PLN Indonesia Power Tanda Tangani Dua Kemitraan PLTMG 65 MW di Papua

Featured Image

PLN Indonesia Power Memperluas Perannya di Papua

PLN Indonesia Power (PLN IP) baru-baru ini mengumumkan penandatanganan dua kerja sama operasional dan pemeliharaan pembangkit listrik di wilayah Papua. Kerja sama tersebut mencakup serah terima pengelolaan Pembangkit Listrik Tenaga Mesin Gas (PLTMG) Biak-1 berkapasitas 15 MW, serta perjanjian operasional dan pemeliharaan berbasis kinerja (Performance-Based O&M) untuk Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Holtekamp 50 MW.

Direktur Utama PLN Indonesia Power, Benardus Sudarmanta, menekankan bahwa kerja sama ini merupakan bentuk komitmen PLN IP dalam memastikan akses listrik yang andal dan berkelanjutan bagi seluruh masyarakat, termasuk di Papua. Ia menjelaskan bahwa tugas PLN tidak hanya sebatas menjaga pasokan listrik, tetapi juga menjalankan amanat konstitusi dengan memastikan setiap warga negara mendapatkan layanan energi yang memadai.

“Kolaborasi ini adalah bukti nyata bahwa PLN IP hadir untuk Indonesia. Kami bertanggung jawab atas keandalan sistem kelistrikan dan kesejahteraan masyarakat,” ujar Benardus dalam keterangan tertulisnya.

Serah Terima Pengelolaan PLTMG Biak-1

Pada acara pertama, dilakukan serah terima pengelolaan PLTMG Biak-1 kepada PLN IP. Acara ini turut dihadiri oleh Direktur Operasional Gas PLN IP, Purnomo, serta GM PLN UIW Papua dan Papua Barat, Diksi Erfani Umar, dan perwakilan PT Wijaya Karya Konsorsium.

PLTMG dipilih sebagai solusi energi di wilayah kepulauan seperti Papua karena efisiensinya tinggi, bentuknya ringkas, serta emisinya rendah. Purnomo menjelaskan bahwa PLTMG sangat ideal untuk wilayah dengan geografis luas dan sistem kelistrikan kecil. “Ini mendukung transisi energi sekaligus memberikan layanan yang cepat dan fleksibel bagi masyarakat,” tambahnya.

Transformasi PLTU Holtekamp

Selain itu, PLN IP juga menandatangani perjanjian Performance-Based O&M untuk PLTU Holtekamp 50 MW. Direktur Operasional Batubara PLN IP, M. Hanafi Nur Rifai, menyampaikan bahwa PLTU Holtekamp yang telah beroperasi sejak 2016 kini memasuki fase transformasi kinerja berbasis kinerja. Proses inovasi teknis sedang dilakukan, seperti modifikasi chain grate stoker untuk meningkatkan efisiensi dan keandalan.

“Inovasi yang sudah berhasil diterapkan di unit Sanggau kini kami replikasi di Holtekamp. Kami berkomitmen untuk mendukung sistem kelistrikan Papua agar semakin andal,” jelas Hanafi.

Kompleksitas Sistem Kelistrikan Papua

Sistem kelistrikan di Papua memiliki kompleksitas tinggi, terbagi dalam 8 sistem besar dan sekitar 300 sistem kecil. GM PLN UIW Papua dan Papua Barat, Diksi Erfani Umar, menyebutkan bahwa sekitar sepertiga masyarakat Papua masih belum mendapatkan akses listrik.

“Meskipun kapasitasnya kecil, gangguan di sistem Papua bisa berdampak besar dan langsung terasa hingga Jakarta. Kami percaya PLN IP mampu menjaga keandalan dan meningkatkan kinerja sistem di sini,” ujarnya.

Diksi juga menegaskan bahwa pembangkit seperti Holtekamp harus menjadi tulang punggung sistem kelistrikan Papua. Kerja sama ini diharapkan menjadi motor bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat.

“Papua membutuhkan kita. Ini bukan sekadar kontrak bisnis, tapi ladang pengabdian untuk membantu rakyat membuka akses listrik, pendidikan, dan ekonomi bagi saudara-saudara kita di timur Indonesia,” tambah Diksi.

Sinergi untuk Rasio Elektrifikasi 100%

PLN Indonesia Power terus memperluas perannya di wilayah timur sebagai bagian dari upaya mencapai rasio elektrifikasi 100%. Kerja sama ini menjadi bukti nyata sinergi antara Subholding dan Holding dalam mendukung agenda strategis nasional.

“Kami hadir di Papua bukan hanya untuk mengoperasikan pembangkit, tapi untuk memastikan bahwa listrik menjadi penggerak peradaban dan kesejahteraan. Ini adalah bentuk tanggung jawab kami terhadap negeri,” tutup Benardus.