Pernikahan Viral Gadis Bengkulu dengan Pria 46 Tahun Lebih Tua, Ibunda: Demi Allah Aku Rela

Featured Image

Pernikahan yang Viral di Desa Padang Tambak

Pernikahan antara seorang pria lanjut usia dan seorang wanita muda dengan selisih usia yang sangat jauh menjadi perbincangan hangat di media sosial. Pasangan ini berasal dari Desa Padang Tambak, Kecamatan Karang Tinggi, Kabupaten Bengkulu Tengah. Pria tersebut bernama Sai’un (73 tahun), sedangkan sang istri adalah Bunga Fitri (27 tahun). Perbedaan usia 46 tahun ini menarik banyak perhatian publik, hingga memicu berbagai spekulasi mengenai alasan mereka menikah.

Ibu kandung Bunga Fitri, Rosmala Dewi, memberikan penjelasan terkait tudingan-tudingan yang muncul. Ia menegaskan bahwa tidak ada unsur paksaan, utang, atau tekanan dari pihak mana pun dalam pernikahan ini. "Tidak ada karena utang, tidak ada karena dipaksa. Demi Allah, aku rela," ujarnya saat ditemui di rumahnya. Menurut Rosmala, keputusan itu murni didasari rasa cocok dan kesepakatan bersama. "Aku suka, aku senang, aku rela dan ikhlas," tambahnya.

Rosmala mengaku sangat ikhlas dan bahagia melihat anaknya mantap menikah. Baginya, kebahagiaan anak adalah hal yang paling penting. Selama Fitri merasa nyaman dan bahagia, ia akan mendukung sepenuhnya. "Yang penting sama-sama senang, tidak ada yang dikecewakan," katanya.

Awal Mula Hubungan Cinta

Hubungan cinta antara Fitri dan Sai’un dimulai dari keinginan Fitri untuk segera memiliki pasangan hidup. Fitri, yang diketahui memiliki kekurangan dalam cara bicara dan fisik, sempat berbicara kepada temannya tentang keinginannya itu. Cerita tersebut disampaikan kepada seorang teman dekat, yang ternyata merupakan keponakan dari Sai’un. Pertemuan pertama terjadi di rumah keponakan tersebut.

Sai’un mengaku langsung merasa nyaman dan yakin bahwa Fitri adalah jodohnya. Dua minggu setelah pertemuan pertama, keduanya sepakat untuk menikah. Fitri juga menyatakan bahwa ia menerima lamaran Sai’un bukan karena materi. Ia justru melihat sosok yang penuh tanggung jawab dan mau menerima dirinya apa adanya. Meski memiliki kekurangan dalam berbicara dan secara fisik, hal itu tidak menghalangi tumbuhnya perasaan cinta di antara mereka.

Prosesi Akad Nikah yang Sederhana

Prosesi akad nikah berlangsung sederhana namun penuh haru pada hari Sabtu, 2 Agustus 2025. Acara tersebut dihadiri oleh keluarga dan tetangga dekat. Momen kebersamaan pasangan ini sempat diabadikan dalam potret sederhana: duduk berdampingan, memegang buku nikah, di depan rumah kayu tua berlatar kebun pisang.

Sai’un sendiri berprofesi sebagai petani kopi dan sawit. Ia tinggal di Desa Jambu dan memiliki rumah sendiri. Dari pernikahan sebelumnya, ia telah memiliki tiga orang anak yang semuanya sudah menikah. Rencananya, mereka akan tinggal di rumah Sai’un di Desa Jambu. "Kalau saya ke kebun, ya Fitri temenin. Kalau di rumah juga begitu," ujar Sai’un.

Respons Publik Terhadap Pernikahan Ini

Pernikahan ini memicu beragam respons dari publik. Beberapa orang menilai hubungan mereka tulus dan saling menerima, namun tak sedikit pula yang mempertanyakan selisih usia ekstrem di antara keduanya. Meski begitu, baik Sai’un maupun Fitri mengaku tidak peduli dengan omongan orang. "Namanya jodoh, tidak ada yang tahu. Kalau sudah cocok, usia bukan halangan," kata Sai’un sambil tersenyum.