Orang yang Terganggu dengan Suara Kunyahan Umumnya Memiliki 7 Sifat Ini, Menurut Psikologi

Mengenal Sensitivitas Tinggi terhadap Suara Kunyahan
Apakah Anda pernah merasa sangat terganggu saat mendengar seseorang mengunyah dengan keras? Bahkan suara yang biasa bagi orang lain, bagi Anda bisa terdengar seperti penyiksaan yang membuat emosi memuncak. Jika iya, mungkin Anda termasuk dalam kelompok orang yang memiliki sensitivitas tinggi terhadap suara tertentu. Kondisi ini dikenal sebagai misophonia.
Orang-orang yang sangat terganggu dengan suara kunyahan umumnya memiliki ciri-ciri psikologis khas. Berikut adalah beberapa karakteristik yang sering dimiliki oleh mereka yang tidak tahan mendengar suara kunyahan keras:
1. Empati Tinggi terhadap Lingkungan Sekitar
Mereka yang terganggu dengan suara kunyahan biasanya memiliki kepekaan emosional dan sensorik yang sangat tinggi. Mereka lebih “terhubung” dengan lingkungan di sekitar mereka dibandingkan orang kebanyakan. Sensitivitas ini membuat mereka mampu merasakan detail-detail kecil yang mungkin diabaikan orang lain, termasuk suara kunyahan, ketukan, atau napas yang berat. Meskipun ini bisa menjadi kekuatan dalam memahami perasaan orang lain, di sisi lain, mereka juga rentan terhadap overstimulasi.
2. Perfeksionis dan Cenderung Ingin Segalanya Teratur
Ciri lain yang sering melekat adalah sifat perfeksionis. Mereka menyukai keteraturan, kerapian, dan kesempurnaan, bukan hanya secara visual tetapi juga dalam aspek auditori (pendengaran). Suara kunyahan yang tidak beraturan dianggap sebagai “gangguan” yang merusak ketenangan pikiran mereka. Perfeksionisme ini seringkali membuat mereka lebih mudah merasa frustasi saat lingkungan sekitar tidak sesuai dengan standar kenyamanan pribadi mereka.
3. Cenderung Memiliki Kecemasan (Anxiety-Prone)
Banyak penelitian menunjukkan bahwa orang dengan misophonia atau sensitivitas terhadap suara kunyahan memiliki tingkat kecemasan yang lebih tinggi daripada populasi umum. Ketika mendengar suara yang memicu ketidaknyamanan, tubuh mereka secara otomatis bereaksi dalam mode “fight or flight”, memicu stres, iritasi, atau bahkan amarah. Ini berkaitan dengan kecenderungan mereka untuk overthinking dan sulit mengabaikan stimulus kecil yang dianggap mengganggu.
4. Introspektif dan Sering Overthinking
Mereka yang mudah terganggu dengan suara kunyahan biasanya juga memiliki sifat introspektif dan suka menganalisis pikiran sendiri secara mendalam. Namun, sisi negatifnya, mereka sering kali terjebak dalam lingkaran overthinking terhadap hal-hal kecil yang tidak diperhatikan orang lain. Suara kunyahan yang terus berulang dianggap sebagai “ancaman” terhadap ketenangan mental mereka, memicu pikiran negatif yang berputar tanpa henti.
5. Memiliki Batas Pribadi (Personal Boundaries) yang Kuat
Orang yang tidak tahan dengan suara kunyahan keras umumnya memiliki batas pribadi yang jelas dan kuat. Mereka sangat menghargai ruang pribadi, baik secara fisik maupun mental. Suara kunyahan yang dirasa terlalu dekat atau invasif dianggap sebagai pelanggaran terhadap batas tersebut. Oleh karena itu, mereka cenderung menjaga jarak dari situasi sosial yang berisik atau memilih lingkungan yang lebih tenang.
6. Tingkat Sensory Processing Sensitivity (SPS) yang Tinggi
Ciri ini berkaitan dengan teori tentang Highly Sensitive Person (HSP). Mereka dengan sensitivitas tinggi terhadap suara kunyahan biasanya memiliki SPS (Sensory Processing Sensitivity) yang lebih besar, artinya sistem saraf mereka memproses rangsangan eksternal dengan intensitas lebih kuat. Hal ini membuat suara-suara kecil seperti kunyahan menjadi jauh lebih mengganggu bagi mereka dibandingkan orang biasa.
7. Cenderung Introvert dan Membutuhkan Waktu Sendiri
Banyak orang dengan kepekaan terhadap suara kunyahan cenderung memiliki sifat introvert. Mereka menikmati ketenangan dan merasa lebih nyaman dalam situasi yang tidak banyak rangsangan sensorik. Suara kunyahan yang dianggap “biasa saja” oleh orang ekstrovert, bagi mereka bisa menjadi pemicu iritasi dan kelelahan mental. Oleh sebab itu, mereka sering menghindari situasi sosial yang ramai dan lebih memilih waktu sendiri untuk memulihkan energi.
Penutup: Ini Bukan Sekadar “Rewel”, Tapi Respons Neurologis Nyata
Penting untuk memahami bahwa ketidaknyamanan terhadap suara kunyahan keras bukan sekadar perilaku “rewel” atau “berlebihan”. Ini adalah respons neurologis yang nyata, di mana otak mereka secara otomatis memberikan reaksi negatif terhadap rangsangan auditori tertentu. Menurut para psikolog, memahami kondisi ini bukan hanya penting untuk individu yang mengalaminya, tetapi juga untuk orang di sekitarnya agar lebih bijak dalam berinteraksi.
Jika Anda termasuk orang yang merasa terganggu dengan suara kunyahan, bukan berarti Anda “aneh”. Justru, Anda mungkin memiliki kecerdasan emosional dan sensorik yang tajam, hanya saja membutuhkan strategi untuk mengelola sensitivitas tersebut agar tidak mengganggu keseharian.