Renungan Minggu: Maria, Dimuliakan di Surga, Dihormati di Bumi

Featured Image

Perayaan Santa Perawan Maria Diangkat ke Surga

Hari ini kita merayakan salah satu misteri iman yang penuh harapan dan makna: Hari Raya Santa Perawan Maria Diangkat ke Surga. Dalam perayaan ini, Gereja mengajarkan bahwa Maria, Bunda Tuhan kita, diangkat ke surga dengan tubuh dan jiwanya. Ini bukan hanya sekadar mengenang sosok suci, tetapi juga merayakan kemenangan Allah atas dosa dan maut, serta janji bahwa kita semua dipanggil untuk hidup mulia bersama-Nya.

Dari bacaan-bacaan hari ini (Wahyu 11:19a; 12:1,3-6a,10ab; 1 Korintus 15:20-26; Lukas 1:39-56), kita dapat melihat tiga gambaran yang membantu kita merenungkan makna dari perayaan ini:

Maria: Perempuan yang Dimahkotai

Kitab Wahyu menggambarkan: "Seorang perempuan berselubungkan matahari, dengan bulan di bawah kakinya, dan mahkota dua belas bintang di kepalanya." Gambaran ini melambangkan Gereja, tetapi secara khusus juga menunjuk kepada Maria. Ia adalah perempuan yang dipilih oleh Allah, setia kepada-Nya, dan melahirkan Sang Penyelamat.

Meski digambarkan sebagai perempuan yang penuh kemuliaan, ia juga menghadapi ancaman naga merah yang ingin membinasakannya. Namun, Allah melindungi dan membawanya ke tempat yang aman. Maria menjadi teladan bahwa ketaatan kepada Allah membawa pada kemuliaan. Tubuhnya tidak hancur oleh maut, melainkan dimuliakan. Pesannya bagi kita jelas: tubuh kita adalah ciptaan Allah yang suci, bukan untuk direndahkan atau disia-siakan, tetapi untuk dimuliakan di hadapan-Nya.

Kristus: Kepala yang Bangkit, Maria: Buah Pertama dari Umat yang Diselamatkan

Santo Paulus berkata, "Kristus telah bangkit... sebagai yang sulung dari antara orang yang telah meninggal." Kebangkitan Kristus menjadi jaminan bahwa maut tidak berkuasa selamanya. Maria adalah contoh nyata dari janji itu. Setelah Kristus, dialah yang pertama menerima kepenuhan janji kebangkitan. Ia bukan hanya penerima rahmat, tetapi gambaran apa yang akan kita alami jika setia kepada Allah.

Di tengah dunia yang sering diwarnai ketakutan akan kematian—baik kematian fisik, hilangnya harapan, maupun runtuhnya moral—Maria mengingatkan kita bahwa kematian bukan akhir cerita. Bersama Kristus, kita dipanggil menuju hidup yang kekal.

Maria yang Mengunjungi dengan Sukacita

Sebelum dimuliakan di surga, Maria adalah seorang ibu yang sederhana dan penuh kasih. Ia bergegas mengunjungi Elisabet, membawa Yesus dalam kandungannya. Kehadiran Maria membawa sukacita besar, sampai bayi Yohanes melonjak kegirangan dalam rahim ibunya.

Secara teologis, peristiwa ini menunjukkan bahwa kunjungan Maria adalah kunjungan Allah sendiri. Dalam rahimnya, Maria membawa Kristus Sang Sabda yang menjadi daging. Ketika ia melangkah, Injil pun melangkah. Kehadirannya bukan sekadar silaturahmi, tetapi perjumpaan yang mengalirkan rahmat: Roh Kudus bekerja, hati tergerak, sukacita lahir. Teologi kunjungan ini mengajarkan bahwa setiap kali kita membawa Kristus dalam hati kita dan hadir bagi sesama, kita pun menjadi "Maria" bagi orang lain.

Selain itu, kunjungan Maria menegaskan bahwa iman yang sejati selalu bergerak keluar dari diri sendiri. Maria tidak menutup diri dalam pengalaman pribadinya yang agung, tetapi segera berbagi kabar gembira dan pelayanan. Teologi kunjungan ini mengundang kita untuk menjadikan iman bukan sekadar hubungan pribadi dengan Tuhan, melainkan juga misi: menghadirkan Yesus di rumah-rumah, di tempat kerja, dan di tengah mereka yang lemah dan kesepian. Seperti Maria, kita dipanggil menjadi pembawa Kristus yang membawa damai dan sukacita.

Apa Artinya untuk Kita?

Perayaan ini bukan hanya cerita indah tentang Maria, tetapi undangan untuk hidup kudus: setia dan taat kepada Allah seperti Maria. Hidup dengan pengharapan: percaya bahwa tubuh dan jiwa kita akan dimuliakan. Dan menjadi pembawa Kristus: menghadirkan kasih Tuhan di tengah keluarga dan masyarakat.

Maria dimuliakan bukan karena kekayaan atau kekuasaan, melainkan karena imannya. Dunia mungkin mengagungkan prestasi dan popularitas, tetapi Gereja menunjukkan teladan yang berbeda: kesederhanaan yang penuh iman.

Pembaca yang terkasih, misteri Maria Diangkat ke Surga mengajarkan kita dua hal yang saling melengkapi: arah tujuan kita dan cara kita berjalan ke sana. Tujuannya jelas: kemuliaan kekal bersama Allah, sebagaimana Maria telah mencapainya. Caranya pun jelas: hidup setia dalam iman, dan seperti Maria, menghadirkan Kristus di tengah sesama.

Teologi kunjungan mengingatkan kita bahwa jalan menuju surga dibangun dari langkah-langkah kecil kasih di bumi. Maria yang kini dimuliakan di surga adalah Maria yang dahulu rela menempuh perjalanan jauh demi menolong Elisabet. Kemuliaannya di surga lahir dari kesetiaannya di bumi. Demikian juga kita: setiap kunjungan yang membawa damai, setiap sapaan yang menguatkan, setiap tindakan yang menghadirkan Kristus, adalah batu pijakan menuju kemuliaan.

Maka, sambil menatap surga tempat Bunda Maria berada, mari kita belajar darinya untuk bergegas membawa Yesus dalam setiap langkah kita. Sebab suatu hari nanti, ketika perjalanan ini selesai, kita pun akan mendengar suara Bapa berkata: "Datanglah, masuklah dalam kebahagiaan Tuhanmu."

Santa Maria, Bunda Allah, doakanlah kami.
Amin.