Kronologi Puskesmas Pontang Tolak Tangani Anak Sakit, Petugas Kosong dan Minta Beli Obat

Kronologi Puskesmas Pontang Tolak Tangani Anak Sakit, Petugas Kosong dan Minta Beli Obat

Pengalaman Keluarga yang Kehilangan Kesabaran di Puskesmas Pontang

Sebuah video yang viral di media sosial memicu kemarahan warga terhadap pelayanan kesehatan di Puskesmas Pontang. Video tersebut menunjukkan seorang ayah, Moch Hisyam, marah karena anaknya yang mengalami demam tinggi tidak mendapatkan penanganan yang memadai saat datang ke Puskesmas.

Hisyam, yang berasal dari Kampung Sukamaneh, Desa Cibodas, Kecamatan Tanara, mengatakan bahwa anaknya mengalami demam hingga 40 derajat Celsius. Ia tiba di Puskesmas Pontang sekitar pukul 04.00 WIB, tetapi tidak menemukan petugas yang berjaga di ruang UGD 24 jam.

Menurut Hisyam, saat ia sampai di Puskesmas, ruang UGD dalam kondisi kosong. Meskipun ada petugas yang akhirnya datang, mereka hanya melakukan pemeriksaan suhu tubuh dan memberikan resep obat untuk dibeli di apotek luar. Hal ini membuat Hisyam merasa tidak puas dengan pelayanan yang diberikan.

"Anak saya demam tinggi sampai 40 derajat Celsius. Begitu sampai di Puskesmas Pontang, di UGD tidak ditangani, tidak diinfus, malah disuruh beli obat sendiri," ujarnya.

Ia juga menyebutkan bahwa saat itu waktu masih subuh, sehingga apotek tidak sedang buka. Hal ini semakin memperparah rasa frustrasi Hisyam. Ia meminta kepada Bupati Serang dan Gubernur Banten untuk melakukan sidak dan evaluasi terhadap pelayanan di Puskesmas Pontang.

"Saya minta kepada Bupati Serang Ratu Rachmatuzakiyah dan Gubernur Banten Andra Soni melakukan Cross check atau sidak ke Puskesmas Pontang," tegasnya.

Hisyam juga menuntut agar Kepala Puskesmas Pontang diganti jika kejadian seperti ini terus terjadi. Ia menilai bahwa kebijakan kepala puskesmas harus segera diubah agar pelayanan lebih baik.

Penjelasan dari Kepala Puskesmas Pontang

Kepala Puskesmas Pontang, dr. Bahrum Rangkuti, memberikan penjelasan terkait insiden ini. Menurutnya, pasien datang ke Puskesmas Pontang pada pukul 05.30 WIB setelah sebelumnya mencoba ke Puskesmas Tanara.

"Biasanya pasien ini warga Lempuyang, Tanara. Tadi sudah dijelaskan, dari Tanara ke Puskesmas Pontang," katanya.

Dr. Bahrum menjelaskan bahwa pasien langsung ditangani dengan pemeriksaan tensi dan suhu tubuh. Hasilnya menunjukkan suhu 39 derajat Celsius, bukan 40 derajat Celsius seperti yang dinyatakan oleh keluarga pasien.

Ia juga membantah tuduhan bahwa tidak ada petugas yang berjaga di ruang UGD. Menurutnya, selama proses pemeriksaan, ada petugas perawat yang hadir dan melakukan observasi untuk rawat inap.

"Kita pahami dan kita sadari keterbatasan. Saya itu komitmen, jaga malam tidak boleh hanya satu atau dua orang. Saya siapkan tiga orang, karena mungkin ada kebutuhan mendesak atau rujukan," jelasnya.

Dr. Bahrum menjelaskan bahwa pelayanan di tingkat Puskesmas memang memiliki aturan ketat. Misalnya, Puskesmas tidak diperbolehkan menyediakan obat melalui anus karena termasuk dalam kategori FKTP 1.

"Karena kita FKTP 1, kalau FKTP 2 lanjutan boleh, termasuk narkotika, penurunan panas segera, atau parasetamol infus. Nah, saat ini kita tidak boleh," terangnya.

Ia juga menyampaikan permohonan maaf atas pelayanan yang kurang memadai. Menurutnya, semua pelayanan memiliki keterbatasan dan kekurangan. Ia berkomitmen untuk terus memperbaiki sistem pelayanan di Puskesmas Pontang.

"Yang pasti semua pelayanan ada keterbatasan dan kekurangan. Itu yang akan kita terus perjuangkan dan perbaiki. Saya mohon maaf sebesar-besarnya atas kemungkinan adanya kesalahpahaman komunikasi, karena saya tidak bisa memantau langsung," pungkasnya.