Perjuangan Balita dengan Penyakit Langka di Bojonegoro, Dua Tahun Menunggu Operasi

Perjuangan Balita dengan Penyakit Langka di Bojonegoro, Dua Tahun Menunggu Operasi

Kehidupan Balita dengan Penyakit Langka di Bojonegoro

Di tengah keindahan alam dan ketenangan Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, terdapat kisah yang menyentuh hati. Seorang balita berusia dua tahun, yang memiliki nama lengkap NIK, harus menghadapi perjuangan hidup yang sangat berat. Ia menderita penyakit langka yang memengaruhi fungsi ginjal dan sistem pencernaan.

NIK adalah putra dari pasangan Juli Astutik (30) dan Moch Siswanto (40), yang tinggal di Desa Tapelan, Kecamatan Kapas. Penyakit yang dideritanya disebut Hidronefrosis, yaitu kondisi di mana ginjal membengkak karena urine tidak dapat mengalir secara normal ke kandung kemih. Penyakit ini membutuhkan penanganan medis segera untuk mencegah komplikasi serius.

Namun, masalah tak hanya berhenti pada Hidronefrosis. NIK juga lahir tanpa anus, sehingga harus menjalani operasi sejak usianya baru dua bulan. Saat itu, ia lahir di RSUD Sosodoro Bojonegoro, dan dokter langsung menyarankan proses melahirkan di rumah sakit agar bisa segera ditangani.

Setelah operasi pertama, NIK masih mengalami kesulitan dalam buang air kecil. Untuk mengatasinya, pihak rumah sakit memasang kateter sebagai alat bantu. Sampai saat ini, NIK telah menjalani enam kali operasi, setiap kali ada masalah pada alat bantu tersebut.

Seharusnya, NIK sudah menjalani operasi lanjutan sejak Desember 2023 lalu, yaitu untuk membuat saluran pencernaan. Namun, hingga kini, tindakan medis tersebut belum juga dilakukan. Alasannya, menurut keluarga, pihak rumah sakit masih dalam antrean untuk menjadwalkan operasi.

Lambatnya penanganan medis ini menjadi beban berat bagi keluarga NIK. Mereka hanya bisa menunggu giliran sambil berdoa agar kondisi putra mereka segera membaik. Ayah NIK, Moch Siswanto, hanya bekerja sebagai buruh kuli bangunan, sedangkan ibunya, Juli Astutik, menjual jajanan kecil di depan rumah. Penghasilan mereka sangat terbatas, terlebih lagi untuk biaya pengobatan anaknya.

Meski demikian, NIK tetap diberi perlindungan oleh BPJS Kesehatan. Namun, biaya pergi ke rumah sakit tetap menjadi beban keluarga. Keluarga NIK terus berusaha memberikan perawatan terbaik yang bisa mereka lakukan, meskipun situasi ekonomi tidak memungkinkan.

Perut NIK semakin membesar, dan rintihan kesakitan dari mulut mungilnya semakin menyayat hati. Setiap orang yang melihatnya merasa prihatin dan ingin membantu. Namun, hingga berita ini ditulis, belum ada informasi resmi dari instansi terkait mengenai rencana penanganan medis lebih lanjut untuk NIK.

Keluarga NIK hanya bisa berharap, sembari berdoa, agar putra mereka segera mendapatkan perawatan yang layak. Mereka berharap, suatu hari nanti, NIK bisa hidup normal seperti anak-anak lainnya.