Sri Mulyani Terbitkan Kangaroo Bond Rp8,48 Triliun, Serapan 10 Kali Lipat

Featured Image

Penerbitan Kangaroo Bond sebagai Langkah Strategis Pemerintah

Pemerintah Indonesia untuk pertama kalinya resmi menerbitkan Surat Utang Negara (SUN) dalam denominasi dolar Australia, yang dikenal sebagai Kangaroo Bond. Nilai penerbitan mencapai 800 juta dolar Australia atau sekitar Rp8,48 triliun dengan asumsi kurs Rp10.600 per dolar Australia. Penerbitan ini dilakukan melalui program Australian Medium-Term Notes (AMTN).

Penerbitan terdiri dari dua seri, yaitu tenor 5 tahun dengan nilai AUD500 juta dan kupon 4,40%, serta tenor 10 tahun dengan nilai AUD300 juta dan kupon 5,30%. Yield akhir untuk masing-masing seri ditetapkan sebesar 4,427% dan 5,380%, dengan harga re-offer sebesar 99,880% dan 99,387%.

Menurut keterangan resmi Kementerian Keuangan, penawaran yang dibuka pada 7 Agustus 2025 menarik minat tinggi dari investor global, termasuk dari Australia. Total pemesanan mencapai sekitar 8 miliar dolar Australia, atau 10 kali lipat dari nilai yang ditawarkan. Tingginya permintaan memungkinkan pemerintah menurunkan imbal hasil akhir sebesar 25 basis poin (bps) untuk tenor 5 tahun dan 30 bps untuk tenor 10 tahun dibandingkan penawaran awal.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebut penerbitan perdana Kangaroo Bond sebagai langkah strategis untuk diversifikasi pembiayaan APBN, memperluas basis investor global, sekaligus menjadi milestone peningkatan kerja sama ekonomi antara Indonesia dan Australia. Sementara itu, Treasurer of Australia Jim Chalmers menyebut penerbitan ini sebagai contoh kemitraan ekonomi yang solid antara kedua negara.

Dana hasil penerbitan akan digunakan untuk pembiayaan APBN 2025. Surat utang ini memperoleh peringkat Baa2 dari Moody’s, BBB dari S&P, dan BBB dari Fitch. ANZ, Standard Chartered Bank, dan UBS Bank bertindak sebagai joint lead managers.

Rencana Penerbitan SBN di Paruh Kedua Tahun 2025

Pemerintah melalui Kementerian Keuangan akan menerbitkan Surat Berharga Negara (SBN) hingga Rp334 triliun pada paruh kedua 2025. Mengacu dokumen Laporan Pemerintah tentang Pelaksanaan APBN Semester I/2025, target penerbitan SBN (neto) tahun ini senilai Rp642,56 triliun. Hingga semester I/2025, pemerintah telah menerbitkan SBN (neto) senilai Rp308,55 triliun atau mencapai 48% dari target tahun ini.

Untuk mencapai target tersebut, pemerintah merancang beberapa strategi:

  1. Penerbitan dalam Rupiah
    Pemerintah akan mengutamakan penerbitan SBN dalam mata uang rupiah untuk mengendalikan risiko nilai tukar.

  2. Lelang Reguler
    Pemerintah akan mengutamakan penerbitan melalui lelang reguler untuk meningkatkan transparansi dan pengembangan pasar SBN.

  3. Penerbitan SBN Ritel
    Pemerintah akan mengoptimalkan penerbitan SBN ritel sesuai permintaan investor, dengan tetap mempertimbangkan biaya dan risiko.

  4. Private Placement Selektif
    Pemerintah akan melakukan private placement secara selektif untuk mendukung pengembangan pasar keuangan. Hal ini terutama ditujukan kepada investor potensial yang memiliki keterbatasan dalam pembelian SBN melalui lelang.

  5. Penerbitan SBN Valas
    Pemerintah akan melakukan penerbitan SBN valas sebagai pelengkap, yang dilakukan secara terukur untuk mengendalikan biaya dan risiko, serta menghindari crowding out effect. Selain itu, pemerintah akan memperluas/diversifikasi penerbitan SBN valas, tidak hanya pada mata uang kuat seperti dolar AS, euro, yen Jepang, dolar Australia, dan yuan Hongkong (CNH).

  6. Debt Switch dengan Bank Indonesia
    Pemerintah akan melaksanakan kesepakatan Debt Switch antara pemerintah dengan Bank Indonesia untuk SBN dalam rangka pembiayaan Covid-19 yang jatuh tempo di tahun 2025.