Nikmati Kuliner dan Permainan Tradisional di Pekan Budaya Melayu Serumpun

Featured Image

Pekan Budaya Melayu Serumpun Menampilkan Kekayaan Budaya dan UMKM Riau

Pekan Budaya Melayu Serumpun yang menjadi bagian dari Kenduri Riau 2025, menarik perhatian banyak pengunjung di Jalan Sultan Syarif Kasim, Kota Pekanbaru. Acara ini menampilkan berbagai produk UMKM dan kuliner dari berbagai daerah di Riau seperti Pekanbaru, Kampar, dan Indragiri Hilir, bahkan ada pelaku usaha dari Kalimantan Selatan yang turut serta.

Para pengunjung dapat menikmati aneka kuliner yang tersedia di area tersebut. Beberapa makanan populer seperti Canai Ikhwan, Kopi Rumi, Otak Otak Enak PKU, Pempek 628, Titik Beku Es Krim hingga Chinos Coffe bisa ditemukan. Tidak hanya itu, ada juga kuliner khas lainnya seperti Dapoo Mak Bay, Lempeng Sagu, dan Siompu Kampar.

Selain menikmati kuliner, pengunjung juga dapat melihat replika perkampungan Melayu yang disiapkan di lokasi acara. Di sini, pengunjung bisa melihat bagian depan rumah tradisional Melayu. Ada pula replika dua ekor gajah bernama Tari dan Domang yang menjadi daya tarik bagi pengunjung untuk berfoto.

Di area lain, pengunjung bisa mencoba berbagai permainan tradisional seperti engrang, sendal bakiak panjang, dan wau atau layang-layang khas Riau. Selain itu, terdapat lorong penuh warna yang cocok untuk berswafoto. Dinding lorong ini dipenuhi mural yang menggambarkan kebudayaan Melayu dalam berbagai bentuk dan warna.

Kehadiran Benda Pusaka Mengundang Perhatian

Dalam rangkaian acara Pekan Budaya Melayu Serumpun, terdapat pameran benda pusaka yang sangat menarik perhatian. Salah satunya adalah Mahkota Sultan Siak Sri Indrapura, yang merupakan simbol kejayaan kerajaan Melayu. Mahkota ini dibuat pada abad ke-19 dan terbuat dari emas murni seberat 1.803,3 gram, dihiasi berlian, rubi, zamrud, dan mutiara. Ukuran mahkota ini mencapai diameter 33 cm dan tinggi 27 cm.

Mahkota ini terakhir kali berada di Riau sebelum tahun 1945, ketika Sultan Syarif Kasim II menyerahkannya kepada Republik Indonesia sebagai bentuk dukungan terhadap kemerdekaan. Selain mahkota, ada juga dua artefak lain yang dipamerkan, yaitu pin dan pedang Sultan. Kedua benda ini menjadi bagian dari warisan sejarah yang merepresentasikan identitas dan martabat Melayu.

Pihak Museum Nasional Indonesia telah memberikan izin peminjaman dengan pengawalan keamanan ketat. Ini merupakan pertama kalinya generasi baru Riau dapat menyaksikan langsung simbol kejayaan leluhur mereka, bukan hanya melalui foto dan literatur.

Pentingnya Melestarikan Budaya Melayu

Menurut Kepala Dinas Pariwisata Riau, Roni Rakhmat, seluruh UMKM dan kuliner yang tampil dalam acara ini telah melalui proses kurasi agar menjadi daya tarik bagi pengunjung. Dengan adanya pameran benda pusaka ini, diharapkan dapat memperkuat jati diri budaya Melayu dan meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga dan menghargai sejarah.

Mahkota Sultan Siak Sri Indrapura tidak hanya menjadi benda berharga, tetapi juga lambang marwah dan jati diri masyarakat Melayu Riau. Diperkirakan nilai mahkota ini mencapai lebih dari Rp1 triliun karena bahan dan nilai sejarahnya. Selama lebih dari 80 tahun, mahkota disimpan di Museum Nasional Indonesia di Jakarta, namun kini kembali ke Riau untuk dipamerkan dalam rangka Hari Jadi ke-68 Provinsi Riau.

Keistimewaan Desain Mahkota

Mahkota ini menggunakan teknik filigree (kerawang), yaitu motif sulur dan bunga yang dibuat dari kawat emas tipis yang dipilin dan disatukan secara manual. Teknik ini menambah keindahan dan nilai seni dari mahkota tersebut. Selain itu, mahkota ini telah ditetapkan sebagai Cagar Budaya Nasional melalui SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 248/M/2013.

Dengan adanya acara ini, diharapkan masyarakat semakin sadar akan pentingnya melestarikan warisan budaya yang sudah ada. Pekan Budaya Melayu Serumpun ini menjadi momen penting dalam membangkitkan rasa bangga terhadap budaya Melayu Riau.