Banjir Bandang Hancurkan Situs Ziarah Gangotri, 8 Tewas dan Puluhan Hilang

Bencana Alam Menerjang Desa Dharali di Uttarkashi
Pada Selasa, 5 Agustus 2025 pagi waktu setempat, desa Dharali yang terletak di Distrik Uttarkashi, Uttarakhand, India dilanda bencana alam berupa banjir bandang dan tanah longsor. Bencana ini menyerang pemukiman warga serta berbagai fasilitas yang ada di situs ziarah suci Gangotri, yaitu Lembah Kheer Ganga.
Menurut laporan awal dari Kepala Menteri Uttarakhand, Pushkar Singh Dhami, setidaknya delapan tentara di Kamp Harsil ditemukan tewas akibat tertimbun. Pasukan Indo Tibetan Border Patrol (ITBP) berhasil menyelamatkan 37 orang warga, sementara puluhan lainnya masih hilang dan terkubur di bawah reruntuhan.
Perdana Menteri Narendra Modi melalui Menteri Dalam Negeri Amit Shah mengatakan bahwa National Disaster Response Force (NDRF) atau Pasukan Tanggap Bencana Nasional bersama State Disaster Response Force (SDRF) telah dikerahkan ke lokasi bencana. Tim NDRF juga mengerahkan anjing pelacak yang khusus didatangkan dari New Delhi untuk membantu proses pencarian dan penyelamatan.
Dalam operasi penyelamatan yang dilakukan oleh tiga tim khusus dengan bantuan anjing pelacak serta dukungan dari ITBP, sebanyak 35 orang warga berhasil diselamatkan. Mereka langsung dievakuasi ke tempat yang aman untuk menghindari kemungkinan bencana susulan. Hal ini dilaporkan oleh Kepala Menteri Uttarakhand, Pushkar Singh Dhami.
Setelah banjir bandang menghancurkan desa Dharali, hujan kembali turun dan membuat sungai Kheer Ganga meluap. Luapan air ini kembali menerjang perkampungan Dharali di Lembah Kheer Ganga yang merupakan salah satu kawasan situs ziarah suci Gangotri.
Dalam hitungan menit, gelombang air yang sangat deras menyapu rumah-rumah, ternak, dan jalan-jalan, sehingga penduduk desa benar-benar kaget dan tidak siap. Pemerintah daerah, tim SDRF, dan pemerintah distrik segera melakukan operasi penyelamatan dan bantuan, meskipun medan yang sulit dan gangguan konektivitas menjadi tantangan besar.
Helikopter telah disiagakan untuk evakuasi darurat, sedangkan tempat penampungan sementara sedang disiapkan bagi keluarga-keluarga yang mengungsi. Para pejabat juga memperingatkan desa-desa terdekat dan para peziarah yang berkunjung ke Gangotri Dham untuk tetap waspada, karena badan meteorologi memperkirakan akan terjadi lebih banyak hujan dalam beberapa hari mendatang.
Insiden ini sekali lagi menyoroti meningkatnya frekuensi peristiwa cuaca ekstrem di wilayah Himalaya yang rapuh di Uttarakhand, yang semakin meningkatkan kekhawatiran tentang ketahanan dan kesiapsiagaan iklim.
Beberapa jam setelah hujan deras menyebabkan banjir bandang di desa-desa dataran tinggi Dharali, hujan deras kedua dilaporkan terjadi di Sukhi Top, dekat desa tersebut. Banyak orang dikhawatirkan hilang, sementara kerugian harta benda yang besar telah dilaporkan. Video yang dirilis menunjukkan rumah-rumah dan kendaraan tersapu oleh air yang mengalir deras.
Organisasi Meteorologi India (IMD) memprediksi hujan lebat akan terus terjadi di wilayah tersebut dalam beberapa hari mendatang. Pihak berwenang meminta sekolah-sekolah di beberapa distrik, termasuk Dehradun dan Haridwar, untuk tetap diliburkan.
Meskipun banjir dan tanah longsor sering terjadi di negara bagian perbukitan Uttarakhand dan Himachal Pradesh selama musim hujan, para ahli mengatakan perubahan iklim, ditambah urbanisasi, meningkatkan frekuensi dan tingkat keparahan bencana. Organisasi Meteorologi Dunia PBB menyatakan bahwa tahun lalu, banjir dan kekeringan yang semakin parah merupakan "sinyal bahaya" dari apa yang akan terjadi karena perubahan iklim yang membuat siklus air planet semakin tidak terduga.
Aktivis iklim dan direktur pendiri Satat Sampada Climate Foundation, Harjeet Singh, dalam sebuah pernyataan menyatakan bahwa kerugian yang menghancurkan di Uttarkashi harus menjadi peringatan terakhir. Ia menegaskan bahwa tragedi ini adalah campuran maut: pemanasan global membebani musim hujan kita dengan hujan ekstrem, sementara di lapangan, kebijakan kita sendiri yang menebang bukit, pembangunan yang tidak ilmiah, tidak berkelanjutan, dan sembrono, serta mencekik sungai untuk apa yang disebut “pembangunan”, menghancurkan pertahanan alami kita.
Ia menuntut moratorium segera terhadap semua pembangunan skala besar di zona Himalaya yang rapuh ini, dan menambahkan bahwa seruan untuk segera membentuk Misi Nasional untuk Ketahanan Iklim harus disuarakan.