7 Kebiasaan yang Membuat Kelas Menengah Jadi Miskin, Kata Charlie Munger

Featured Image

Kebiasaan Finansial yang Bisa Merusak Kekayaan

Charlie Munger, mitra lama Warren Buffett dan mantan Wakil Ketua Berkshire Hathaway, dikenal sebagai investor yang sangat disiplin dan memiliki visi jangka panjang. Ia tidak hanya sukses dalam investasi, tetapi juga berhasil menghindari berbagai tantangan keuangan yang sering dialami oleh kelas menengah. Selama bertahun-tahun mengamati perilaku manusia dan pasar finansial, Munger merangkum tujuh kebiasaan yang bisa menghancurkan kekayaan, bahkan bagi orang-orang yang terlihat cerdas.

Berikut adalah beberapa kebiasaan finansial yang perlu dihindari:

1. Utang Kartu Kredit dan Pinjaman Berbunga Tinggi

Munger menyatakan bahwa utang merupakan hal yang sangat sulit untuk keluar darinya. Ia menegaskan bahwa bunga tinggi adalah musuh dari kekayaan karena membuat tujuan keuangan menjadi lebih sulit tercapai. Misalnya, utang kartu kredit membebani penggunanya dengan bunga yang bekerja melawan pemilik utang setiap bulan. Menurut Munger, uang yang digunakan untuk membayar bunga seharusnya dialokasikan ke investasi atau tabungan. Sayangnya, banyak orang menggunakan kartu kredit sebagai tambahan penghasilan, bukan alat darurat.

2. Belanja Impulsif dan Barang Tidak Perlu

Munger selalu hidup hemat dan tidak membeli mobil baru hari ini. Meskipun memiliki harta yang besar, ia memilih hidup sederhana. Baginya, setiap pengeluaran harus dinilai dari segi nilai manfaat, bukan sekadar keinginan. Belanja impulsif sering terjadi akibat godaan iklan atau tekanan sosial. Setiap rupiah yang dihabiskan untuk hal tidak penting adalah rupiah yang hilang dari potensi pertumbuhan investasi.

3. Hubungan yang Mahal dan Keputusan Emosional

Munger pernah menyebut tiga cara orang pintar bisa bangkrut: alkohol, wanita, dan utang. Yang dimaksud "wanita" bukan hanya soal gender, melainkan segala keputusan romantis yang berisiko mahal—mulai dari gaya hidup mewah untuk menarik pasangan, biaya pernikahan besar-besaran, hingga perceraian yang menguras harta. Kesalahan dalam memilih pasangan atau mempertahankan gaya hidup demi hubungan dapat menimbulkan konsekuensi keuangan jangka panjang.

4. Kecanduan dan Perilaku Adiktif

Munger menjauhi kebiasaan seperti minum berlebihan, merokok, berjudi, atau kecanduan lainnya. Kebiasaan ini tidak hanya menguras uang secara rutin, tetapi juga mengganggu produktivitas, kesehatan, dan kemampuan mengambil keputusan finansial. Biaya langsung maupun tidak langsung dari kebiasaan ini dapat menggerus tabungan dan menghambat pencapaian tujuan keuangan.

5. Mengejar Skema Cepat Kaya

Munger menentang spekulasi dan investasi tanpa dasar nilai yang jelas. Mulai dari day trading tanpa strategi, membeli saham "meme", hingga menaruh dana di kripto spekulatif, semua itu dianggapnya lebih banyak menghasilkan kerugian ketimbang kekayaan. Bagi Munger, kekayaan dibangun lewat kesabaran dan investasi jangka panjang pada bisnis berkualitas, bukan mengejar tren atau mencoba menebak pasar.

6. Hidup Karena Iri Hati: “Gengsi” Mengikuti Orang Lain

Munger menyatakan bahwa dunia ini bukan digerakkan oleh keserakahan, tapi oleh rasa iri. Banyak orang terjebak dalam perilaku "keeping up with the Joneses"—membeli barang atau gaya hidup mewah hanya untuk menandingi atau melampaui orang lain. Hal ini kerap membuat anggaran jebol dan menunda pencapaian kebebasan finansial. Media sosial memperburuk kondisi ini dengan menampilkan “versi terbaik” hidup orang lain, yang seringkali memicu belanja demi gengsi.

7. Lotre dan Judi: Pajak atas Ketidaktahuan Matematika

Munger tidak pernah membeli tiket lotre atau bertaruh pada olahraga. Baginya, judi dan lotre adalah aktivitas yang mengandalkan harapan tanpa perhitungan probabilitas yang rasional. Meskipun nominalnya kecil, kebiasaan membeli tiket atau berjudi secara rutin akan mengakumulasi kerugian yang signifikan. Alih-alih menaruh harapan pada peluang kecil, Munger menyarankan untuk membuat keputusan keuangan dengan “expected value” positif yang konsisten.

Prinsip Munger sederhana yakni kekayaan dibangun bukan dari mencari jalan pintas, melainkan dari kebiasaan membuat keputusan finansial yang tepat secara konsisten. Menghindari tujuh jebakan ini, menurutnya, dapat membantu kelas menengah mencapai kebebasan finansial dengan modal kesabaran, disiplin, dan berpikir rasional.