Tahapan Pembelajaran CRT: Identitas Pendidik yang Diharapkan

Pemahaman Modul 1 Topik 4 PPG 2025: Pembelajaran dengan Pendekatan CRT
Pembelajaran dengan pendekatan Culturally Responsive Teaching (CRT) merupakan salah satu pendekatan yang semakin diminati dalam dunia pendidikan. Tujuan utamanya adalah untuk menciptakan lingkungan belajar yang lebih inklusif dan sesuai dengan latar belakang budaya peserta didik. Dalam modul 1 topik 4 PPG 2025, terdapat beberapa pertanyaan yang menguji pemahaman tentang konsep ini. Berikut jawaban dari 10 soal latihan yang sering muncul.
1. Pembelajaran dengan pendekatan CRT dirancang dengan mengacu pada?
Dalam pembelajaran CRT, penting untuk mempertimbangkan berbagai aspek yang berkaitan dengan peserta didik. Salah satu hal yang menjadi dasar adalah latar belakang budaya peserta didik. Hal ini bertujuan agar materi ajar dapat disesuaikan dengan pengalaman dan nilai-nilai yang mereka anut. Dengan demikian, latar belakang budaya peserta didik menjadi acuan utama dalam merancang pembelajaran.
2. Komponen pembelajaran yang tidak dipertimbangkan dalam CRT adalah?
CRT menekankan pentingnya pengalaman, perspektif, kebiasaan, dan karakter peserta didik. Namun, prestasi akademik bukanlah komponen utama yang dipertimbangkan dalam pendekatan ini. Meskipun prestasi tetap menjadi indikator kesuksesan, CRT lebih fokus pada proses belajar yang berbasis budaya.
3. Komponen pembelajaran yang bisa melewatkan pertimbangan budaya peserta didik adalah?
Tujuan pembelajaran sering kali dirancang secara umum tanpa memperhatikan perbedaan budaya peserta didik. Hal ini dapat menyebabkan kurangnya relevansi materi dengan latar belakang peserta didik. Oleh karena itu, penting untuk merancang tujuan pembelajaran yang lebih inklusif dan sesuai dengan konteks budaya masing-masing siswa.
4. Mengapa guru perlu memiliki kesadaran multikultural yang kritis?
Guru dengan kesadaran multikultural yang kritis mampu memahami dan menghargai perbedaan budaya di antara peserta didik. Hal ini membantu dalam menciptakan suasana belajar yang saling menghormati dan mendukung. Kesadaran ini juga memungkinkan guru untuk memberikan pendekatan yang lebih tepat dalam proses pembelajaran.
5. Manfaat dari pembelajaran CRT, kecuali?
Beberapa manfaat dari pembelajaran CRT meliputi meningkatkan motivasi, keterlibatan, keterampilan sosial dan emosional, serta kepuasan peserta didik dan guru. Namun, peningkatan kehadiran peserta didik di sekolah bukanlah manfaat langsung dari pendekatan ini. Kehadiran peserta didik lebih bergantung pada faktor-faktor lain seperti lingkungan keluarga dan motivasi pribadi.
6. Tahapan pembelajaran CRT: Identitas Pendidik
Salah satu tahapan dalam pembelajaran CRT adalah identitas pendidik. Pada tahapan ini, peserta didik diajak untuk mengenal identitas budayanya sendiri yang berkaitan dengan materi yang akan disampaikan. Hal ini membantu peserta didik merasa lebih dekat dengan materi ajar dan meningkatkan rasa percaya diri.
7. Peran guru dalam diskusi peserta didik
Dalam suatu pertemuan, guru harus memastikan bahwa diskusi tetap berjalan lancar dan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Dalam situasi ini, peran guru sebagai fasilitator sangat penting. Fasilitator membantu peserta didik dalam mengarahkan diskusi tanpa mengambil alih peran mereka.
8. Membantu peserta didik yang bingung menghubungkan materi dengan budaya
Jika peserta didik kesulitan menghubungkan materi dengan budaya mereka, guru dapat meminta mereka untuk saling berkolaborasi dan mencari informasi dari berbagai sumber. Pendekatan ini membantu peserta didik memahami materi melalui perspektif budaya mereka sendiri.
9. Bantuan bagi peserta didik yang kesulitan beradaptasi
Guru perlu menciptakan lingkungan yang saling menghargai dan ramah. Selain itu, memberikan sambutan yang baik dan motivasi juga penting untuk membantu peserta didik merasa nyaman. Namun, memberikan kelas tambahan bahasa daerah secara gratis bukanlah prioritas utama dalam situasi ini.
10. Aktivitas dalam pembelajaran Bahasa Inggris
Dalam pembelajaran Bahasa Inggris, guru dapat menghadirkan penjual makanan tradisional, memilih makanan tertentu, atau menayangkan video sebagai referensi. Namun, mengajak peserta didik membuat makanan tradisional bukanlah aktivitas yang dianjurkan, karena tidak langsung terkait dengan kemampuan berbicara dalam Bahasa Inggris.