Renungan Harian Katolik: Kebebasan sebagai Kesaksian

Renungan Harian Katolik: Kebebasan dan Tanggung Jawab
Pada hari Senin, 11 Agustus 2025, renungan harian Katolik mengangkat tema kebebasan sebagai kesaksian. Bacaan liturgi untuk hari ini mencakup berbagai teks yang memberikan wawasan mendalam tentang makna kebebasan dalam konteks iman.
Bacaan Pertama: Ulangan 10:12-22
Dalam bacaan pertama, Musa menyampaikan pesan penting kepada bangsa Israel. Ia menekankan pentingnya ketakwaan kepada Tuhan, hidup sesuai dengan perintah-Nya, serta menunjukkan kasih kepada orang asing. Musa mengingatkan bahwa Tuhan adalah pemilik segala langit dan bumi, yang telah memilih bangsa Israel dari segala bangsa. Oleh karena itu, mereka harus bersunat hati dan tidak bertegar hati. Tuhan juga menunjukkan kasih-Nya kepada orang asing, seperti yang dialami oleh bangsa Israel ketika mereka tinggal di Mesir. Maka dari itu, mereka harus menunjukkan kasih kepada orang asing.
Mazmur Tanggapan: Mzm 147:12-15.19-20
Mazmur ini mengajak umat untuk memuji Tuhan dan merayakan kesejahteraan yang diberikan-Nya. Tuhan meneguhkan palang pintu gerbang dan memberkati anak-anak. Ia juga memberikan kesejahteraan kepada daerah dan mengenyangkan dengan gandum terbaik. Firman Tuhan cepat berlari, dan ia menyampaikan perintah-Nya ke bumi. Namun, hukum-hukum-Nya hanya diketahui oleh Israel, bukan oleh bangsa-bangsa lain.
Bait Pengantar Injil: 2Tes 2:14
Allah memanggil kita agar memperoleh kemuliaan Tuhan Yesus Kristus. Pesan ini mengingatkan bahwa panggilan kita adalah untuk hidup dalam kemuliaan Tuhan.
Bacaan Injil: Matius 17:22-27
Injil hari ini membuka dengan kalimat yang mengejutkan: “Anak Manusia akan diserahkan ke tangan manusia, dan mereka akan membunuh Dia, dan pada hari ketiga Ia akan dibangkitkan.” Yesus berbicara tentang penderitaan-Nya, dan para murid menjadi sedih. Namun, suasana berubah cepat ketika muncul pertanyaan tentang pajak Bait Allah.
Para pemungut pajak bertanya kepada Petrus apakah Guru-Nya membayar pajak. Pemungut pajak ini mengacu pada pajak keagamaan tahunan untuk pemeliharaan Bait Allah. Petrus menjawab bahwa Yesus membayar pajak itu. Namun, saat masuk ke rumah, Yesus bertanya kepada Petrus: “Dari siapakah raja-raja dunia ini memungut bea dan pajak? Dari rakyatnya atau dari orang asing?” Petrus menjawab, “Dari orang asing.” Maka Yesus berkata, “Jadi, anak-anaknya bebas.”
Anak Raja dan Pajak Bait Allah
Yesus secara halus menyatakan bahwa Ia adalah Anak Allah. Bait Allah adalah rumah Bapa-Nya. Maka, secara logika, Ia tidak perlu membayar untuk sesuatu yang memang milik-Nya. Namun, Yesus tetap membayar pajak tersebut. Mengapa?
“Agar jangan kita menjadi batu sandungan bagi mereka.” Yesus mengajarkan bahwa kebebasan rohani tidak boleh menjadi alasan untuk mengganggu iman orang lain. Kebebasan sejati digunakan untuk melayani dan menghormati sesama.
Imfa yang Dewasa Tidak Menuntut Hak, Tapi Memberi Diri
Banyak dari kita menuntut kebebasan sebagai hak. Tapi Yesus menunjukkan bahwa kebebasan sejati justru digunakan untuk melayani dan menghormati sesama. Ia tidak ingin memberi kesan bahwa Ia melanggar hukum keagamaan, meskipun Ia di atas hukum itu. Ia tidak mempertahankan hak-Nya demi menjaga damai dan kesaksian di tengah masyarakat.
Mukjizat di Mulut Ikan
Yesus menyuruh Petrus memancing ikan. Dan dari mulut ikan pertama yang ditangkap, ada uang dua dirham—cukup untuk membayar pajak bagi Yesus dan Petrus. Mengapa mukjizat ini terjadi?
Ini menunjukkan bahwa Allah sanggup menyediakan segala kebutuhan kita, bahkan dengan cara yang paling tidak terduga. Yesus yang seharusnya tidak perlu membayar pajak, tetap membayar, dan tidak mengambil uang dari kas bersama, tetapi dari mukjizat yang penuh simbol:
- Ikan = simbol umat manusia
- Air = dunia yang dalam dan misterius
- Koin = penyediaan Tuhan
Artinya: Tuhan sanggup bekerja dari dalam dunia ini untuk menggenapi kehendak-Nya.
Refleksi bagi Kita Hari Ini
Apakah aku menggunakan kebebasan rohani untuk membangun, atau untuk merasa lebih unggul? Apakah aku rela menahan “hakku” demi tidak menjadi batu sandungan? Apakah aku percaya bahwa Tuhan sanggup mencukupi kebutuhanku?
Yesus menunjukkan bahwa kebebasan dalam Allah bukan untuk membebaskan diri dari tanggung jawab, tapi untuk hidup dalam kasih yang rela berkorban.