Korea Utara Buka Pintu Damai, Pengumuman Propaganda Perbatasan?

Featured Image

Langkah Awal Meredakan Ketegangan

Korea Utara telah memulai proses pembongkaran beberapa pengeras suara di sepanjang perbatasan antar-Korea. Tindakan ini dilakukan setelah Korea Selatan juga mengambil langkah serupa dengan menghapus pengeras suara propaganda, sebagai bagian dari upaya bersama untuk menurunkan ketegangan antara kedua negara. Kepala Staf Gabungan Korea Selatan belum merinci lokasi pasti di mana pengeras suara tersebut dipindahkan dan tidak yakin apakah Pyongyang akan sepenuhnya menghilangkan alat-alat tersebut.

Perkembangan ini muncul setelah para penduduk di wilayah perbatasan Korea Selatan melaporkan gangguan akibat suara-suara yang berasal dari pengeras suara Korut, termasuk suara binatang dan dentuman gong. Suara-suara ini dianggap sebagai respons balasan terhadap siaran propaganda Seoul. Sebelumnya, Korea Utara menghentikan siarannya pada Juni sebagai tanggapan terhadap kebijakan presiden baru Korea Selatan, Lee Jae Myung, yang menghentikan transmisi dari sisi Selatan.

Penghapusan pengeras suara oleh militer Korea Selatan dimulai pada Senin (4/8/2025), meskipun detail mengenai penyimpanan atau penempatan ulang alat tersebut masih dirahasiakan. Pyongyang, yang dikenal sangat sensitif terhadap kritik eksternal terhadap kepemimpinan Kim Jong Un, belum secara resmi mengonfirmasi tindakan ini.

Serangan Psikologis

Pengeras suara yang digunakan oleh kedua pihak sering kali menyebarkan pesan-pesan propaganda dan lagu-lagu K-pop. Daftar putar ini dirancang untuk memicu emosi di Pyongyang, tempat Kim sedang melakukan kampanye untuk mengurangi pengaruh budaya pop dan bahasa Korea Selatan di kalangan rakyat. Tujuannya adalah untuk memperkuat otoritas dinasti keluarganya.

Kampanye perang psikologis ini memperburuk ketegangan yang sudah memanas karena program nuklir Korut yang terus berlangsung serta upaya Korea Selatan untuk memperluas latihan militer gabungan dengan Amerika Serikat serta kerja sama keamanan trilateral dengan Jepang.

Korut Tak Lagi Percaya Buta pada Korea Selatan

Lee Jae Myung, yang menjabat pada Juni 2025 setelah memenangkan pemilihan umum dini, ingin memperbaiki hubungan dengan Pyongyang. Namun, reaksi Pyongyang terhadap kebijakan garis keras Yoon Suk Yeol, mantan presiden, sangat keras dan mereka enggan berdialog.

Kim Yo Jong, saudara perempuan Kim Jong Un, menolak pendekatan yang diajukan oleh pemerintahan Lee, dengan menyatakan bahwa "kepercayaan buta" Seoul terhadap aliansi dengan AS tidak berbeda dari pendahulunya yang konservatif. Ia juga menepis niat pemerintahan Trump untuk melanjutkan diplomasi tentang denuklirisasi Korea Utara, yang menunjukkan bahwa Pyongyang saat ini lebih fokus pada hubungan dengan Rusia terkait konflik di Ukraina.

Ketegangan antara kedua Korea kemungkinan akan meningkat lagi akhir bulan ini, ketika Korea Selatan dan AS melanjutkan latihan militer gabungan tahunan berskala besar, yang dimulai pada 18 Agustus 2025. Korea Utara sering menggunakan latihan ini sebagai dalih untuk melakukan demonstrasi militer dan uji coba senjata yang bertujuan memajukan program nuklirnya.