Piyu Umumkan Lagu "Mahadewidan" Akan Tampil Megah di Sabang Merauke 2025

Transformasi Lagu Legendaris “Mahadewi” dalam Konser Sabang Merauke 2025
Gitaris Padi Reborn, Piyu, mengungkapkan fakta menarik di balik lagu legendaris “Mahadewi” yang akan dibawakan dalam konser besar Sabang Merauke 2025. Lagu ini tidak hanya diaransemen ulang, tetapi juga mengalami transformasi besar-besaran agar sesuai dengan konsep pertunjukan yang menggabungkan unsur opera, teater musikal, hingga budaya tradisional Indonesia.
“Mahadewi sebenarnya adalah sebuah cerita yang saya ambil dari kisah Joko Tarub dan Nawang Wulan. Mahadewi adalah seorang dewi yang turun ke bumi dan akhirnya bersatu dengan Joko Tarub,” jelas Piyu dalam jumpa pers yang digelar di Jakarta Pusat.
Konsep ini langsung menarik perhatian Mehmet, pengarah kreatif pagelaran, saat ia menceritakan narasi di balik lagu tersebut di markas latihan mereka. “Saya ceritakan konsep itu ke Mas Mehmet waktu dia mampir ke basecamp. Dia langsung tertarik. Wah, ini bisa jadi benang merah yang kuat untuk diangkat di konser ini,” ujarnya.
Tidak hanya cerita, musik Mahadewi juga mengalami perubahan signifikan. Aransemen lagu digarap ulang secara menyeluruh oleh Elvin sebagai music arranger, dan dipimpin oleh Afi Priyadna sebagai music director sekaligus conductor. “Perubahannya jauh banget. Dari yang biasanya dibawakan secara nge-band, sekarang berubah total. Semua akan merasakan alur dari pagelaran itu. Lagu ini nggak cuma ditempel begitu saja, tapi benar-benar dibangun secara dramatik, seperti opera,” jelas Piyu.
Ia menekankan pentingnya flow musikal dan penceritaan agar tidak terasa timpang di antara segmen pertunjukan lainnya. “Ada pengulangan, ada dinamika, semua disusun supaya menyatu dalam narasi besar. Ini bukan cuma tampil lagu, tapi pengalaman yang teatrikal,” tambahnya.
Inspirasi Global dan Mimpi Panggung Dunia
Piyu juga melihat dampak pertunjukan ini dari perspektif personal. Ia sempat menonton pagelaran tahun lalu bersama anak perempuannya yang sedang menempuh studi fashion di Inggris. Reaksi putrinya sangat positif, bahkan melahirkan banyak ide. “Anak saya itu tipikal cuek, ABG banget. Tapi waktu nonton tahun lalu, dia langsung punya banyak ide. Sekarang dia ambil jurusan tekstil. Tahun ini saya bilang ke dia, Daddy main lho, jadi kamu harus nonton lagi,” kata Piyu sambil tertawa.
Dari sana, Piyu melihat potensi besar pertunjukan seperti ini untuk dikenalkan di pentas internasional. “Menurut saya, Indonesia pantas banget buat mempertontonkan ini ke dunia. Ini bisa jadi kampanye budaya yang powerful, apalagi kalau dibawa ke arah etnik-folk secara global,” ucapnya dengan penuh semangat.
Referensi Suara dan Nuansa Era 90-an
Piyu juga menyinggung tentang karakter vokal dalam Mahadewi versi pagelaran. Ia mengungkapkan bahwa terdapat elemen musikal yang terinspirasi dari band-band era 90-an. “Idenya memang dari karakter suara seperti Cranberries. Tapi tentu disesuaikan, karena Mahadewi ini tentang penghubung antara langit dan bumi. Jadi suara itu jadi jembatan emosional antara dunia dewa dan dunia manusia,” tutup Piyu.
Pagelaran Sabang Merauke 2025, yang mengusung tema “Hikayat Nusantara”, akan menampilkan kolaborasi antara musisi, penyanyi, penari, dan seniman lintas generasi dalam format Broadway Indonesia. Lagu Mahadewi versi opera akan menjadi salah satu titik klimaks yang patut dinantikan.
Konser "Sabang Merauke 2025" akan menampilkan empat kali pertunjukan dalam dua hari dengan melibatkan lebih dari 1.500 pelaku seni, termasuk 351 penari, musisi nasional, hingga seniman musik tradisional dari berbagai daerah. Para artis akan diiringi oleh Jakarta Concert Orchestra, Batavia Madrigal Singers, dan The Resonanz Children's Choir, serta didukung elemen visual dan panggung yang mengangkat 31 lagu dan puluhan tarian tradisional dari seluruh penjuru Nusantara.
Tiket sudah dijual sejak Mei lalu melalui berbagai jalur eksklusif dan pre-sale, dan kini masih tersedia untuk publik melalui platform Tiket.com.