Orang yang Selalu Memilih Merek Sama Tanpa Coba Alternatif Umumnya Miliki 8 Sifat Ini

Mengapa Banyak Orang Tetap Setia pada Merek yang Sama?
Mungkin kamu pernah berpikir, kapan terakhir kali kamu mencoba merek baru untuk hal-hal kecil seperti deterjen atau pelembap bibir? Jika jawabannya adalah “tidak pernah” atau “lupa,” kamu tidak sendirian. Banyak orang memilih produk yang sama berulang kali, mulai dari sereal hingga sepatu lari. Di permukaan, ini mungkin tampak seperti kebiasaan biasa. Namun di balik kesetiaan tersebut, sering kali tersembunyi sifat-sifat kepribadian yang menarik dan unik.
Berikut delapan karakteristik yang sering muncul pada orang-orang yang setia pada satu merek:
1. Menghargai Keamanan Emosional
Beberapa orang tidak hanya menyukai hal yang familiar, tetapi juga membutuhkannya. Berpegang pada merek yang sama memberikan rasa prediktabilitas dan kendali dalam dunia yang sering terasa kacau. Penelitian dari Universitas Chicago menunjukkan bahwa orang cenderung memilih opsi yang sudah dikenal saat sedang stres, meskipun bukan pilihan yang paling logis secara objektif. Dalam situasi penuh tekanan, pilihan yang dikenal bisa menjadi bentuk perlindungan emosional. Tidak perlu berpikir panjang, cukup ambil yang sudah terbukti aman.
2. Menghindari Kelelahan Pengambilan Keputusan
Di tengah banjir pilihan dan keputusan sehari-hari—dari pakaian, makanan, hingga berita—mengurangi satu keputusan kecil bisa terasa seperti kelegaan besar. Itulah mengapa sebagian orang tetap menggunakan produk yang sama. Ini bukan kemalasan, tapi strategi efisiensi. Seperti yang dikatakan Barry Schwartz dalam ceramah TED-nya, terlalu banyak pilihan bisa melumpuhkan. Dengan tetap pada satu merek, kamu membebaskan ruang otak untuk hal yang lebih penting.
3. Setia Sampai Titik Kritis
Kesetiaan adalah kualitas yang indah. Tapi jika dibawa terlalu jauh, bisa jadi pedang bermata dua. Beberapa orang begitu setia pada satu merek bahkan ketika kualitasnya menurun atau ada pilihan lain yang lebih baik. Bukan karena tidak tahu, tapi karena kesetiaan telah menyatu dengan identitas. Merek bukan hanya produk, mereka adalah bagian dari sejarah pribadi.
4. Hidup Berdasarkan Kebiasaan
Orang yang terus membeli merek yang sama seringkali juga menjalani hidup dengan cara yang konsisten. Bangun di waktu yang sama, rutinitas makan siang yang itu-itu saja, playlist yang tidak pernah berubah. Kebiasaan memberi rasa nyaman dan struktur. Dan bagi orang yang menyukai stabilitas, mengulang pembelian bukanlah kebosanan melainkan fondasi dari kehidupan yang teratur.
5. Tidak Terpengaruh Pemasaran
Taktik influencer? Iklan glossy? Launching produk viral? Orang yang setia pada satu merek seringkali menanggapinya dengan mata datar. Mereka cenderung skeptis terhadap pemasaran dan lebih percaya pengalaman pribadi daripada tren TikTok atau review selebritas. Alih-alih terbawa arus, mereka diam, mengamati, dan tetap memilih produk andalan mereka.
6. Terhubung Emosional Lewat Memori
Merek favorit bukan cuma soal kualitas—kadang, soal nostalgia. Seseorang bisa terus membeli sabun cuci piring tertentu hanya karena aromanya mengingatkan pada dapur masa kecil. Tekstur, aroma, hingga kemasan bisa membangkitkan memori emosional yang dalam. Maka dari itu, pilihan produk bisa menjadi semacam kapsul waktu yang membawa kembali rasa aman dari masa lalu.
7. Punya Keyakinan pada Preferensinya
Ada kekuatan dalam seseorang yang tidak merasa harus mencoba semua hal baru hanya karena "semua orang mencobanya". Orang-orang ini tahu apa yang mereka suka dan tidak merasa perlu membuktikannya. Mereka tidak terombang-ambing oleh tren atau opini orang lain. Ada ketenangan dalam kepercayaan diri seperti ini—tenang, tidak mencolok, tapi kokoh.
8. Mengutamakan Efisiensi Daripada Eksperimen
Mencoba hal baru memang menarik… tapi juga menyita waktu. Membaca review, membandingkan harga, dan risiko kecewa—semuanya bisa terasa melelahkan. Jadi, memilih merek yang sudah terbukti bekerja adalah langkah praktis. Ini bukan berarti menolak hal baru, hanya saja bagi mereka, kenyamanan dan kemudahan adalah nilai yang lebih tinggi daripada sensasi mencoba sesuatu yang berbeda.
Seperti yang dijelaskan oleh Dr. Art Markman, preferensi berkembang bukan hanya dari kualitas, tapi juga dari seberapa mulus pilihan itu menyatu dalam hidup seseorang. Kadang, pilihan merek terlihat sepele. Tapi di balik sabun, sereal, atau pasta gigi yang dibeli berulang kali, ada cerita tentang siapa seseorang, bagaimana mereka berpikir, dan apa yang mereka butuhkan dari dunia ini. Jadi, kalau kamu belum ganti merek favoritmu sejak kuliah, mungkin itu bukan hanya kebiasaan, mungkin itu cerminan siapa kamu sebenarnya.