dibaca Dansi. Saat itu diberi video call di Rumah Sakit, itu pun sebentar aja," katanya.
Sepri berharap semua pelaku yang menganiaya anaknya dihukum seberat-beratnya dan dipecat dari TNI. "Saya tidak terima anak saya sampai meregang nyawa. Saya menuntut keadulan, karena informasi yang saya lihat 20 orang. Saya minta semuanya diproses. Bukan hanya 4, tapi 20 orang," tegasnya.
Kesaksian Keluarga dan Perwakilan
Perwakilan keluarga Lucky, Otniel, meminta pimpinan TNI mengusut tuntas kasus ini dengan memproses hukum para pelaku penganiayaan terhadap Lucky. "Kepada pemimpin tertinggi TNI, usut semua yang ada sampai tuntas. Mereka adalah preman yang berseragam. Preman itu tidak boleh dibiarkan. Mereka ibarat duri dalam daging," kata Otniel.
Otniel mengatakan bahwa jika Lucky gugur di medan juang, keluarga bisa menerimanya, tetapi kenyataannya meninggal karena dianiaya oleh para seniornya. "Anak kami meninggal dalam pembantaian," tegasnya di depan ratusan pelayat yang hadir.
Bukti Fisik dan Kesaksian Lusi
Lusi Namo, kakak Prada Lucky, mengungkapkan sejumlah informasi terkait dugaan kekerasan yang dialami adiknya sebelum meninggal dunia pada 6 Agustus 2025. Kesaksian itu ia peroleh dari seseorang yang mengaku sebagai pacar salah satu prajurit yang mengirim pesan melalui DM Instagram. “Pacar prajurit itu bilang bahwa pacarnya pernah mengirim foto yang hanya bisa dilihat sekali. Ia melihat wajah Lucky dan kawannya waktu itu dipukul dan sudah berdarah,” ujarnya.
Dokter juga mengatakan ginjal dan paru-parunya sudah hancur sehingga membutuhkan tiga kantong darah. Ia menyebut, dugaan kekerasan itu terjadi saat pergantian piket dari Senin hingga Jumat. Di dalam sel, korban dan rekannya tidur di lantai tanpa tempat tidur. “Richard juga kena, tapi yang saya tahu lebih parah Lucky. Saya lihat perutnya ada bekas sepatu dan dugaan saya itu diinjak,” ujarnya.
Kehadiran di Rumah Sakit dan Kecurigaan Keluarga
Kabar masuknya Lucky ke rumah sakit diterima keluarga dari pihak rumah sakit yang diminta tolong oleh Almarhum untuk menghubungi orang tuanya di Kupang. Lusi mengaku terkejut karena selama hidup bersama keluarga, adiknya tidak pernah mengalami sakit parah. “Waktu masuk rumah sakit, butuh tiga kantong darah. Selama ini hanya sakit biasa, saat dengar itu saya langsung perasaan tidak enak,” ujarnya.
Ia juga menyayangkan sikap atasannya yang disebut tidak memberikan informasi jelas kepada keluarga. "Dansi itu orang yang paling saya benci, karena tidak kasih tahu kondisi adik saya,” tegas Lusi.
Kepergian yang Mengundang Rasa Syukur dan Duka
Rafael Davids (59), paman Lucky, mengatakan keponakannya itu baru saja mengabdi sebagai anggota TNI Angkatan Darat. "Lucky baru jadi tentara itu di bulan Februari 2025. Pelantikannya itu bulan Juni 2025 kemarin," kata Rafael, kepada sejumlah wartawan di Kupang, Jumat (8/8/2025). Setelah pelantikan menjadi anggota TNI, Lucky sempat ke rumahnya di Kuanino, Kecamatan Kota Raja, Kota Kupang, untuk menggelar acara syukuran bersama keluarga dan teman-temannya.
Usai syukuran, pada tanggal 7 Juni 2025, Lucky masuk ke kompi untuk bertugas bersama rekan-rekannya yang lain. "Saat itu, ibunya juga berangkat ke sana (kompi)," ujar Rafael. Rafael pun mengenal Lucky sebagai pribadi yang tak banyak bicara dan rendah hati. Terhadap kejadian ini, Rafael berharap semua pelaku bisa diberi sanksi tegas. "Saya harap semua pelaku bisa diberi sanksi tegas," kata dia.