Persaingan dan Boikot Ganggu Kinerja Unilever Indonesia (UNVR) di Pasar

Kinerja Unilever Indonesia di Semester Pertama Tahun Ini Dinilai Mengecewakan
Kinerja PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) di semester pertama tahun ini masih menunjukkan penurunan yang memperihatinkan. Berdasarkan laporan keuangan yang dirilis, laba bersih perusahaan turun sebesar 13% secara tahunan menjadi Rp 2,16 triliun. Angka ini hanya mencapai 59% dari estimasi analis dan 56% dari konsensus pasar.
Menurut Willy Goutama, Analis Maybank Sekuritas Indonesia, realisasi tersebut juga berada di bawah rata-rata data historis lima tahun terakhir sebesar 60%. Hal ini sejalan dengan penurunan pendapatan yang tercatat sebesar 4% secara tahunan menjadi Rp 18,21 triliun. Pendapatan yang lemah disebabkan oleh pertumbuhan penjualan yang tertinggal dibandingkan rata-rata industri FMCG yang tumbuh antara 3% hingga 5% pada semester pertama tahun ini.
Pertumbuhan ini terjadi di tengah penurunan volume penjualan sebesar 6,1%, yang bahkan lebih rendah dari basis volume penjualan di semester pertama tahun 2024. Di kuartal II tahun ini, kinerja UNVR tercatat turun 26% secara kuartalan dan 10% secara tahunan menjadi Rp 918 miliar. Willy mengungkapkan bahwa penurunan ini disebabkan oleh lemahnya penjualan serta menyempitnya margin laba.
Penurunan volume penjualan dalam beberapa kuartal terakhir menunjukkan bahwa UNVR masih kesulitan dalam mendorong pertumbuhan organik. Dari sisi segmen, konsumen target UNVR tampaknya mulai mengurangi belanja kebutuhan non-pokok dan lebih memilih produk diskon atau promosi. Hal ini tercermin dari penurunan penjualan di segmen home & personal care serta penurunan laba operasional di bidang tersebut.
Secara keseluruhan, kinerja kuartal II dan semester I tahun 2025 dinilai tidak sesuai dengan ekspektasi pasar. Willy menyatakan bahwa investor akan lebih menghargai pemulihan laba daripada program pembelian kembali saham (buyback) yang baru-baru ini diumumkan. Meskipun demikian, UNVR tetap berencana melakukan buyback pertamanya pada periode 31 Juli hingga 30 Oktober 2025. Perusahaan mengalokasikan dana sebesar Rp 2 triliun dengan harga maksimal Rp 1.700 per saham.
Meski program ini bisa memberi sentimen positif jangka pendek dan menahan penurunan harga saham, Willy tetap waspada terhadap dampaknya pada likuiditas saham. Free float UNVR yang sudah rendah, sekitar 15%, menjadi pertimbangan utama. Keputusan ini tidak membuat Willy mengubah estimasi laba di tahun 2025 hingga 2027 pasca hasil semester I-2025.
Di sepanjang tahun 2025, pendapatan UNVR diperkirakan sebesar Rp 35,58 triliun sedangkan laba bersih sebesar Rp 3,65 triliun. Oleh karena itu, Willy mempertahankan rekomendasi sell untuk saham Unilever Indonesia (UNVR) dengan target harga Rp 1.400. Rekomendasi ini mempertimbangkan tantangan internal maupun eksternal yang masih menghambat kinerja perusahaan seperti persaingan ketat dengan pemain lokal serta boikot terhadap produk Barat.
Target harga UNVR yang dipasang Maybank Sekuritas tetap pada Rp 1.400, berdasarkan estimasi PER FY25 sebesar 14,6x, atau 2 standar deviasi di bawah rata-rata 3 tahun terakhir. Sebagai perbandingan, Willy lebih menyukai saham Mayora Indah (MYOR), dengan harga saat ini Rp 2.280 dan rekomendasi buy dengan target saham Rp 3.000. Hal ini karena MYOR memiliki visibilitas laba yang lebih tinggi dan jalur pertumbuhan yang lebih kuat.
Harga saham UNVR pada Senin (4/8) ditutup melemah 0,56% di Rp 1.760 per saham.