Merah Putih di Jalan: Kisah Penjual Bendera Musiman 17 Agustus

Pemandangan Merah Putih di Jalanan Jakarta
Menjelang perayaan HUT ke-80 Republik Indonesia, warna merah putih mulai menghiasi berbagai sudut jalan di Jakarta. Di sepanjang jalanan, para pedagang bendera musiman menawarkan berbagai jenis produk seperti bendera, umbul-umbul, hingga aksesori perayaan. Tiga dari mereka, yaitu Raji, Pebi, dan Yono, memiliki kisah unik di balik usaha mereka menjual bendera.
Pengalaman Raji dalam Berjualan Bendera
Raji (50 tahun) memulai usaha berjualan bendera pada Senin (28/7). Ia bersama ponakannya membuka gerobak sederhana di Tanah Tinggi, Johar Baru, Jakarta Pusat. Dagangannya terdiri dari bambu, beberapa jenis bendera, serta umbul-umbul. Meski ia mengakui bahwa saat ini sulit mendapatkan uang, ia tetap berusaha menjual barangnya dengan strategi harga yang menarik.
“Bambu biasanya Rp 20 ribu, tapi kalau ada diskon bisa sampai Rp 17 ribu,” ujarnya. Ia juga menyebutkan bahwa bendera ukuran sedang sekitar 1,2 meter adalah yang paling laku. Jika stok tersisa setelah 17 Agustus, ia akan menyimpannya untuk tahun depan.
Raji tidak selalu berada di satu tempat. Ia lebih suka berpindah-pindah untuk mencari pembeli. “Sunting, Sumur Batu, Menteng, dan lainnya,” katanya. Setelah musim 17-an berakhir, ia pulang ke kampung halamannya di Cirebon untuk bekerja di sawah atau menggembala kambing.
Usaha Pebi yang Lebih Besar dan Meriah
Berbeda dengan Raji, Pebi (33 tahun) memiliki lapak yang lebih besar dan meriah. Gerobaknya lengkap dengan lampion, hiasan, dan bendera latar. Lapaknya berada di seberang Halte Kramat Sentiong, Senen, Jakarta Pusat. Ia sudah berjualan di lokasi yang sama sejak 2018.
Pebi mengatakan bahwa permintaan mulai meningkat pada awal bulan Agustus. Ia memberikan diskon untuk pembelian dalam jumlah banyak. Namun, ia bergantung pada stok yang diberikan oleh bosnya. “Tidak semua barang bisa dikembalikan, jadi kami harus menyimpannya sendiri,” ujarnya.
Ia juga menyebutkan bahwa bendera ukuran rumah menjadi primadona di awal bulan, sedangkan permintaan dari kantor biasanya datang belakangan. Omzet dari usahanya bisa mencapai Rp 2 juta hingga Rp 3 juta per musim. Namun, ia mengakui bahwa kondisi saat ini masih belum ramai.
Yono: Pedagang Muda dengan Omzet Tinggi
Yono (23 tahun) memulai usaha berjualan bendera pada Selasa (29/7). Lapaknya berada beberapa ratus meter dari lapak Pebi, masih di kawasan Senen, Jakarta Pusat. Gerobaknya cukup besar dengan variasi lengkap termasuk bendera persegi untuk rumah dan bendera latar untuk kantor.
Selama satu musim, Yono bisa memperoleh sekitar Rp 12 juta. Namun, tahun lalu penjualannya lebih rendah. Ia lebih sering berkeliling ketimbang mangkal di satu tempat. Barang sisa juga akan ia kembalikan ke bandar.
Meski banyak pedagang di lokasi yang sama, baik Raji, Pebi, maupun Yono mengaku tidak pernah mengalami rebutan lapak. “Sama pedagang mah akur-akur aja. Sama-sama nyari rezeki,” kata Yono.
Bagi mereka, tujuh belasan bukan hanya perayaan kemerdekaan, tetapi juga kesempatan untuk menggantungkan hidup dengan Sang Merah Putih. Setidaknya selama musim itu berlangsung.