Santri Bireuen Paham Al-Quran, Tapi Gugup Ikuti Seleksi Beasiswa

Seleksi Beasiswa Santri Hafidz di Bireuen: Persaingan Ketat dan Tantangan yang Dihadapi
Puluhan santri dari berbagai dayah dan pesantren di Kabupaten Bireuen mengikuti seleksi beasiswa hafidz Al-Qur’an yang diselenggarakan oleh pemerintah setempat. Acara ini berlangsung di ruangan tengah Dinas Pendidikan Dayah, Senin (4/8/2025), dan menarik perhatian banyak santriwan serta santriwati. Mereka hadir bersama guru pendamping dan pimpinan dayah masing-masing untuk mengikuti proses seleksi yang dinilai ketat.
Seleksi ini diikuti oleh total 421 santri yang berasal dari berbagai tingkatan hafalan, mulai dari 1 juz hingga 30 juz. Peserta terbagi dalam tujuh kategori berdasarkan jumlah hafalan. Kategori dengan jumlah peserta terbanyak adalah hafalan 1 juz, yang diikuti oleh 154 santri, namun hanya 115 orang yang akan lolos. Sementara itu, kategori hafalan 30 juz hanya memiliki 7 peserta, dengan kuota hanya 4 orang yang akan mendapatkan beasiswa.
Rektor Universitas Islam Aceh (UIA), Dr Nazaruddin Abdullah, MA, yang menjadi salah satu anggota tim penguji, menyampaikan bahwa secara umum para santri telah mampu menghafal Al-Qur’an dengan baik. Mereka juga memiliki tajwid yang bagus dan pemahaman yang memadai. Namun, dalam proses seleksi, banyak peserta tampak gugup dan grogi saat tampil di depan dewan juri. Hal ini menyebabkan sebagian santri tidak lancar dalam menghafal meskipun mereka sudah cukup matang secara kemampuan.
“Ada yang sebenarnya hafal, tapi karena gugup jadi tidak lancar. Ini hal yang wajar, tapi perlu diatasi,” ujar Dr Nazaruddin. Ia menyarankan agar para guru dayah lebih sering melakukan murojaah, yaitu pengulangan hafalan, agar hafalan santri lebih kuat dan mereka lebih terbiasa tampil di depan umum.
Salah satu peserta yang diuji oleh Dr Nazaruddin adalah Asiyah Karima Muhas, santri perempuan dari Dayah Zawiyah Babul Mustaqim. Meski masih duduk di kelas III SMP, Asiyah tampak percaya diri mengikuti seleksi. Ia mengaku mengikuti seleksi atas inisiatif pribadi, didukung oleh guru dayah, dan diketahui oleh orang tuanya. “Ikut seleksi bagian dari belajar dan menambah semangat menghafal Al-Qur’an,” ujarnya sambil tersenyum.
Selain Asiyah, ada 13 santri dari Dayah Zawiyah Babul Mustaqim yang ikut dalam seleksi. Rinciannya empat santri putra dan sembilan santri putri. Partisipasi mereka bertujuan melatih keberanian tampil dan mengasah keterampilan hafalan Al-Qur’an. “Mudah-mudahan mendapatkan nilai baik dan memperoleh beasiswa,” harap Rahmad Naqid, guru pengasuh Asiyah.
Beasiswa yang diberikan kepada santri hafidz disesuaikan dengan tingkat hafalan. Untuk santri dengan hafalan 1 juz, beasiswa yang diberikan sebesar Rp 1,3 juta per orang. Sedangkan bagi santri penghafal 30 juz, beasiswa yang diterima mencapai Rp 10 juta per orang. Anggaran yang dialokasikan untuk program ini sebesar Rp470 juta dari DPA Tahun Anggaran 2025.
Kepala Dinas Pendidikan Dayah Bireuen, Anwar, S.Ag., MAP, menjelaskan bahwa acara seleksi dibuka secara resmi dan dihadiri oleh para penguji dari kalangan akademisi, guru dayah, serta tamu undangan lainnya. Para santri hadir bersama pendamping dari pesantren masing-masing dan wajib menunjukkan bukti domisili sebagai warga Kabupaten Bireuen, berupa Kartu Keluarga dan surat pengantar resmi dari pimpinan dayah.
Tujuan dari program ini bukan hanya untuk memberikan beasiswa, tetapi juga membentuk karakter Qur’ani, adab, kesungguhan, dan tanggung jawab dalam menjaga kalamullah. Diharapkan para hafidz ini tumbuh menjadi pemimpin masa depan. Proses seleksi dilakukan secara ketat dan objektif oleh tim penguji, yang menilai dari aspek ketepatan hafalan, tajwid, dan adab santri dalam membaca Al-Qur’an.
Dengan program seperti ini, Bireuen kian mengukuhkan diri sebagai pusat pendidikan dayah dan lumbung generasi Qur’ani masa depan. Selain itu, program ini juga menjadi bentuk komitmen Pemkab Bireuen dalam memuliakan para penjaga Al-Qur’an dan mendorong visi menjadikan Bireuen sebagai Kota Santri berbasis nilai-nilai Qur’ani.