Saham BRIS 2025: Peluang Menguntungkan di Perbankan Syariah?

Potensi BRIS sebagai Pionir Bank Syariah Nasional
Bank Syariah Indonesia (BRIS) telah menjadi perhatian utama sejak merger BRI Syariah, Mandiri Syariah, dan BNI Syariah pada tahun 2021. Dengan pangsa pasar terbesar di industri perbankan syariah Indonesia dan dukungan kuat dari pemerintah, banyak investor mulai mempertanyakan apakah saham BRIS layak dikoleksi pada 2025.
BRIS tidak hanya menjadi bank syariah terbesar di Asia Tenggara, tetapi juga memiliki keunggulan yang signifikan dibandingkan bank syariah lainnya. Keunggulan utamanya meliputi skala operasional yang besar, integrasi digital yang canggih, serta dukungan dari BUMN yang memperkuat posisinya dalam industri.
Kinerja Keuangan dan Tren Makro
Per Juni 2025, total aset BRIS mencapai Rp327 triliun, dengan lebih dari 70% pangsa pasar di sektor perbankan syariah domestik. Selain itu, BRIS berhasil menurunkan rasio NPF (Non Performing Financing) ke tingkat 2,6% (dari 3,1% pada 2023), serta menjaga CAR (Capital Adequacy Ratio) stabil di 23,5%. Performa ini menunjukkan kinerja keuangan yang solid dan manajemen risiko yang baik.
Dalam periode 2024–2025, saham BRIS mengalami kenaikan sebesar 18,2% secara year-to-date (Januari–Juli 2025), melebihi pertumbuhan indeks sektor keuangan IDXFIN. Harga saham sempat menyentuh Rp2.050 pada April 2025 dan bertahan di kisaran Rp1.920–1.980 menjelang Agustus. Faktor utama yang mendorong peningkatan ini adalah peningkatan pendanaan berbasis wakaf dan digitalisasi layanan mobile banking BRIS Online.
Data RTI Business juga menunjukkan lonjakan volume transaksi ritel, terutama dari generasi muda muslim yang semakin tertarik pada investasi berbasis prinsip syariah. Hal ini menunjukkan bahwa BRIS tidak hanya unggul dalam teknologi, tetapi juga dalam membangun kesadaran dan minat masyarakat terhadap produk keuangan syariah.
Investasi Jangka Panjang dan Proyeksi Pertumbuhan
BRIS cocok untuk investor jangka panjang yang mencari pertumbuhan stabil dan eksposur pada ekonomi halal. Laba bersih BRIS meningkat 27,8% YoY pada Q2 2025, dengan angka laba sebesar Rp1,98 triliun. ROE (Return on Equity) mencapai 15,9%, yang lebih tinggi dari rata-rata bank syariah lain yang hanya 11%. Ini menunjukkan efisiensi manajemen dan pemanfaatan teknologi dalam menyalurkan pembiayaan UMKM.
Lembaga riset Fitch Ratings (2025) memberikan outlook "positif" untuk BRIS, dengan potensi upgrade ke investment grade dalam 12 bulan ke depan. Ini menunjukkan bahwa prospek BRIS sangat menjanjikan dari sisi kredibilitas dan stabilitas finansial.
Risiko dan Perspektif Pasar
Meskipun BRIS memiliki proyeksi positif, investor harus tetap waspada terhadap risiko utama. Salah satunya adalah volatilitas pasar syariah global dan konsentrasi sektor pembiayaan. Lebih dari 65% portofolio pembiayaan BRIS difokuskan pada sektor mikro dan ritel berbasis akad murabahah, yang membuatnya rentan terhadap risiko kredit dari segmen ekonomi lemah.
Selain itu, sebagian investor ritel kadang overhype saham ini tanpa mempertimbangkan valuasi atau risiko. Oleh karena itu, penting bagi investor untuk melakukan analisis mendalam sebelum memutuskan untuk membeli saham BRIS.
Prospek Perbankan Syariah di Indonesia
Prospek perbankan syariah di Indonesia sangat cerah, didukung oleh pertumbuhan populasi muslim, ekonomi halal global, dan dukungan pemerintah. Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS) memproyeksikan pertumbuhan aset industri keuangan syariah Indonesia sebesar 15–18% per tahun hingga 2030. Pemerintah juga aktif dalam mendorong sertifikasi halal dan literasi keuangan syariah melalui Gerakan Nasional Wakaf Uang.
Bank Dunia (World Bank Islamic Finance Report, 2024) mencatat bahwa Indonesia menjadi pasar dengan pertumbuhan tercepat untuk Islamic digital banking di dunia, dengan CAGR (Compound Annual Growth Rate) sebesar 20,5%.
Valuasi Saham BRIS dan Rekomendasi
Valuasi saham BRIS tergolong moderat dengan PBV 2,3x dan PER 13,2x (data IDX, Juli 2025), yang sepadan dengan potensi pertumbuhan. Dibandingkan Bank Jago (PBV 7x) atau BCA Syariah (PBV 4,1x), saham BRIS masih dianggap undervalued oleh beberapa analis. Target harga konsensus 12 bulan berada di Rp2.350, memberikan potensi upside 20% dari harga saat ini.
Kesimpulan
Saham BRIS sangat layak dipertimbangkan bagi investor yang mencari pertumbuhan jangka panjang, stabilitas, dan eksposur pada industri syariah. Didukung oleh transformasi digital, pangsa pasar dominan, dan kebijakan pemerintah, BRIS berpeluang menjadi pemain regional di sektor keuangan syariah ASEAN. Meski ada risiko konsentrasi sektor dan persepsi pasar, prospeknya tetap positif.