Renungan Katolik: Lima Roti dan Dua Ikan 4 Agustus 2025

Renungan Katolik: Lima Roti dan Dua Ikan
Saudari/a terkasih dalam Kristus, salam sejahtera bagi kita semua. Pada hari ini, kita memperingati Santo Yohanes Maria Vianney, seorang imam yang dikenal sebagai Curé d'Ars, yang melayani umatnya dengan penuh kasih dan kesabaran. Tema renungan kita kali ini adalah "Lima Roti dan Dua Ikan", sebuah peristiwa yang mengajarkan kita tentang kekuatan Allah dalam mengubah apa yang tampak kecil menjadi sesuatu yang luar biasa.
Bacaan pertama dari Kitab Bilangan 11:4b-15 menceritakan keluhan bangsa Israel kepada Musa karena mereka merindukan daging dan makanan yang mereka nikmati di Mesir. Mereka meremehkan manna yang telah disediakan oleh Allah dan merasa tidak puas dengan berkat yang telah mereka terima. Musa merasa sangat terbebani dengan keluhan mereka dan berseru kepada Tuhan, merasa tidak mampu untuk memikul tanggung jawab atas bangsa itu seorang diri. Kisah ini mengingatkan kita akan kecenderungan manusia untuk tidak bersyukur dan selalu menginginkan lebih, serta beban yang dirasakan oleh para pemimpin dalam melayani umat.
Dalam Injil Matius 14:13-21, Yesus mendengar tentang kematian Yohanes Pembaptis dan mengasingkan diri dengan perahu ke tempat yang sunyi. Namun, orang banyak mengikuti-Nya dari kota-kota mereka. Yesus tergerak oleh belas kasihan kepada mereka dan menyembuhkan orang-orang sakit. Ketika hari sudah mulai malam, murid-murid datang kepada Yesus dan meminta-Nya untuk menyuruh orang banyak itu pergi, supaya mereka dapat membeli makanan di desa-desa. Namun, Yesus menjawab, "Tidak perlu mereka pergi, kamu harus memberi mereka makan." Murid-murid hanya memiliki lima roti dan dua ikan, yang jelas tidak cukup untuk memberi makan ribuan orang.
Namun, Yesus mengambil roti dan ikan itu, mengucap syukur, memecah-mecahkannya, dan memberikannya kepada murid-murid, lalu murid-murid itu memberikannya kepada orang banyak dan semua mereka makan sampai kenyang. Keterlibatan murid-murid dalam proses pembagian makanan menunjukkan pentingnya kerja sama dan kepercayaan pada kuasa Allah.
Santo Yohanes Maria Vianney adalah contoh nyata dari seseorang yang mengandalkan kuasa Allah dalam pelayanannya. Ia melayani sebagai pastor di sebuah desa kecil bernama Ars, Prancis, selama lebih dari 40 tahun. Meskipun awalnya ia merasa tidak mampu dan tidak layak, ia mengabdikan diri untuk melayani umatnya dengan penuh kasih dan pengorbanan. Ia menghabiskan berjam-jam setiap hari untuk mendengarkan pengakuan dosa, memberikan bimbingan rohani, dan mengajar katekismus.
Melalui pelayanannya yang sederhana namun setia, Ars menjadi pusat ziarah dan pertobatan, dan banyak orang mengalami kasih dan pengampunan Allah. Refleksi atas permenungan kita adalah:
Syukur: Apakah kita bersyukur atas berkat-berkat yang telah kita terima, ataukah kita lebih fokus pada apa yang tidak kita miliki? Bagaimana kita dapat mengembangkan sikap syukur dalam hidup kita sehari-hari?
Belas Kasihan: Apakah hati kita tergerak oleh belas kasihan ketika kita melihat kebutuhan orang lain? Apakah kita bersedia untuk meluangkan waktu dan tenaga kita untuk membantu mereka yang membutuhkan?
Ketergantungan pada Allah: Apakah kita mengandalkan kekuatan kita sendiri, ataukah kita berserah kepada kuasa Allah dalam menghadapi tantangan dan keterbatasan? Bagaimana kita dapat lebih mempercayakan hidup kita kepada-Nya?
Saudari/a terkasih dalam Kristus, pesan untuk kita, pertama: hari ini, marilah kita merenungkan bagaimana kita dapat meneladani Yesus dalam menunjukkan belas kasihan dan mengandalkan kuasa Allah. Kedua, semoga kita diberi hikmat untuk mengenali berkat-berkat yang telah kita terima dan kekuatan untuk menggunakannya demi kemuliaan Allah dan kesejahteraan sesama. Ketiga, maka mari kita berdoa agar kita selalu peka terhadap kebutuhan orang lain dan siap untuk memberikan apa yang kita miliki, meskipun itu tampak kecil dan tidak berarti, karena Allah dapat mengubahnya menjadi berkat yang melimpah.