Megawati Kembali Pimpin PDI-P di Usia 78, Ini Profil Lengkapnya

Featured Image

Pengukuhan Megawati sebagai Ketua Umum PDI-P Periode 2025–2030

Megawati Soekarnoputri kembali diangkat sebagai Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) untuk periode 2025 hingga 2030 dalam Kongres ke-6 yang diselenggarakan di Bali. Keputusan ini menandai kelanjutan kepemimpinannya dalam partai sejak era reformasi, meskipun beberapa pihak sempat mempertanyakan proses pengukuhan tersebut.

Dalam pidatonya di acara kongres yang berlangsung di Bali Nusa Dua Convention Center, Megawati menjawab keraguan terhadap keabsahannya dengan merujuk pada aturan internal partai. Ia menyatakan bahwa seluruh prosedur telah diatur dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) PDI-P. Hal ini menjadi penegasan bahwa pengukuhan dirinya dilakukan sesuai mekanisme yang sudah ditetapkan.

Ketua Steering Committee Kongres, Komarudin Watubun, mengungkapkan bahwa seluruh peserta kongres mendesak agar Megawati segera dikukuhkan kembali. Menurutnya, setelah pembukaan acara, peserta langsung meminta agar Megawati segera diangkat kembali sebagai ketua umum. "Setelah sidang pertama, 100 persen peserta mendesak segera dikukuhkan kembali," ujarnya.

Dengan demikian, Megawati akan memimpin PDI-P selama lima tahun ke depan. Kehadirannya sebagai pemimpin partai tidak hanya menunjukkan stabilitas internal, tetapi juga memperkuat posisi politiknya di tengah dinamika politik nasional.

Profil Lengkap Megawati Soekarnoputri

Megawati lahir di Yogyakarta pada 23 Januari 1947, sehingga saat ini ia berusia 78 tahun. Ia merupakan putri sulung dari Presiden RI pertama, Soekarno, dan Ibu Negara Fatmawati. Masa kecilnya banyak dihabiskan di lingkungan Istana Negara, tempat ia tumbuh dalam suasana kenegaraan. Ia dikenal aktif sejak kecil, gemar menari, dan memiliki keterlibatan dengan dunia politik sejak dini.

Pendidikan dasarnya ditempuh di Perguruan Cikini, Jakarta. Selanjutnya, ia melanjutkan studi tinggi di Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran (1965–1967) dan Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (1970–1972), meski tidak menyelesaikan pendidikan tersebut.

Kehidupan Pribadi dan Keluarga

Megawati pernah menikah dengan Letnan Satu Surendro, seorang penerbang TNI AU. Dari pernikahan tersebut, mereka memiliki dua anak. Namun, Surendro hilang dalam tugas militer pada tahun 1970. Pada 1973, ia menikah dengan Taufik Kiemas, yang kemudian menjadi Ketua MPR RI periode 2009–2013. Pasangan ini memiliki satu anak, yaitu Puan Maharani, yang kini menjabat sebagai Ketua DPR RI dan pernah menjadi Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) periode 2014–2019.

Awal Perjalanan Karier di Politik

Sebelum terjun ke dunia politik, Megawati dan suaminya mengelola SPBU di Jakarta. Ia mulai masuk ke dunia politik pada 1980-an setelah dibujuk oleh tokoh PDI, Sabam Sirait. Suaminya, Taufik Kiemas, juga turut berperan dalam membujuk Megawati untuk terjun ke kancah politik Indonesia.

Pada Pemilu 1987, Megawati dan adiknya Guruh Soekarnoputra maju sebagai calon legislatif dari PDI. Ia terpilih menjadi anggota DPR/MPR dan langsung menarik perhatian publik karena membawa semangat baru dalam partai warisan ayahnya.

Konflik Partai dan Peristiwa Kudatuli

Pada 1993, Megawati terpilih sebagai Ketua Umum PDI melalui Kongres Surabaya. Namun, hal ini memicu konflik internal dengan kubu Soerjadi. Puncaknya terjadi saat peristiwa Kudatuli pada 27 Juli 1996, ketika kantor DPP PDI diserbu. Pemerintah saat itu mengakui Soerjadi sebagai ketua yang sah, sehingga kubu Megawati tidak bisa mengikuti Pemilu 1997. Peristiwa ini menjadi titik penting dalam sejarah politik Indonesia dan memperkuat posisi Megawati di mata publik.

Puncak Karier: Presiden ke-5 RI

Setelah reformasi, Megawati mendirikan PDI Perjuangan dan memenangkan Pemilu 1999. Ia menjabat Wakil Presiden di bawah Abdurrahman Wahid, lalu menggantikannya sebagai Presiden ke-5 RI pada 23 Juli 2001 setelah Gus Dur dilengserkan oleh MPR. Sepanjang sejarah Indonesia, Megawati adalah presiden perempuan pertama dan satu-satunya hingga kini.

Masa jabatannya berakhir pada 20 Oktober 2004, setelah kalah dari Susilo Bambang Yudhoyono dalam Pilpres langsung pertama di Indonesia.

Kiprah Politik Pascakepresidenan

Megawati kembali maju dalam Pilpres 2004 bersama Hasyim Muzadi dan kalah dari pasangan SBY–Jusuf Kalla. Ia kembali mencalonkan diri pada 2009 bersama Prabowo Subianto, tetapi lagi-lagi kalah dari SBY yang saat itu menggandeng Boediono. Meski dua kali gagal dalam Pilpres, Megawati tetap menjadi tokoh sentral dalam PDI-P dan politik nasional. Ia terus mengonsolidasikan kekuatan partai dan memperluas jaringan politiknya.

Karier Megawati Saat Ini

Selain sebagai Ketua Umum PDI-P, Megawati kini menjabat Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) dan Ketua Dewan Pengarah Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Peran ini menegaskan posisinya sebagai tokoh berpengaruh di luar ranah elektoral.

Terbaru, Megawati kembali dikukuhkan sebagai ketua umum dalam Kongres ke-6 PDI-P. Ia menegaskan bahwa pengukuhan dirinya pada kongres kali ini merupakan hasil aklamasi, bukan pemilihan ulang. Megawati pun mengingatkan bahwa hal tersebut sudah sesuai dengan ketentuan AD/ART partai.

Sebelumnya, dalam rakernas 2024, Megawati sempat menanyakan hal ini kepada Sekjen PDI-P, Hasto Kristiyanto, yang menjawab bahwa dirinya memang dipilih secara aklamasi. "Oh ya sudah saya terima dengan rasa tanggung jawab, bukan dengan kegembiraan, tapi perenungan," ujarnya.

Pernyataannya agar tidak meragukan posisi sebagai ketum PDI-P menunjukkan semangat yang belum surut meski sudah tidak muda. Saat ini, Megawati menjabat sebagai Ketum PDI-P di usia 78 tahun dan masih akan berlanjut pada periode pemilihan berikutnya.