Renungan Harian: Orang Kaya yang Bodoh 3 Agustus 2025

Renungan Harian: Orang Kaya yang Bodoh 3 Agustus 2025

Renungan Harian: Orang Kaya yang Bodoh

Pada hari Minggu Biasa XVIII, tanggal 3 Agustus 2025, kita diajak untuk merenungkan tentang orang kaya yang bodoh. Renungan ini mengajak kita untuk memahami makna kekayaan dalam konteks iman dan hidup sehari-hari. Dalam renungan ini, kita akan melihat bagaimana kekayaan bisa menjadi sumber kesia-siaan jika tidak digunakan dengan benar.

Bacaan pertama dari Kitab Pengkhotbah (Pkh. 1:2; 2:21-23) menegaskan bahwa segala sesuatu di bawah matahari adalah sia-sia. Bahkan usaha manusia yang penuh kerja keras dan keinginan hati tidak memberikan manfaat yang berarti. Ini mengingatkan kita bahwa kekayaan tidak selalu membawa kebahagiaan. Justru, ia bisa menjadi beban jika tidak dikelola dengan bijaksana.

Mazmur Tanggapan (Mzm. 90: 3-4, 5-6, 12-13, 14,17) mengajak kita untuk menghitung hari-hari kita dan memiliki hati yang bijaksana. Kita diajak untuk memohon kepada Tuhan agar kasih-Nya terus mengisi kehidupan kita, sehingga kita bisa bersorak-sorai dan bersukacita sepanjang hayat.

Dalam bacaan kedua (Kol. 3:1-5.9-11), Rasul Paulus mengingatkan kita bahwa kita telah dibangkitkan bersama Kristus. Oleh karena itu, kita harus mencari hal-hal yang di atas, bukan yang di bumi. Kita diminta untuk meninggalkan kebiasaan lama dan mengenakan manusia baru yang terus-menerus diperbaharui. Dalam perubahan ini, tidak ada lagi perbedaan antara orang Yunani atau Yahudi, orang bersunat atau tak bersunat, orang Barbar atau Skit, budak atau orang merdeka. Yang ada hanyalah Kristus di dalam semua orang.

Bait Pengantar Injil (Mat 5:3,2/4) mengingatkan kita bahwa berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Surga. Ini mengajarkan bahwa kemiskinan spiritual jauh lebih berharga daripada kekayaan dunia.

Dalam Injil Lukas 12:13-21, Yesus menceritakan kisah orang kaya yang bodoh. Orang ini memiliki tanah yang subur dan hasil panen yang berlimpah. Ia merencanakan untuk merombak gudang-gudangnya dan membangun yang lebih besar agar bisa menyimpan hasil panennya. Namun, Allah mengatakan kepadanya bahwa pada malam itu juga jiwanya akan diambil dari padanya. Bagi siapakah nanti apa yang telah kausediakan itu? Inilah akibat dari kekayaan yang hanya dipergunakan untuk diri sendiri tanpa memperhatikan sesama.

Orang kaya yang bodoh ini menganggap dirinya otonom dan tidak membutuhkan bantuan siapa pun. Dia hanya fokus pada diri sendiri dan tidak peduli dengan orang lain. Ini menunjukkan bahwa kekayaan yang tidak disertai dengan rasa syukur dan kepedulian akan menjadi sumber kesia-siaan.

Yesus tidak menghakimi kekayaan itu sendiri, tetapi sikap orang yang memiliki kekayaan dengan cara yang salah. Kekayaan harus digunakan sebagai sarana untuk membahagiakan orang lain, bukan hanya untuk kepuasan diri sendiri. Orang kaya yang egois sering mengalami stres dan penyakit jantung, karena mereka terlalu sibuk mengumpulkan kekayaan hingga lupa menikmati hidup.

Penulis Kitab Pengkotbah menyebutkan bahwa harta kekayaan hanya sementara. Oleh karena itu, kita harus menggunakan kekayaan kita untuk memajukan keadilan dan kedamaian. Kita tidak bisa membawa kekayaan kita saat mati. Hanya satu bidang tanah yang akan menjadi tempat kita beristirahat.

Rasul Paulus menegaskan bahwa kita harus memikirkan hal-hal yang di atas, bukan yang di bumi. Dengan mencintai dan solider dengan sesama, khususnya mereka yang kecil, miskin, dan tak berdaya, kita bisa mempersiapkan jalan menuju Allah. Orang kaya yang egois adalah pengumpul kesia-siaan. Mari kita berlomba-lomba untuk kaya di hadapan Tuhan dengan mengasihi dan berbagi yang kita miliki untuk sesama.

Doa: Ya Allah Bapa Pemilik kehidupan. Penuhilah hati kami setiap hari dengan kasih setiaMu, supaya kami bernyanyi gembira seumur hidup. Limpahkanlah kemurahanMu kepada kami dan teguhkanlah pekerjaan tangan kami...Amin.

Sahabatku yang terkasih. Selamat Hari Minggu Biasa XVIII. Salam doa dan berkatku untukmu dan keluarga di mana saja berada: Bapa dan Putera dan Roh Kudus...Amin.