Nasib Pilu Warga Terdampak Karhutla di Rokan Hilir, Mata Bengkak dan Tak Bisa Bekerja

Warga Terdampak Karhutla di Rokan Hilir Mengeluh Kekurangan Bantuan
Di tengah situasi yang semakin memprihatinkan akibat kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang terjadi di Dusun Sungai Majo, Kepenghuluan Rantau Panjang Kiri, Kecamatan Bangko Pusako, Kabupaten Rokan Hilir (Rohil), Riau, puluhan warga mengaku sangat terganggu. Titik api yang berada sangat dekat dari tempat tinggal mereka membuat kondisi hidup mereka menjadi sulit.
Salah satu warga yang terdampak, Nafsiah (55), mengungkapkan bahwa dirinya terpapar asap yang menyebabkan sesak napas, batuk, dan mata bengkak. "Jarak api dari rumah saya hanya sekitar 500 meter," katanya. Ia menambahkan bahwa karhutla ini sudah berlangsung hampir sebulan dan baru hari ini asap mulai berkurang setelah diguyur hujan.
Nafsiah mengatakan bahwa usaha pihak TNI dan polisi dalam memadamkan api membantu mengurangi dampaknya. Namun, ia tetap merasa khawatir karena rumahnya berada di sekitar titik api. "Saya ikut menyiram api satu malam. Setengah mati rasanya biar api tak sampai membakar rumah saya," ujarnya.
Selain itu, Nafsiah juga mengalami kesulitan ekonomi karena pekerjaannya sebagai buruh serabutan terganggu. Saat ini, kebun sawit tempatnya bekerja dilanda kebakaran sehingga tidak ada lagi pekerjaan yang bisa dikerjakan. "Saya hari-hari kerja di kebun sawit punya orang. Sekarang sawit orang itu habis terbakar. Tak ada lagi kerja saya," katanya.
Untuk kebutuhan makan sehari-hari, Nafsiah hanya mengandalkan bahan pokok yang tersisa. "Apa yang ada saja lagi dimakan," ujarnya. Ia juga menyampaikan bahwa belum ada bantuan sembako yang diterimanya dari pemerintah. "Harapannya dibantukan kami-kami ini," tambahnya.
Kesulitan Ekonomi dan Kesehatan yang Menyerang Keluarga Lain
Erna (32), warga lainnya yang terdampak, juga mengungkapkan keluhan serupa. Suaminya sudah tiga minggu tidak bisa bekerja karena kebun sawit tempatnya bekerja juga terbakar. "Kebun sawit tempat suami saya bekerja terbakar juga. Sudah tiga minggu tidak bisa kerja," katanya.
Untuk biaya hidup sehari-hari, Erna hanya memanfaatkan sisa tabungan untuk makan dua anaknya. Anak-anaknya juga sedang libur sekolah karena asap karhutla. "Nanti kalau masuk sekolah, tentu bawa uang jajan. Sementara suami tak ada gaji karena tak ada kerja," ujarnya.
Erna berharap pemerintah dapat memberikan bantuan dalam bentuk sembako seperti beras atau minyak goreng. "Kami sangat berharap ada bantuan dalam kondisi seperti ini. Mau beras, minyak goreng atau apalah. Karena selama kebakaran ini kami tak ada dapat bantuan," katanya.
Respons Pemerintah Daerah
Menanggapi keluhan warga, Wakil Bupati Rohil, Jhoni Charles mengatakan bahwa pihaknya sedang melakukan kajian untuk membantu kebutuhan warga yang terdampak karhutla. Ia juga menyampaikan bahwa telah berkomunikasi dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
"Kami sudah sampaikan kepada pihak BNPB, kalau ada bantuan-bantuan seperti itu (sembako) serahkan ke kami karena masyarakat memang butuh. Sudah kami ajukan ke BNPB pusat," kata Jhoni saat meninjau lokasi karhutla bersama Pangdam I/Bukit Barisan, Mayjen TNI Rio Firdianto.
Peninjauan tersebut dilakukan untuk melihat penanganan titik api oleh petugas gabungan serta mengecek posko karhutla dan posko pelayanan kesehatan. Jhoni menegaskan bahwa pihaknya akan terus berupaya memberikan bantuan yang diperlukan bagi warga terdampak.