Profil Marsma Fajar Adrianto, Penerbang F-16 yang Gugur di Kecelakaan Latih Bogor

Featured Image

Profil Marsma TNI Fajar Adrianto, Penerbang Jet Tempur yang Gugur dalam Kecelakaan Pesawat Latih

Marsekal Pertama (Marsma) TNI Fajar Adrianto adalah sosok yang dikenal sebagai penerbang jet tempur F-16 dengan dedikasi tinggi. Ia meninggal dalam kecelakaan pesawat latih di Ciampea, Bogor, pada Minggu (3/8/2025). Kepergian beliau menjadi duka mendalam bagi TNI Angkatan Udara dan seluruh bangsa Indonesia.

Latar Belakang dan Pendidikan

Fajar Adrianto lahir di Bandung, Jawa Barat, pada 20 Juni 1970. Ia lulus dari SMA Negeri 1 Malang pada tahun 1989. Setelah itu, ia melanjutkan pendidikan di Akademi Angkatan Udara (AAU) dan lulus pada tahun 1992. Selama masa studinya, ia juga mengikuti berbagai pelatihan militer seperti Sekbang Angkatan ke-48 (1995), Konversi F-16 Fighting Falcon (1997), Sekolah Instruktur Penerbang (2003), Seskoau Angkatan ke-43 (2006), Sesko TNI (2015), serta PPSA A-XXIII Lemhannas RI (2021).

Ia juga menyelesaikan program pasca sarjana di Universitas Pertahanan (Unhan) dengan tesis terbaik berjudul “Disaster Management for National Security”. Hal ini menunjukkan komitmen beliau dalam pengelolaan bencana dan keamanan nasional.

Karier Militer yang Menginspirasi

Selama kariernya, Marsma TNI Fajar Adrianto memiliki peran penting dalam berbagai jabatan di TNI Angkatan Udara. Beberapa posisi yang pernah dijabat antara lain:

  • Komandan Skadron Udara 3
  • Komandan Lanud Manuhua
  • Kapuspotdirga
  • Kapoksahli Kodiklatau
  • Kadispenau

Ia juga pernah menjabat sebagai Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Udara (Kadispenau) dan telah menjalani tugas sebagai Kapoksahli Kodiklatau sejak 6 Desember 2024.

Selain itu, beliau memiliki penghargaan bergengsi seperti Sertifikat dan Brevet "Tanggap Tangkas Tangguh" dari BNPB. Penghargaan ini mencerminkan kontribusi besar beliau dalam penanggulangan bencana.

Tragedi dalam Misi Latihan

Pada hari kejadian, Marsma TNI Fajar Adrianto bertindak sebagai pilot pesawat latih sipil Microlight Fixedwing Quicksilver GT500 dengan register PK-S126. Pesawat tersebut milik Federasi Aero Sport Indonesia (FASI) dan lepas landas dari Lanud Atang Sendjaja pada pukul 09.08 WIB.

Pesawat terbang dalam rangka misi latihan profisiensi untuk pemeliharaan kemampuan penerbangan olahraga dirgantara. Namun, sekitar pukul 09.19 WIB, pesawat mengalami hilang kontak. Setelah beberapa saat, pesawat ditemukan jatuh di tempat pemakaman umum (TPU) Astana, Ciampea, Bogor.

Saat kejadian, Marsma TNI Fajar Adrianto berada di dalam pesawat bersama seorang sipil bernama Roni sebagai co-pilot. Keduanya dievakuasi ke RSAU dr. M. Hassan Toto. Sayangnya, Marsma TNI Fajar Adrianto tidak berhasil diselamatkan dan dinyatakan meninggal setibanya di rumah sakit. Sementara itu, Roni mengalami cedera.

Duka Mendalam dan Kenangan yang Tak Terlupakan

Pihak TNI AU segera melakukan evakuasi dan pengamanan lokasi kejadian. Jenazah Marsma TNI Fajar Adrianto disemayamkan di RSAU Lanud Atang Sendjaja untuk prosesi selanjutnya.

Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Udara, Marsma TNI I Nyoman Suadnyana, menyampaikan rasa duka yang mendalam. Ia menyebutkan bahwa semangat, keteladanan, dan pengabdian Marsma TNI Fajar Adrianto akan menjadi inspirasi bagi generasi penerus dalam menjaga langit Indonesia.

Kepergian Marsma TNI Fajar Adrianto merupakan kerugian besar, terutama bagi TNI Angkatan Udara dan bangsa Indonesia. Ia meninggalkan jejak pengabdian yang tak terlupakan dan akan selalu dikenang sebagai penerbang hebat yang berdedikasi tinggi.